Berita

UINSA Surabaya_Co Lead Private Sector at PT Indonesian Indicator, Lavica Anky mengisi kuliah tamu pada kelas komunikasi politik yang diselenggarakan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) UIN Sunan Ampel Surabaya,Rabu (7/5/2023) .

Dalam pengantar kuliah , Lavica Anky, menyampaikan metode kampanye digital dengan menggunakan hasil analisis Big Data. Namun, sebelum Lavia Anky membahas secara detail tentang analisis big data dalam kampanye, terlebih dahulu menjelaskan mengenai kampanye dengan mengutip referensi buku berjdudul “communication campaigns”. “Suatu gagasan dapat muncul karena alasan-alasan yang akan dikonstruksi dalam bentuk pesan yang dapat dikomunikasikan kepada masyarakat atau khalayak. Kampanye adalah penyampaian pesan-pesan politik dalam berbagai bentuk, mulai dari poster, diskusi, iklan hingga selebaran.

Menurutnya, bentuk pesan biasanya selalu menggunakan simbol-simbol verbal yang diharapkan memikat khalayak luas.” Lavica Anky, juga mengatakan, bahwa kampanye politik merupakan bentuk komunikasi politik. Artinya, keduanya saling berhubungan satu sama lain.

 
Lebih lanjut, Lavica Anky menyampaikan, bahwa ada dua metode dalam kampanye politik yaitu metode konvensional dan metode digital. Keduanya saling berkaitan, bahkan narasi pada media sosial (Youtube, Facebook, Twitter, Telegram, Tiktok dll) juga berasal dari amplifikasi sebuah isu yang disampaikan di ruang kampanye konvensional. Tren kampanye digital bersamaan dengan proses digitalisasi dan semakin luasnya media sosial.

Tren awal penggunaam media sosial dalam kampanye politik adalah saat Pilkada DKI Jakarta tahun 2012 yang dilakukan oleh Jokowi-Ahok Social Media Volunteers (JASMEV). Dari situlah tren media di Indonesia semakin meningkat, Data Dewan Pers mengatakan bahwa total media online di Indonesia pada 2018 mencapai 47.000 dan menjadi yang terbesar di dunia. Dari jumlah tersebut, hanya sebagian kecil saja yang terverifikasi.

Lavica Anky, juga, menyampaikan mengenai  peta digitalisasi di Indonesia. Dalam data olah hasil riset yang dilakukan Indonesia Indicator, pada februari 2023, Lavica Anky mengatakan, bahwa 60,4% orang Indonesia memiliki akun media sosial (167 juta orang). Tidak hanya itu,  orang Indonesia dalam sehari menghabiskan 3 jam 18 menit di media sosial dan dalam sebulan menghabiskan 29 jam di Whatsapp, 29 jam di Tiktok, dan 26 jam di Youtube.

Di sisi lain, Lavica Anky juga menjelaskan tentang strategi kampanye dalam media sosial. Diantaranya adalah membentuk koneksivitas hingga menjangkau pribadi tidak terbatas jarak dan waktu. Kandidat juga harus mampu merespons isu politik, serta pengumpulan informasi untuk mengukur tingkat respon publik terhadap kandidat. Perencanaan media sosial yang efektif dan membangun tim media sosial seperti social strategist, content creator, social media graphic designer/video editor, admin, dan media analyst juga dijelaskan secara lengkap oleh pemateri.

Pada akhir pembahasannya, Lavica Anky menjelaskan tentang manfaat Big Data dalam mengukur efektivitas kampanye.

“David W. Nickerson dan Tod Rogers mengatakan bahwa kampanye modern mengembangkan basis data informasi terperinci tentang warga untuk menyajkan strategi pemilu dan memandu upaya taktis. Informasi kampanye yang paling berharga diperoleh dari perilaku dan tanggapan langsung yang diberikan oleh warga sendiri. Analis data kampanye mengembangkan model yang menggunakan informasi ini sangat bermanfaat untuk menghasilkan prediksi hingga ke tingkat individu terkait tentang perilaku politik mereka secara ril dan akurat.” Ujarnya.

“Lebih lanjut lagi, Eitan Hers mengatakan bahwa kampanye mengandalkan data survel, yang jelas terbatas. Tetapi Big Data telah mengubah itu. Kampanye kini memiliki akses ke data tentang seluruh populasi, bukan hanya sampel yang sempit dan Chuck Todd juga berpendapat bahwa Big Data merupakan kombinasi dari kekuatan teknologi besar dan informasi rinci tentang pemilih yang tanpa henti – kini memungkinkan kampanye untuk menunjukkan siapa pendukung mereka yang paling mungkin diraih.” Lanjutnya.

(Agnina)