Column UINSA

ORANG BAIK, BERKINERJA, DAN BAHAGIA
Refleksi FISIP 2023 (4-habis)

Oleh: Prof. Abdul Chalik
Dekan FISIP UIN Sunan Ampel Surabaya

Saya ingin menuntaskan tulisan keempat tentang perjalanan FISIP tahun 2023 dengan menulis tentang ‘Orang baik, Berkinerja dan Bahagia’. Kamis pagi kemarin tema itu yang saya sampaikan ke teman-teman saat memberikan pengantar pada rapat target FISIP 2024 dengan mengulangi beberapa nilai-nilai yang dikembangkan dalam menjalankan tugas sebagai abdi negara.

Saya ingin memulai dengan menjelaskan makna baik menurut kamus. Baik berarti elok, teratur, tidak ada cela, mujur atau beruntung. Orang baik berarti orang teratur, beruntung  dan tidak ada cela. Sementara menurut istilah banyak makna, misalnya orang baik disebut dengan orang yang berperilaku sesuai dengan aturan dan menghargai orang lain. Ada pula yang memaknai orang baik adalah orang yang berperilaku ramah, santun dan tidak resek dengan orang lain.

Dalam bahara Arab ada lima kata yang selalu disambungkan dengan makna baik yakni toyyib, ma’ruf,  khair, birr, dan hasan. Kelima kata tersebut selalu berhubungan dengan perbuatan atau perilaku yang jujur, tertib, dan  sesuai dengan ajaran agama atau tidak bertentangan dengan nilai-nilai agama.

Dalam konteks pekerjaan orang baik adalah orang yang jujur atau berintegritas, profesional, disiplin, bekerja sesuai dengan aturan dan dapat bekerja sama satu sama lain. Sementara dalam konteks FISIP orang baik adalah ASN atau pegawai yang menjalankan tugas sesuai TUSI serta tidak melakukan perbuatan tercela baik secara administratif dan moral. Tidak tercela secara administratif berarti tidak melakukan malpraktik administrasi. Laporan administratif sesuai dengan pekerjaan lapangan, tidak lebih dan tidak kurang. Tidak tercela secara moral berarti bekerja sesuai dengan nilai dan keyakinan sebagai sandaran akhir atas semua tindakan yang dilakukan.

Di FISIP tidak cukup bermodalkan menjadi orang baik tetapi berkinerja. Secara terminologis kinerja berarti kemampuan kerja yang dapat dilihat dari hasil baik kualitas maupun kuantitas. Berkinerja berarti mengukur tingkat keberhasilan seseorang dalam menjalankan tugas serta kemampuan untuk mencapai target yang sudah ditetapkan.Orang yang berkinerja berarti secara konsisten menjalankan siklus manajemen yang dimulai dari perencanaan, penetapan, pelaksanaan, pengendalian, monitoring dan evaluasi.

Dalam konteks FISIP, perencanaan dilakukan di awal tahun setelah Rektor menetapkan resolusi. Resolusi menjadi dasar kemana arah kapal FISIP berlayar dengan menetapkan target baik akademik, non-akademik dan administrasi. Setelah target disepakati selanjutnya dilakukan penandatanganan kontrak kinerja antara Dekan dengan manajemen di bawahnya mulai level Wakil Dekan hingga Kabag. Dokumen perencanaan dan kontrak, selanjutnya dituangkan dalam buku panduan yang dijadikan dasar bagi semua pegawai agar mudah dalam menjalankan tugas.

Pada akhir tahun, kontrak kinerja dievaluasi untuk mengukur ketercapaian, kelemahan, tantangan dan kemungkinan peluang untuk dikembangkan. Saat evaluasi akan diketahui prosentase ketercapaian serta siapa yang berkontribusi terhadap ketercapaian tersebut. Bagi pegawai yang telah mencapai target akan diapresiasi melalui penghargaan, sementara yang belum akan didorong untuk terus mencari celah jalan keluar agar dapat tercapai pada tahun berikutnya.

Modal menjadi orang baik ‘ya’, berkinerja juga ‘ya’. Tetapi lebih dari itu FISIP juga mengembangkan konsep ‘bahagia’. Menjadi orang baik tidak mudah karena memerlukan effort yang kuat. Menjadi pegawai berkinerja baik juga tidak mudah karena biasanya ada cita-cita, target, dan bahkan tekanan. Bagi pegawai yang tidak terbiasa dengan target tentu bukan soal mudah untuk menggapainya. Apalagi bagi pegawai yang belum terbiasa dengan budaya kerja di FISIP, perlu adaptasi cukup lama.

Konsep bahagia menjadi penyeimbang ketika bekerja dengan target. Konsep bahagia bukan dimaknai (hanya) jalan-jalan di awal atau akhir tahun, atau  dengan pemberian fasilitas yang wah, bukan itu. Makan, ngopi dan bahkan merokok bersama merupakan salah satu cara untuk meretas kebuntuan berfikir. Pesan dan perintah tidak harus disampaikan melalui kertas disposisi atau melalui perintah dari meja kerja, tetapi melalui warung kopi sambil makan bakso dan durian. Banyak masalah yang timbul dapat diselesaikan secara tuntas melalui cara-cara sederhana seperti tadi itu.

Tipologi warga FISIP berbeda dengan tempat lain, cukup variatif. Ada yang suka formal, ada yang model santai, dan ada pula yang mengkombinasikan keduanya. Ada kelompok yang sangat kritis bahkan cenderung subversif, kritis dan cuek, juga ada kelompok yang akomodatif. Semuanya ada di sini, dan mereka punya cara berbeda dalam mengekspresikan gagasan, menjalankan perintah serta keluar dari tekanan. Semua dapat diselesaikan dengan cara ngobrol, ngopi, makan durian dan makan bakso. Itu cara bahagia model FISIP.

Menjadi orang baik dan berkinerja tidak cukup tetapi juga perlu bahagia. FISIP sudah membuktikan dengan prestasi akhir tahun yang membanggakan. Target serapan tertinggi 97,57 %, pendapatan PNBP melebihi target dan prestasi akademik mahasiswa terbaik dari semua fakultas. Begitu pula soal kerja sama baik di tingkat nasional maupun internasional yang melampaui target.