Oleh: Alfiyatus Sholicha, Mahasiswa Prodi PAI Angkatan 2021
KKN UINSA 2024 telah berakhir, meninggalkan jejak pengalaman selama 40 hari yang tak terlupakan. Dari yang awalnya tidak saling kenal hingga akhirnya kami harus berpisah dan pulang ke rumah masing-masing, perjalanan ini penuh dengan cerita dan pelajaran berharga.
Kami menghabiskan waktu di Desa Brumbungan Kidul, Kecamatan Maron, Kabupaten Probolinggo. Kegiatan di desa ini sangat mengesankan, dimulai dengan mengakulturasi budaya setempat. Kelompok kami terbagi menjadi dua bagian, yaitu kelompok transektoral dan mapping.
Membuat peta desa ternyata lebih menantang dari yang dibayangkan. Kami menjelajahi desa dengan sabar dan telaten, berusaha mengumpulkan informasi dari penduduk yang kadang tidak tahu alamat mereka sendiri atau perubahan nama dusun. Akhirnya, kami berhasil mengidentifikasi aset penting desa, seperti persawahan dan peternakan. Mayoritas penduduk Desa Brumbungan Kidul bekerja sebagai petani, buruh tani, dan peternak dengan tanaman utama seperti bawang merah, tomat, dan jagung, serta ternak sapi dan kambing.
Dari Focus Group Discussion (FGD) yang kami adakan dengan masyarakat, terungkap bahwa kesadaran mengenai kesehatan lingkungan masih kurang. Tidak adanya tempat sampah membuat sampah sering dibuang di sungai atau dibakar, yang menyebabkan polusi udara. Kami menyikapi masalah ini dengan memberikan sosialisasi, kerja bakti, dan mengadakan kegiatan memperingati Muharram dengan jalan sehat. Untuk mendapatkan kupon jalan sehat, masyarakat harus menukarkan sampah plastik, yang kemudian digunakan untuk kerajinan ecobrick. Kegiatan ini bertujuan meningkatkan kesadaran lingkungan.
Selain isu lingkungan, kami juga mengangkat tema stunting dalam kegiatan posyandu yang diadakan sebulan sekali. Kami memberikan sosialisasi tentang MPASI dan sanitasi yang benar. Petani juga mengeluhkan kurangnya pupuk subsidi, sehingga kami mengadakan demonstrasi pembuatan pupuk bokashi dari kotoran hewan. Antusiasme petani sangat tinggi, dan ini memberikan kepuasan tersendiri bagi kami karena berhasil memberikan edukasi.
Di luar program kerja utama, kami juga mengadakan kegiatan pendukung seperti mengajar di TPQ, belajar bersama anak-anak yang datang ke posko, dan mengajar di SDN Brumbungan Kidul tentang pentingnya kebersihan. Kegiatan yang padat ini tidak hanya tentang program kerja, tetapi juga pentingnya memahami dan menghargai perasaan teman-teman untuk bekerja sama dengan baik.
Bagi penulis, pengalaman ini mengajarkan banyak hal, termasuk kesabaran dalam menghadapi 24 kepala dengan pendapat yang berbeda-beda. Saling menghargai dan menerima kondisi satu sama lain, termasuk saat makan bersama, adalah kunci keberhasilan. Kegiatan ini sangat berkesan dan semoga hubungan dengan teman-teman KKN 98 akan terus berlanjut meski program telah usai. (spau)