Column

Oleh: Dr. H. Abu Dzarrin al-Hamidy, M.Ag., Dosen Tetap Fakultas Syarian dan Hukum UIN Sunan Ampel Surabaya

Hari Selasa, 6 Mei 2025, penulis berkesempatan hadir dalam acara pengukuhan 5 guru besar (gubes) di Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta. Mereka adalah Prof. Dr. Siti Ruhaini Dzuhayatin, M.A. (Gubes bidang Ilmu HAM dan Gender), Prof. Dr. Badrun, M.Si (Gubes bidang Ilmu Sejarah Peradaban Islam), Prof. Dr. Fathorrahman, S.Ag., M.Si (Gubes bidang Ilmu Sosiologi Hukum Islam, Prof. Dr. H. Shofiyullah Muzammil, M.Ag (Gubes bidang Ilmu Filsafat Hukum Islam), dan Prof. Dr. Usman, SS., M.Ag (Gubes bidang Ilmu Pemikiran Pendidikan Islam). Sesaat setiap selesai pidato pengukuhan Gubes, masing-masing Gubes, misalnya Gubes urutan pertama setelah berpidato langsung maju di hadapan senat universitas untuk diberikan kalung gordon dan dikukuhkan, baru dilanjut dengan pidato pengukuhan Gubes berikutnya; dan begitu seterusnya. Jadi pengukuhan semua Gubes oleh senat universitas tidak dilakukan sekaligus setelah semua Gubes menyampaikan orasi ilmiahnya. Hal ini menjadi pilihan SOP (Standard Operating Procedure) UIN Sunan Kalijaga dalam setiap penyelenggaraan pengukuhan Gubes tampak lebih khidmat dan human touch-nya lebih terasa masuk dalam batin yang terdalam. Kesan ini juga dituturkan Prof. Dr. K.H. Abd. A’la, M.Ag yang berkesempatan hadir bersama penulis. Bagaimana tidak, sebagai penghargaan akademik tertinggi di dunia kampus dan disaksikan oleh banyak pihak. Maka selayaknya setiap pengukuhan Gubes di samping dilaksanakan secara berjama’ah (konon menghemat biaya pengeluaran) juga tidak meninggalkan personal touch yang diberikan kampus sebagai kepanjangan tangan negara kepada setiap Gubes.

Hal yang menarik lainnya untuk berbagi pengalaman, penulis menemukan 2 buku yang disusun dalam rangka pengukuhan Gubes UIN Sunan Kalijaga baru-baru ini. Pertama, buku dengan judul “Qira’ah Mu’asirah dalam Berbagai Perspektif”, yang berisi ringkasan naskah pidato Prof. Dr. H. Shofiyullah Muzammil, M.Ag., dan diberi kata pengantar oleh Prof. Dr. Moh. Mahfud MD dan editor buku yang sebenarnya berisi tanggapan dan kesan mendalam terhadap Prof Shofiyullah Muzammil yang baru dikukuhkan. Lembar demi lembar berikutnya berisi 26 tulisan atau tanggapan kritis yang ditulis oleh teman sejawat dan sejumlah tokoh nasional, seperti Prof. Dr. H. M. Asrorun Ni’am Sholeh, MA, Dr. K.H. Aguk Irawan MN, K.H. M. Cholil Nafis, Lc., MA., Ph.D, Dr. Dhimam Abror Djuraid, Dr. KH. Afifuddin Dimyati, Lc., MA, dan lain-lain. Kedua, buku berjudul “Gagasan Resonansi Agama dan Budaya Robby Habiba Abror” (editor: Dr. Novian Widiadharma, M.Hum), yang berisi 10 judul artikel yang ditulis oleh kolega dan teman sejawat, dimaksudkan sebagai bentuk penghormatan atas dedikasi perjalanan intelektual dan dikukuhkannya Prof. Robby Habiba Abror sebagai Gubes UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta.

Kesan terdalam penulis setelah membaca kedua buku tersebut betapa iklim berdialektika ilmiah yang begitu “hidup” di antara Gubes, kolega, dan teman sejawat tertulis dalam karya artikel yang jujur, apa adanya, dan sangat bernilai. Hal ini juga sekaligus menjadi saksi yang paling obyektif atas perjalanan intelektual sang tokoh atau Gubes mulai dari awal pencarian sampai capaian Gubes yang merupakan tahapan akademik tertinggi yang tentu tidak mudah dan tidak instan dalam menggapainya. Semoga iklim berdialog dalam karya juga akan semarak di lingkungan UIN Sunan Ampel Surabaya tercinta.

Surabaya, 14 Mei 2025.