Berita

“Pikiranmu adalah takdirmu,” Ini adalah salah satu kalimat penuh makna yang disampaikan oleh pakar Psikosufistik dalam seminar yang diselenggarakan oleh prodi bimbingan konseling islam pada hari kamis, 29 Agustus 2024. Dengan mengusung topik “Integrasi Psikoterapi Sufistik dan Konseling Digital untuk Membangun Kesehatan Mental” acara ini mendatangkan 2 narasumber yakni Prof. Dr. Nurussakinah Daulay, M. Psi. Psikolog yakni pakar kesehatan mental dari UIN Sumatera Utara, Medan serta KH. Muhammad Asy’Ari, M. H. I. seorang pakar psikosufistik. Kegiatan yang dilakukan di gedung D1 Fakultas Dakwah Komunikasi UINSA ini banyak dihadiri oleh mahasiswa mahasiswi prodi BKI dari berbagai lintas semester.

Pada sesi pertama yakni penyampaian dari Prof. Nurussakiah, mengangkat sebuah topik yang menarik dengan judul “Pemanfaatan Konseling Digital untuk Membangun Kesehatan Mental”. Dengan background pendidikan psikologi yang beliau tempuh, beliau menjelaskan bagaimana kesehatan mental memiliki peran penting dalam kehidupan. Beliau juga menjelaskan bahwa pemahaman terkait media sosial di era sekarang menjadi salah satu hal penting yang harus dikuasai oleh mahasiswa. Apalagi mahasiswa bimbingan konseling yang harus mampu memanfaatkan digitalisasi sebagai media konseling.

Di akhir penyampaian, beliau menyatakan, “Pikiran, perasaan, dan perilaku saling berhubungan. Oleh karena itu, bentuklah pikiran positif pada klien agar perasaan dan perilakunya juga berubah menjadi positif.” Pernyataan ini menjelaskan bahwa konseling di era sekarang dapat dilakukan melalui berbagai media, baik digital maupun non-digital, namun tujuan utama konseling tetaplah untuk membentuk pikiran positif klien untuk memembangun kesehatan mental mereka yang lebih baik.

KH. Muhammad Asy’Ari, M. H. I., atau kyai asy’ari sebagai narasumber sesi 2 adalah seorang pakar psikosufistik menjelaskan hal sama bagaimana cara untuk membangun kesehatan mental terutama menggunakan cara psikosufistik. Dengan mengangkat topik “Psikoterapi Sufistik untuk Kesehatan Mental,” beliau memulai penyampaiannya dengan menjelaskan secara umum bagaimana konsep mengenai kesehatan itu menurut pandangan sufistik. Selain pemaparan materi mengenai kesehatan mental dalam perspektif psikosufistik, beliau juga mengajarkan praktek secara langsung salah satu terapi dapam psikosufistik yakni dinamakan terapi “senam tawakal”. Antusias audience saat menjalani praktek terlihat sangat jelas. Berbagai respon dari audience terungkap setelah mempraktekan senam ini, “Saya merasa sedikit lebih rilex” “lapar saya terasa hilang”, ungkap beberapa mahasiswa.

Sehingga dari seminar nasional ini harapan besar untuk mahasiswa BKI bisa mengambil insight atau wawasan mengenai cara membangun kesehatan mental untuk mampu dikaji lebih dalam terutama dalam perspektif Bimbingan Konseling Islam.

Penulis : Fizna Adhilah