Berita

UINSA Newsroom, Jumat (09/12/2022); “Para Senior, Teman-teman yang saya hormati, adakah agama yang tidak disesuaikan dengan selera lokal, angkat tangan? tidak ada. Adakah Agama yang tidak dikondisikan dengan selera lokal?”

Dua pertanyaan tersebut dilontarkan Prof. Akh. Muzakki, Grad.Dip.SEA., M.Phil., Ph.D., ReKtor UIN Sunan Ampel (UINSA) Surabaya saat didapuk sebagai narasumber Program Penguatan Moderasi Beragama Tahun 2022.

“Indeks toleransi hari ini cenderung declining. Pada saat yang sama, indeks radikalisme naik, karena orang terekspos pada dunia luar dengan variasi yang lebih tinggi. Nah, karena itu moderasi beragama menjadi penting,” tegas Prof. Muzakki.

Moderasi Beragama ini penting, menurut Rektor, karena ruang publik tidak lagi didominasi varian tunggal, sangat bervariasi. Banyaknya variasi diperparah dengan konsumsi masyarakat yang sangat dipengaruhi bagaimana cara Islam diproduksi.

Faktanya, variasi keagamaan di Indonesia luar biasa tinggi pasca jatuhnya orde baru. Pergerakan-pergerakan variasi Islam di Indonesia diantaranya penting untuk dilihat dari sisi sumber, kanal, transmisi gagasan. Semakin bervariasinya sketsa keagamaan, khususnya Agama Islam, akan menimbulkan ragam kontestasi beragama di masyarakat. Hal ini dipicu karena banyaknya proses produksi dan konsumsi.

“Dulu orang kalau mau ahli Agama Islam ya ke Pesantren, salah satu indikasinya kalau tidak bisa baca kitab itu dipertanyakan, tidak valid keislamannya. Tapi hari ini bukan soal valid tidaknya, tetapi seberapa kencang yang disuarakannya,” tambah Prof. Muzakki. Rektor pun menambahkan, perkembangan keagamaaan di Indonesia tergantung apa yang disebut clickbait. Konsumsi beragama di Indonesia pun bergeser ke seberapa inovatif produksi yang dilakukan.

Rektor UINSA Surabaya ke-10 ini juga menyampaikan, agama apapun harus dekat dengan konsumen, tidak bisa jauh. Kalau menjauh, agama akan ditinggal oleh konsumen. “Menurut Robret Bram, semua tradisi agama kalau keluar dari basis utamanya, selalu mengalami 3 hal, translation, reinterpretation, dan conversion. Tiga Hal inilah yang melahirkan variasi-variasi dalam beragama,” tambah Prof. Muzakki.

“Ada dua fenomena menarik yang terjadi di Indonesia. Pertama, Grup Musik Debu, yang personilnya orang Amerika, mereka terpesona sekali untuk tinggal di Indonesia. Mereka menemukan apa yang diajarkan oleh Mushrif Tariqahnya di Amerika, pergilah ke Indonesia, kamu akan menemukan keislaman yang membahagiakan. Yang Kedua Syekh Ali Jaber, sama halnya, lalu mencintai Indonesia karena menemukan perbedaan dengan sumber aslinya,” tutur Prof Muzakki.

Hari-hari ini yang dipentingkan adalah rasa bukan lagi logika. Hal ini terjadi dikarenakan zaman telah memasuki era post-truth, dimana feeling replace the fact, feeling replace logic. Semakin logis seseorang semakin susah terpapar radikalisme dan intoleransi, berlaku juga sebaliknya. “Nah, maka dari itu, moderasi beragama itu mempunyai peranan yang sangat penting sekali,” imbuh Prof. Muzakki.

Kegiatan Penguatan Moderasi Beragama Tahun 2022 ini berlangsung mulai hari Kamis s.d. Senin, 8-12 Desember 2022 di GreenSA Inn and Training Centre, Jl. Raya Juanda, Sedati, Sidoarjo. Kegiatan yang bermetode pedagodis ini diikuti 41 Peserta yang berasal dari UIN Mataram, UIN KHAS Jember, UIN Datokarama Palu, IAIN Kediri, IAIN Parepare, IAIN Ponorogo, IAIN Sorong, serta internal UIN Sunan Ampel Surabaya. (Alf/Humas).