
Sidoarjo – Suasana belajar yang sebelumnya terasa biasa saja menjadi lebih hidup dan interaktif ketika sejumlah mahasiswa Asistensi Mengajar dari Program Studi Pendidikan Matematika (PMT) Fakultas Tarbiyah dan Keguruan (FTK) Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya (UINSA) menerapkan model pembelajaran Numbered Heads Together (NHT) di SMAN 2 Sidoarjo. Pendekatan inovatif ini berhasil meningkatkan antusiasme dan keterlibatan aktif siswa selama proses pembelajaran.
Program Asistensi Mengajar merupakan salah satu program penting dalam pendidikan calon guru, yang memberikan kesempatan kepada mahasiswa untuk mengenal dunia sekolah secara langsung. Dalam pelaksanaannya, mahasiswa tidak hanya dituntut untuk mengamati, tetapi juga berperan aktif dalam proses pembelajaran di kelas. Salah satu bentuk keaktifan tersebut adalah dengan melakukan inovasi dalam model pembelajaran.
Model NHT adalah salah satu model pembelajaran kooperatif yang mendorong siswa untuk bekerja sama dalam kelompok kecil. Penerapan model NHT di kelas X-2 SMAN 2 Sidoarjo berlangsung dinamis dan melibatkan partisipasi aktif siswa. Guru membagi siswa menjadi enam kelompok belajar dengan nama-nama yang familiar dikalangan siswa. Setiap anggota kelompok diberikan nomor agar setiap individu memiliki tanggung jawab dalam diskusi. Guru memulai pembelajaran dengan apersepsi yang mengaitkan materi trigonometri dengan alat ukur seperti teodolit, kemudian menyampaikan materi menggunakan media presentasi visual. Selanjutnya, siswa mengerjakan Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD) secara berkelompok, berdiskusi, dan saling menjelaskan satu sama lain. Pada puncak kegiatan, guru secara acak memanggil nomor dari salah satu kelompok untuk mempresentasikan hasil diskusi, sementara kelompok lain diberi kesempatan memberikan tanggapan. Proses ini memastikan partisipasi merata dan menciptakan suasana belajar yang kolaboratif dan penuh tanggung jawab.


Respons siswa terhadap pembelajaran dengan model NHT sangat positif. Mereka menunjukkan antusiasme tinggi sejak awal hingga akhir sesi. Diskusi kelompok tidak hanya meningkatkan semangat kerja sama, tetapi juga membangun kepercayaan diri siswa dalam menyampaikan pendapat. Melalui refleksi yang ditulis di platform Padlet, mayoritas siswa menyatakan bahwa mereka lebih mudah memahami materi perbandingan trigonometri karena terlibat langsung dalam diskusi. Metode yang menyenangkan dan interaktif ini juga berhasil menciptakan suasana kelas yang lebih hidup. Selain memperkuat pemahaman konsep, model NHT memberikan ruang bagi siswa untuk berpikir kritis dan bertanggung jawab atas jawaban kelompoknya.
Para mahasiswa Asistensi Mengajar berharap model pembelajaran seperti NHT dapat menjadi alternatif yang menyenangkan dalam proses belajar mengajar. Dengan demikian, siswa tidak hanya memperoleh pengetahuan, tetapi juga terlatih untuk berpikir kritis, bekerja sama, dan percaya diri. “Inovasi pembelajaran penting agar siswa tidak merasa bosan. Saya senang bisa mencoba model NHT karena ternyata memberikan dampak positif bagi suasana kelas,” ungkap salah satu mahasiswa. Semangat berinovasi dalam mengajar menjadi modal penting bagi calon guru untuk menghadirkan pendidikan yang lebih bermakna di masa depan.