Berita

Surabaya – Sepekan setelah berlangsungnya The Sunan Ampel International Conference of Political and Social Sciences (SAICoPSS) 2024, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Universitas Islam Negeri Sunan Ampel (UINSA) Surabaya dengan bangga merefleksikan keberhasilan konferensi internasional tahunan tersebut. Acara yang diadakan pada 9-10 Oktober lalu ini berhasil menghubungkan akademisi dan peneliti dari berbagai belahan dunia dalam sebuah diskusi tentang “Dimensi Sosial, Politik, dan Agama dalam Keamanan Manusia.”

Hari Pertama: Sinergi Regional dan Dekolonisasi Pemikiran

Konferensi dibuka dengan sesi plenary pada Rabu pagi, menampilkan dua pakar terkemuka dari Malaysia dan Singapura. Dr. Abdul Muein dari Universiti Kebangsaan Malaysia (UKM) memulai diskusi dengan topik tentang potensi kerja sama industri militer di antara negara-negara ASEAN. Dipandu oleh moderator Mohammad Wahyu Diansyah, Dr. Muein menekankan pentingnya integrasi dalam industri pertahanan sebagai strategi efektif untuk menjaga perdamaian dan stabilitas di tengah ketidakpastian politik global.

“Kerja sama ini tidak hanya meningkatkan kapabilitas militer, tetapi juga memperkuat solidaritas regional,” ujar Dr. Abdul Muein. Beliau mengajak negara-negara ASEAN untuk belajar dari pengalaman Eropa dalam membangun industri militer bersama.

Selanjutnya, Dr. Ali Kassem dari National University of Singapore (NUS) memaparkan materi kritis tentang dekolonisasi epistemik. Beliau menyoroti kurangnya pemikiran dekolonisasi di kawasan Timur Tengah dan Asia Tenggara, padahal potensi untuk itu sangat besar. “Dekolonisasi bukan hanya soal membebaskan wilayah dari penjajahan, tetapi juga membebaskan dari dominasi pemikiran kolonial,” tegasnya. Untuk itu, Dr. Kassem mengajak para akademisi lokal untuk mengembangkan teori dan perspektif yang lebih relevan dengan konteks budaya dan sejarah kawasan.

Hari Kedua: Propaganda Agama dan Peran Perempuan dalam Misi Perdamaian

Pada hari kedua, sesi plenary dimulai siang hari untuk menyesuaikan dengan waktu narasumber di negara asalnya. Prof. Cyrill Hovorun dari Universitas College Stockholm bergabung secara virtual dari Eropa untuk memberikan wawasan mendalam tentang propaganda agama di balik invasi Rusia ke Ukraina. Beliau menjelaskan bagaimana Presiden Vladimir Putin menggunakan narasi keagamaan untuk memperoleh legitimasi atas tindakannya, meski Rusia secara historis menganut paham sekuler.

“Putin memanfaatkan nilai-nilai Ortodoks Rusia untuk membangun dukungan domestik, meski tindakannya bertentangan dengan prinsip perdamaian,” ungkap Prof. Cyrill. Pembahasannya membuka mata peserta tentang kompleksitas penggunaan agama dalam politik internasional.

Sesi berikutnya diisi oleh Dra. Hj. Wahidah Zein Br Siregar, MA., Ph.D., dosen FISIP UINSA, yang membahas keterlibatan perempuan sebagai pasukan penjaga perdamaian di wilayah konflik. Beliau menekankan bahwa perempuan memiliki keahlian dan perspektif unik yang sangat dibutuhkan dalam situasi konflik dan misi-misi perdamaian.

“Perempuan dapat menjangkau komunitas yang mungkin sulit diakses oleh pasukan laki-laki, seperti perempuan dan anak-anak korban konflik,” jelas Bu Wahidah. Namun, beliau juga mengakui adanya tantangan dalam implementasi kebijakan afirmatif PBB, terutama terkait norma gender dan budaya yang masih bias.

Sesi Paralel: Pertukaran Ilmu dan Kolaborasi Lintas Negara

Selain sesi plenary, SAICoPSS 2024 juga menyelenggarakan sesi paralel yang diikuti oleh peneliti dan akademisi dari berbagai institusi. Mereka mempresentasikan kontribusi tulisan mereka untuk SAICoPSS 2024 dengan beragam topik, mulai dari isu keamanan lingkungan, migrasi, hingga diplomasi budaya. Diskusi interaktif dalam sesi ini membuka peluang kolaborasi penelitian dan memperkuat jaringan akademik internasional.

Antusiasme tinggi ditunjukkan oleh para peserta, baik yang hadir secara virtual maupun di auditorium FISIP UINSA. Sannya, moderator sesi plenary pada hari kedua, mengungkapkan kegembiraannya atas partisipasi aktif mahasiswa. “Diskusi berjalan sangat dinamis. Mahasiswa tidak hanya menjadi pendengar, tetapi juga aktif bertanya dan berdiskusi dengan para pakar,” tuturnya.

Mengukuhkan Posisi FISIP UINSA di Kancah Internasional

Dekan FISIP UINSA, Prof. Dr. H. Abd. Chalik, M.Ag., menyatakan bahwa keberhasilan SAICoPSS 2024 semakin mengukuhkan posisi FISIP UINSA sebagai institusi yang aktif dalam diskursus internasional. “Kami bangga dapat menjadi tuan rumah konferensi yang menghubungkan akademisi dari berbagai negara. Ini sejalan dengan visi kami untuk menjadi pusat unggulan dalam kajian sosial dan politik,” ungkap beliau.

Dengan merefleksikan kembali SAICoPSS 2024, FISIP UINSA berharap dapat terus menjadi platform yang menghubungkan akademisi dunia dalam upaya bersama menjawab tantangan-tantangan global yang kian kompleks. (WD)