oleh: Dr. Ali Mustofa, M. Pd.
Ketua LPM UIN Sunan Ampel Surabaya
Quote Jumat Mutu
Capaian kinerja wujud kristalisasi output-output yang terukur dan terencana. Output itu sangat tergantung hasil senyawa dari kegigihan, “tutup telinga”, kerja keras, menghargai peran sekecil apapun dalam tim dan tidak kalah penting, dimensi spiritual religius sebagai lokomatif pencapian kinerja.
Kata-kata diatas, mungkin pernah dialami oleh siapapun dan bisa jadi jarang untuk direfleksi diri (muhasabah) dalam dinamika sebagai pelayan jasa pendidikan tinggi, utamanya Institusi Keislaman. Kita kupas satu persatu dan apa kaitannya rumusan kalimat tersebut tersaji dan tersusun sedemikian rupa. Redaksi tersebut hasil refleksi memaknai atas keterlibatan dalam aktivitas penyelenggaraan tri dharma Perguruan Tinggi.
Ada dua kata kunci capaian kinerja akan menjadi nyata dan wujud sesuai harapan, yakni terencana dan terukur. Dua kata ini ibarat dua sisi mata uang, apabila tidak ada satu, maka fungsi uang pun akan menjadi hilang tidak bermakna dan parahnya tidak dapat dijadikan alat transaksi ekonomi. Kata pertama, terencana. Mematok terencana membutuhkan pikiran dan tindakan yang cermat, teliti, visioner, antisipasi masa depan dan terbalut yang selalu dibarengi imajinasi mitigasi resiko. Tidak akan ada produksi “terencana” apabila tidak memenuhi perilaku atau tindakan manajemen sebagaimana patokan yang telah disebutkan diatas tadi.
Kedua, kata terukur. Kata terukur ditandai dengan kejelasan rincian program-kegiatan, alokasi waktu, person in charge, output, deadline dan satu lagi tagihan atas validasi ketuntasan pekerjaan atau tugas. Kejelasan rincian tersebut harus inline dan relete dengan visi besar organisasi dan pemimpin yang telah dicanangkan dan diputuskan. Terukur ini lebih baik bersifat kuantitatif dalam menentukan tolok ukur. Dengan ukuran kuantitatif akan mempermudah dan memastikan dalam ketercapaian output, outcome bahkan impact.
Terencana dan terukur, secara singkat penulis telah kupas dengan sederhana. Bingkai konstruk logika manajemen, jika hulu kinerja terpastikan dengan 2 kata tersebut, sudah dapat dipastikan hilir berupa output akan disemai dan menghasilkan buah ketuntasan pekerjaan berdasarkan visi dan target organisasi atau unit kerja.
Namun begitu, Ketuntasan atau kesempurnaan output tidak bisa diraih dengan mudah, membutuhkan seperangkat perilaku organisasi dan target kinerja, lebih tepat teknokrasi birokrasi, dalam memastikan output tersebut berhasil sukses dan berdaya-guna untuk unit kerja bahkan organisasi. Perilaku, sikap dan tindakan itu harus didasarkan secara senyawa. Pensenyawaan kinerja dapat diraihkan dan terformulasikan dari, (1) sikap kuat, watak dasar ini harus dimiliki dan modal utama bagi pendidik-tenaga kependidikan/pelayan kampus/khodimul jamiah tangguh. Jika tidak memiliki ini, potensi kerapuhan atas hasil maksimal dan optimal cenderung mengarah pada sinyal kegagalan akan didapatkan. (2) kegigihan dalam mencapai target capaian kinerja dan output. Tindakan istiqomah satu ini tidak perlu diperdebatkan. Lakukan dengan tegak lurus, jangan menoleh ke belakang, tarik nafas panjang harus diperlukan karena kita manusia, bukan malaikat, sebagai bentuk relaksasi. (3) “tutup kuping” dalam arti tetap mendengar kritik, saran, masukan namun tidak perlu direspon dengan bicara namun dibalas dengan bukti kerja yang lebih dahsyat dan istiqomah, (4) kerja keras, ini dimaknai, kerja cerdas dan kerja ikhlas dijadikan rumus bekerja, namun daya ungkitnya tetap harus fokus pada kerja keras, kerja keras dan kerja keras. (5) Menghargai semua peran tim sekecil apapun. Poin kelima ini, ekspresi fisik kinerja tidak tampak dan kasat mata, maka dimensi rasa-suasana kebatinan-suara hati harus dipadu untuk menuntun kepekaan atau kepedulian spontan secara ikhlas dalam memberikan penghargaan yang dapat dibuktikan melalui ucapan, bahasa tubuh, gerakan badan, raut muka, kata-kata sederhana namun penuh makna heroik. Pastikan juga aura sebagai teman kerja, figur nyaman dan ekskusi cepat dan tegas terus terpancar dalam membersamai tim kerja. Zinedine Zidane, Pemain Real Madrid kala itu, pernah berucap, kurang lebih, “aku dan timku menjadi menang, terus haus menjadi juara dan berani melawan klub manapun, tanpa gentar sedikitpun, karena ada sosok selalu membersamai dalam tim, gelandang bertahan dan serang, Claude Makalele”.
Semua yang kita baca diatas, tidak akan sempurna yang lambat laun beriring waktu justru menjadi kering dan hampa, jika output-output dicapai tidak diimami oleh lokomatif spiritualitas dan religiusitas pada individu-individu dalam satu tim kecil atau besar. Untuk itu mulailah dari diri sendiri yang nanti akan terhabituasi pada sekeliling sobat kerja anda, dan senyawa kinerja pasti anda rasakan. Semoga. (Flight: CGK-SUB, 22-02-25, 07.43 WIB).