Berita

Pagi itu, matahari baru saja mulai muncul di balik pepohonan di Pondok Pesantren MBS Jazaul Ihsan Jombang, suasananya langsung terasa adem dan penuh semangat. Bayangkan saja, sambil jalan keliling kelas, terdengar lantunan ayat suci yang dilantunkan para santri yang bikin hati jadi tenang. Di tengah-tengah itu semua, ada Yusrizal Adam Firdaus, mahasiswa Sastra Inggris dari FAH UINSA, yang sedang menjalani program Merdeka Belajar-Kampus Merdeka (MBKM) Skema Asistensi Mengajar. Dia langsung menyapa para santri dengan senyum lebar, semangatnya benar-benar menular pagi itu!

Di kelas, Yusrizal tidak mau membuat suasana belajar jadi kaku dan tegang. Dia lebih milih menyampaikan materi dengan cara yang asyik, misalnya lewat diskusi santai, role play, dan praktek berbicara dalam Bahasa Inggris. Jadi, para santri tidak cuma dengerin teori, tapi langsung praktek supaya menambah rasa percaya diri mereka saat bicara bahasa Inggris. Tidak berhenti di ruang kelas, Yusrizal juga dapat tugas keren lainnya, yaitu jadi imam salat rawatib di masjid pesantren dan memberikan tausiyah, terutama pas Ramadan. Menurutnya, itu momen yang sangat berarti untuk membantu para santri mendalami sisi spiritual mereka.

Nah, serunya lagi, Yusrizal juga aktif melatih santri dalam keterampilan public speaking. Melalui bimbingan intensif, salah satu santrinya meraih juara 4 dalam lomba pidato tingkat Jawa Timur. Keren kan! Ya iya lah! Sebuah prestasi yang sangat membanggakan. Dunia seni dan perfilman pun menjadi ajang eksplorasi baginya; film “Meniti Cahaya” yang ia sutradarai berhasil meraih juara 2 di IPB tingkat nasional. Saat ini, ia tengah menggarap dua karya baru bertema kehidupan pondok, “Ku Relakan Masa Putih Abu-Abu Ku di Pesantren” dan “Rindu Gema Malam Takbir di Kampung Halaman,” yang menggambarkan perjalanan emosional para santri.

Di luar bidang akademik dan seni, Yusrizal turut menjadi pembina organisasi siswa intra sekolah (OSIS), menginisiasi berbagai kegiatan yang memperkuat jiwa kepemimpinan serta solidaritas di kalangan siswa. Ia juga terlibat dalam tim Penerimaan dan Bimbingan Daftar Baru (PBDB) tahun ajaran 2025/2026, sambil memastikan para santri tetap disiplin menjalani rutinitas pesantren.

Bagi Yusrizal, segala tanggung jawab ini bukan sekadar menambah pengalaman, tetapi juga menjadi wujud pengabdian sekaligus wadah mengasah kompetensi mengajar, kepemimpinan, dan kerja sama tim. Ia memiliki keyakinan kuat akan pentingnya kolaborasi dan kreativitas dalam pendidikan.

“Buat saya, ngajar itu lebih dari sekadar nyampaikan materi pelajaran. Ini tentang menginspirasi dan membentuk karakter. Semoga apa yang saya lakukan ini bisa sedikit jadi langkah awal buat menciptakan generasi yang nggak cuma pinter, tapi juga punya aktif dan kreatif. Dan yang paling penting, semuanya harus berangkat dari hati dan penuh cinta,” ujarnya dengan penuh keyakinan.