Artikel

Knowledge for Action

 

Oleh Abdul Chalik

Dekan FISIP UIN Sunan Ampel Surabaya

 

Bagi anda yang pernah belajar di Coady International Institute pasti akan menemukan tulisan ‘Knowledge for Action’ di depan kampus utama. Tulisan tersebut terbuat dari plat baja yang bersebelahan dengan patung pendiri Coady yakni Moses Coady. Gagasan ‘Knowledge for Action’ berasal darinya yang namanya diabadikan sebagai nama kampus ternama di Canada bagian timur, atau tepatnya di sebuah kota kecil Antigonish yang hanya berpenduduk tidak lebih dari 20 ribu orang.

Di kampus tersebut gagasan knowledge for action dipelajari, disemai dan manjadi icon pengembangan keilmuan. Bahwa ilmu pengetahuan yang dihasilkan dari riset tidak boleh berhenti pada kesimpulan entah itu dalam bentuk konsep, proposisi, postulat hingga teori yang menghiasi rak buku di perpustakaan, atau disimpan dalam google scholar atau google drive. Ilmu pengetahuan harus membumi, dapat dipraktikkan dalam kehidupan nyata dan pada akhirnya bermanfaat bagi kehidupan manusia.

Munculnya model adult education atau pendidikan orang dewasa merupakan salah satu dari upaya untuk menjadikan ilmu lebih praktis. Adult education merupakan model pembelajaran berkelanjutan yang memberikan ruang bagi pembelajar untuk mengekpresikan pengalaman hidupnya menjadi sumber ilmu pengetahuan. Bagi mereka yang tidak cukup banyak waktu untuk membaca teori-teori atau mereka segera ingin mempraktikkan teori tersebut dalam kehidupan nyata adult education adalah pilihannya.

Ilmu tanpa tindakan ibarat tidak memiliki ilmu sama sekali. Kata seorang penulis, Ted Nicholas ‘knowledge without action is like having no knowledge at all’. Atau ilmu hanya hanya menjadi ‘ilmu’ dan tidak menjelma dalam kehidupan nyata.

Begitu pula ilmu tanpa dipraktikkan tidak lebih baik dari tindakan tanpa ilmu pengetahuan. Masih lebih baik orang berbuat sesuatu meskipun tanpa ilmu dari pada memiliki ilmu tetapi tidak memanfaatkan ilmunya untuk berbuat sesuatu. Kata-kata ini sering kita dengar dari seorang penulis Yathiraj Agarwal yang menyatakan action without knowledge is better than knowledge without action.

Sebelum Moses Coady dan beberapa penulis ternama membuat narasi knowledge for action, Nabi Muhammad SAW sudah sejak awal mengingatkan atas ancaman terhadap orang berilmu tetapi tidak mau menggunakan ilmunya untuk dipraktikkan. Ada Hadis yang sering dibaca oleh santri di Pesantren mengutip dari kitab al-Targhib wa al-Tarhib. Nabi bersabda bahwa orang yang memiliki ilmu tetapi tidak diamalkan akan disiksa sebelum para penyembah berhala. Karena mereka tahu tetapi seolah-olah tidak tahu. Bahkan al-Qur’an menegaskan tentang bagian dari perbuatan dosa besar bagi mereka yang berbicara (karena mengerti dan paham) tetapi tidak mempraktikkan atas atas apa yang sudah diketahuinya (QS, 61:3).

Salah satu pepatah arab yang sering dikutip oleh santri bahwa orang yang berilmu tetapi tidak dipraktikkan laksana pohon yang tidak berbuah, ‘al-ilm bila amalin ka al-shajari bila thamarin”. Buah itu penting karena sebagian dapat dimakan dan menjadi energi dan nutrisi. Sebaliknya pohon yang tidak memiliki buah hanya dimanfaatkan untuk kayu bakar, peralatan rumah dan dapur dan tidak memiliki dampak pada fisik manusia.

Jadi, ilmu tidak cukup dengan tulisan dan kata-kata, atau hanya disimpan di dalam hati dan otak. Ilmu harus hadir di alam nyata dengan tindakan atau prilaku. Saya selalu mencontohkan dengan hal-hal sederhana. Kalau norma agama menyatakan kebersihan sebagian dari iman, maka seorang muslim wajib menjaga kebersihan baik kebersihan diri, rumah, kantor, hingga bersih dari perbuatan tercela. Kalau agama mengajarkan kedisiplinan sebagaimana yang dipraktikkan dalam sholat, maka sesungguhnya setiap wajib hidup disiplin, tertib dan taat asas. Begitu pula ketika norma mengajarkan keselarasan antara mulut dan tindakan, maka wajib dipraktikkan dalam kehidupan sehari-hari prilaku jujur.

Knowledge for action berarti ilmu tidak berhenti dengan ilmu, tetapi ilmu yang dipraktikkan dalam kehidupan keseharian. Begitu pula orang berilmu bukan hanya pintar berkontemplasi,  berdebat dan menulis tetapi membawa perubahan pada lingkungan sekitar di mana mereka berada.