Berita

UINSA Newsroom, Rabu (03/07/2024); Pada tanggal 2 Juli 2024, pukul 16.00-17.00, delegasi dari beberapa perguruan tinggi terkemuka di Indonesia melakukan pertemuan penting dengan Prof. Dora Marinova, Professor of Sustainability di Curtin University. Pertemuan ini berlangsung di Gedung Baru Curtin University 418, sebagai bagian dari agenda konferensi ASAA dan Roundtable Focus Forum Indonesian University.

Pertemuan ini dihadiri perwakilan dari berbagai universitas di Indonesia, diantaranya Achmad Room Fitrianto,PhD Wakil Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Sunan Ampel Surabaya; Elis Zuliati Anis, PhD, Dosen Universitas Ahmad Dahlan; Prof. Isti Fadah, Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Jember; Dr. Regina Niken Wilantari, Wakil Dekan Bidang Keuangan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Jember; Dr. Markus Apriono, Wakil Dekan Bidang Kemahasiswaan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Jember; Mr. Bayu Aprillianto, Divisi Kantor Internasional Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Jember; Dr Ignatia Martha, Ketua Senat Akademik FEB UPN Veteran Jawa Timur, Dr. Ahmad Ismail, Wakil Rektor Bidang Administrasi Umum, Perencanaan, dan Keuangan UIN Walisongo Semarang; serta Prof. Rahardjo, M.Ed.St., Kaprodi S3 Studi Islam Pascasarjana UIN Walisongo.

Para Delegasi Indonesia ini membawa misi untuk memperkuat jaringan akademik dan mengeksplorasi peluang kerja sama dalam berbagai bidang. Khususnya dalam peningkatan kapasitas tenaga pendidik dan kependidikan di perguruan tinggi.

Prof. Dora Marinova membuka pertemuan dengan memaparkan pendekatan praktis Curtin University dalam penelitian dan pengembangan berkelanjutan. Ia menekankan bahwa Curtin University sangat fokus pada proyek penelitian tindakan (action research) yang berorientasi pada manusia, planet, dan kemakmuran. Pendekatan ini bertujuan untuk memberikan kontribusi nyata bagi masyarakat melalui penelitian yang tidak hanya teoretis, tetapi juga praktis dan dapat langsung diimplementasikan.

Dalam diskusi tersebut, Prof. Marinova menjelaskan perbedaan pendekatan antara University of Western Australia (UWA) dan Curtin University. UWA lebih berfokus pada pendekatan teoretis dalam penelitian, sedangkan Curtin University lebih mengutamakan pendekatan praktis. Hal ini membuat Curtin University lebih dekat dengan komunitas dan mampu memberikan solusi yang aplikatif terhadap permasalahan yang dihadapi masyarakat.

Prof. Marinova juga menggarisbawahi pentingnya penelitian tindakan dalam mencapai tujuan pembangunan berkelanjutan (Sustainable Development Goals – SDGs). Menurutnya, penelitian yang berfokus pada manusia dan planet akan mampu mengatasi berbagai tantangan global seperti kelaparan, tanggung jawab konsumsi dan produksi, perdamaian, dan kemitraan.

Wakil Dekan Bidang Kemahasiswaan dan Kerjasama dari Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam (FEBI) UIN Sunan Ampel Surabaya, Achmad Room Fitrianto, yang juga alumni Curtin University, dalam pertemuan tersebut menyampaikan permintaan untuk kemungkinan dibuatkan program bersama dalam peningkatan kapasitas tenaga pendidik dan kependidikan. Program ini diharapkan dapat melibatkan peserta dari Roundtable Focus Forum Indonesian University yang terdiri dari delapan perguruan tinggi di Indonesia.

