Berita

agang merupakan salah satu kegiatan penting bagi mahasiswa untuk mendapatkan pengalaman praktis sekaligus mengasah keterampilan dalam dunia kerja. Salah satu bentuk magang yang dilakukan oleh mahasiswa Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir (IAT) UIN Sunan Ampel Surabaya (UINSA) adalah magang asistensi mengajar di pondok pesantren. Magang ini tidak hanya memberikan manfaat bagi mahasiswa sebagai bekal untuk karier mereka di masa depan, tetapi juga memberikan kontribusi positif bagi pesantren dan masyarakat sekitar.

Pondok pesantren sendiri merupakan lembaga pendidikan Islam tradisional di Indonesia yang memiliki peran penting dalam melestarikan kebudayaan dan nilai-nilai Islam. Di pondok pesantren, pembelajaran Al-Qur’an menjadi salah satu materi pokok yang diajarkan kepada santri. Dengan adanya magang asistensi mengajar, mahasiswa Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir memiliki kesempatan untuk turut serta dalam proses pendidikan di pondok pesantren, baik sebagai pendamping guru maupun sebagai pengajar mandiri di kelas-kelas tertentu.

Pondok Pesantren Raudlatul Muta’allimin menjadi salah satu tempat mahasiswa menjalankan program magangnya. Pondok pesantren ini berlokasi di Lamongan dan didirikan pertama kali oleh KH. Sufyan pada tahun 1954. Awal mulanya pondok ini hanya berfokus pada ajaran ilmu-ilmu keIslaman, seperti pondok salaf pada umumnya. Namun, seiring berkembangnya zaman, pondok pesantren ini kemudian mendirikan sekolah formal yang terdiri dari MI, MTs, SMP, MA, dan SMA.

Salah satu mahasiswi magang, Kavita Aldina Safitri menjelaskan bahwa selama magang di sana, ia dan empat teman lainnya yakni Moh. Alfin Rosyidi, Najwa Athiyah Virza Al Haritsah, Fatma Adellia Putri, dan Muhammad Muslich Aljabbar mendapatkan tugas untuk membantu para ustadz ustadzah dalam membimbing anak-anak yang belum fasih dalam mengaji serta mengajarkan kepada mereka ilmu tajwid dan makhorijul huruf yang benar.

Kavita mengaku sedikit grogi di hari pertamanya mengajar. “Aku awal ngajar di sini lumayan gugup, karena ini pertama kali aku ngajar anak-anak sebanyak itu dan belum tau karakter mereka masing-masing. Tapi seru juga soalnya banyak tantangan dan hal baru yang aku temui di sini.” Ujarnya.

Mengajar di depan kelas memang tantangan yang tak terelakkan bagi sebagian besar orang, terutama bagi mereka yang baru memulai karier sebagai pendidik. Sehingga perasaan gugup sering kali menghantui saat pertama kali berada di depan murid-murid yang penuh harapan dan ekspektasi. Badriatut Tamam, mahasiswa IAT UINSA yang sedang magang di Pondok Pesantren Hidayatullah Al-Muhajirin, Bangkalan juga membenarkan hal itu.

“Kesan pertama magang cukup membuat grogi walaupun sejak jauh hari sudah mempersiapkan diri, tetap aja merasa sangat pemula dibanding para guru dan staf di sana, tapi seiring berjalannya waktu mulai sadar ternyata susah gampangnya masih bisa diikuti apalagi bisa sharing dengan dosen pamong dan guru-guru yang lain,” ujarnya.

Kegiatan Belajar Mengajar di PP Raudlatul Muta’allimin Lamongan. (Sumber: dokumen pribadi)

Dalam praktiknya sendiri, Kavita dan teman-teman lainnya mengaku tidak kesulitan ketika mengajar Al-Qur’an kepada peserta didik. Hal ini karena dalam perkuliahan semester empat, mahasiswa telah diajarkan mengenai teori-teori pembelajaran Al-Qur’an dan cara mengajar yang baik dan benar. Sehingga dengan bekal ini, mereka dapat mengaplikasikannya dalam praktik mengajar yang nyata.

Selain itu, dengan menjadi asisten mengajar mereka dapat melihat langsung bagaimana cara mengajar yang efektif, mengelola kelas dengan baik, dan berinteraksi dengan peserta didik secara lebih mendalam. Hal ini tentu akan meningkatkan keterampilan mengajar mahasiswa dan mempersiapkan mereka untuk menjadi pendidik yang kompeten di masa depan.

Namun, tentu saja banyak rintangan yang harus mereka hadapi. Karakter peserta didik yang bermacam-macam menjadi tantangan tersendiri bagi mereka. Ada yang mudah memahami materi dan ada juga yang membutuhkan beberapa kali penjelasan untuk bisa memahami materi yang disampaikan. Sehingga sebagai asisten mengajar, mereka harus memiliki stok kesabaran yang tiada habisnya. Justeru dalam kondisi seperti ini, mereka akan banyak belajar dan memperoleh pengalaman dalam membimbing peserta didik.

Dr. Ghozi, Lc, M. Fil. I dan Ust. Abdus Shomad, M. Pd, selaku pengasuh dan dosen pamong menaruh harapan besar kepada mahasiswa magang. Beliau berharap dengan adanya partisipasi dari mahasiswa magang, dapat membantu peserta didik semakin lancar dan fasih dalam membaca Al-Qur’an. Untuk mewujudkan harapan tersebut, maka dibuatlah pembelajaran tahsin Al-Qur’an. Pembelajaran ini merupakan program baru di pondok tersebut.

“Program ini memang baru, permintaan dari pengasuh pondok dan rencananya mau dibuat persiapan ketika harlah pondok nanti.” Jelas Muhammad Muslich Aljabbar. “Program ini juga termasuk salah satu proker kita selama magang. Jadi setiap habis Isya’ kita arahkan anak-anak untuk ngaji tahsin bersama-sama” Tambah Kavita.

Sehingga adanya kegiatan magang ini, dapat memberikan manfaat bagi pondok pesantren dan masyarakat sekitar. Dengan adanya bantuan tenaga pengajar dari mahasiswa, pondok pesantren dapat meningkatkan kualitas pembelajaran yang diberikan kepada santri atau peserta didik. Mahasiswa juga dapat memberikan kontribusi berupa pengetahuan dan wawasan baru yang mereka miliki, yang dapat memperkaya suasana pembelajaran di pesantren.

Tidak hanya itu, melalui magang ini, mahasiswa juga dapat memperluas jaringan dan memperoleh pengalaman berharga dalam berinteraksi dengan masyarakat lokal. Mereka dapat belajar tentang budaya dan tradisi masyarakat setempat, serta memahami lebih dalam tentang tantangan dan potensi pendidikan di daerah tersebut.

Dengan demikian, magang asistensi mengajar mahasiswa Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir di pondok pesantren merupakan salah satu bentuk kegiatan yang sangat bermanfaat bagi mahasiswa, pondok pesantren, dan masyarakat sekitar. Melalui magang ini, diharapkan mahasiswa dapat meniti profesionalisme dalam karier pendidikan mereka dan menjadi agen perubahan yang positif bagi pendidikan Islam di Indonesia. (Lidya Karmalia – Mahasiswa Fakultas Ushuluddin dan Filsafat)