Prof. Marinova merespons permintaan tersebut dengan antusias, menjelaskan bahwa ada banyak peluang untuk bekerja sama dengan Indonesia. Beliau menyoroti pentingnya inisiatif bersama yang berfokus pada manusia dan planet untuk mencapai tujuan pembangunan berkelanjutan. Selain itu, Prof. Marinova juga menyebutkan bahwa saat ini Curtin University tengah mendapatkan grant dari pemerintah Australia untuk capacity building bagi sektor publik di Bangladesh. Ini menunjukkan bahwa ada banyak peluang pendanaan dan kerja sama yang dapat dijajaki oleh perguruan tinggi di Indonesia.

Diskusi juga mencakup topik penting lainnya, termasuk pertumbuhan kota Perth dan ekspansi jaringan kereta api yang dapat membuka lebih banyak kesempatan untuk kolaborasi internasional. Prof. Marinova menekankan bahwa Perth adalah kota yang sedang berkembang pesat dan memiliki banyak peluang untuk inisiatif-inisiatif baru yang mendukung pembangunan berkelanjutan.

Namun, beliau juga mencatat bahwa banyak MoU (Memorandum of Understanding) yang tidak aktif dan hanya menjadi dokumen tanpa implementasi. Oleh karena itu, Prof. Marinova mendorong para delegasi untuk memastikan bahwa setiap MoU yang dibuat harus diikuti dengan tindakan nyata dan implementasi program yang konkret. Ini akan membantu perguruan tinggi di Indonesia untuk mengakses berbagai grant dan menjalankan program-program lainnya dengan lebih efektif.

Prof. Marinova juga membahas tentang proposal grant yang berfokus pada peningkatan kualitas manusia di Indonesia. Beliau mengungkapkan bahwa ada banyak sumber pendanaan yang dapat dimanfaatkan, termasuk dari DFAT (Department of Foreign Affairs and Trade) dan AusAid. Total dana yang tersedia mencapai 50 juta dolar, yang dapat digunakan untuk mendukung berbagai proyek pembangunan dan peningkatan kapasitas di Indonesia.

Pertemuan ini diakhiri dengan diskusi tentang digitalisasi dan bagaimana koneksi digital dapat mendukung kerja sama antar negara. Prof. Marinova menekankan pentingnya memanfaatkan teknologi digital untuk memperkuat hubungan dan kerjasama akademik antara Indonesia dan Australia.

Dengan berakhirnya pertemuan ini, delegasi dari perguruan tinggi Indonesia kembali dengan semangat baru dan ide-ide segar untuk mengembangkan program-program yang lebih inovatif dan efektif. Mereka berkomitmen untuk menerapkan pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh selama pertemuan ini dalam program-program mereka di Indonesia, dengan harapan dapat memberikan kontribusi nyata bagi kemajuan dan kesejahteraan masyarakat.

Pertemuan ini tidak hanya membuka peluang kerja sama yang lebih luas, tetapi juga memperkuat hubungan akademik dan profesional antara Indonesia dan Australia. Melalui kolaborasi yang erat, diharapkan kedua negara dapat saling belajar dan berkembang, menciptakan solusi-solusi inovatif yang dapat diimplementasikan untuk mengatasi berbagai tantangan global.

Sebagai langkah konkret berikutnya, delegasi Indonesia berencana untuk mengadakan pertemuan lanjutan dengan Curtin University untuk membahas detail lebih lanjut tentang program-program kerja sama yang telah diusulkan. Mereka juga akan bekerja sama dengan pemerintah dan sektor swasta di Indonesia untuk memastikan bahwa program-program ini dapat diimplementasikan dengan baik dan memberikan manfaat maksimal bagi masyarakat.

Dalam konteks yang lebih luas, pertemuan ini menunjukkan bahwa kolaborasi internasional adalah kunci untuk mencapai tujuan pembangunan berkelanjutan. Dengan bekerja sama, berbagi pengetahuan, dan saling mendukung, universitas-universitas di Indonesia dan Australia dapat memainkan peran penting dalam menciptakan masa depan yang lebih baik bagi semua.

Reportase: A. Room
Redaktur: Nur Hayati
Foto: MN Cahaya