Pada hari Selasa, 7 Januari 2025, Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya menggelar Sidang Terbuka Promosi Doktor Fihris Kholifatul Alam. Sidang ini bertempat di Tower KH Mahrus Aly UIN Sunan Ampel, berlangsung dengan suasana penuh khidmat, dihadiri oleh civitas akademika, keluarga, mahasiswa, serta para tamu undangan.
Gus Fihris (panggilan akrabnya) mempresentasikan disertasi berjudul Internalisasi Nilai-Nilai Tasawuf Akhlaki dalam Penguatan Spiritualitas Santri (Studi Multi Situs di Pondok Pesantren Putra Putri Miftahul Mubtadiin Ar Ridlo Krempyang Tanjunganom Nganjuk, Pesantren Daru Ulil Albab Nganjuk, dan Pondok Pesantren Assalafi Al Fithrah Surabaya). Disertasi ini menjadi tonggak baru dalam studi pendidikan agama Islam, khususnya dalam kajian tasawuf akhlaki.
Melalui penelitian multi-situs yang mendalam, Fihris berhasil menunjukkan bagaimana pesantren tidak hanya menjadi pusat pendidikan agama, tetapi juga benteng spiritual yang kokoh di tengah tantangan era modern. Dengan menggunakan pendekatan teori konstruksi sosial, relasi kuasa, dan pembelajaran humanistik, ia merumuskan konsep inovatif yang diberi nama “Teori Dialektik Sosio Sufism.” Teori ini menggambarkan bagaimana pesantren memadukan otoritas tradisional dengan pendekatan humanistik, menciptakan harmoni antara nilai-nilai sufistik dan tuntutan sosial modern.
Sidang terbuka promosi doktor Fihris Kholifatul Alam berlangsung khidmat, dipimpin oleh Prof. Dr. Hj. Husniyatus Salamah Zainiyati, M.Ag sebagai Ketua Penguji, dengan enam penguji lainnya yang turut memberikan pertanyaan kritis dan tajam. Setiap pertanyaan menjadi ujian atas kedalaman analisis dan kontribusi teoritis yang diusulkan Fihris dalam disertasinya.
Dalam Sidang Terbuka Promosi Doktor Fihris Kholifatul Alam, Prof. H. Masdar Hilmy, S.Ag., MA., Ph.D, yang juga bertindak sebagai promotor dan penguji, mengawali sesi pertanyaan dengan nada yang santai untuk meredakan ketegangan promovendus. Dengan senyum hangat, beliau bertanya, “Saudara Fihris, dari sekian perjalanan penelitian ini, apa momen paling berkesan yang memberi pencerahan baru dalam memahami internalisasi nilai tasawuf akhlaki?”
Pertanyaan ini tidak hanya memberikan ruang bagi Fihris untuk menyampaikan refleksi pribadinya, tetapi juga memperlihatkan kepedulian promotor terhadap dinamika emosional mahasiswa bimbingannya. Fihris dengan penuh semangat menjawab bahwa momen yang paling berkesan adalah ketika ia menyaksikan langsung bagaimana nilai-nilai tasawuf akhlaki yang diajarkan di pesantren membentuk karakter santri secara konsisten, terutama melalui praktik istiqamah, kesederhanaan, dan penghormatan terhadap guru. Jawaban ini disambut dengan anggukan penuh apresiasi dari Prof. Masdar, yang menekankan pentingnya pengalaman lapangan dalam memperkaya kajian akademis. Momen ini menjadi salah satu bagian hangat dari sidang yang menambah kedalaman diskusi ilmiah.
Dalam sesi tanya jawab Sidang Terbuka Promosi Doktor Fihris Kholifatul Alam, pertanyaan-pertanyaan kritis dari tim penguji memberikan dimensi yang mendalam pada pembahasan disertasi. Prof. Dr. M. Mukhsin Jamil, M.Ag, sebagai penguji eksternal dari UIN Walisongo Semarang, menanyakan penerapan teori “Dialektik Sosio Sufism” di luar pesantren. Fihris menjelaskan bahwa teori ini fleksibel dan dapat diadaptasi ke lembaga pendidikan lain dengan menekankan pembentukan karakter berbasis nilai spiritual dan moral. Dr. Moch. Choirul Arif, S.Ag, M.Fil.I, melanjutkan dengan mempertanyakan peran tasawuf akhlaki dalam menghadapi sekularisasi teknologi. Fihris menekankan bahwa tasawuf akhlaki berfungsi sebagai kontrol batin yang menjaga keseimbangan teknologi dan spiritualitas, melindungi individu dari alienasi sosial. Prof. Dr. Kusaeri, M.Pd, bertanya tentang adaptasi pesantren terhadap modernisasi tanpa kehilangan esensi. Fihris merespons dengan mengacu pada prinsip al-muhafazah ‘ala al-qadim as-salih wa al-akhdh bi al-jadid al-aslah, menjelaskan bahwa pesantren dapat memadukan tradisi tasawuf dengan teknologi pendidikan untuk tetap relevan dan bermakna. Melalui sesi dialog yang intens namun penuh inspirasi, Fihris berhasil mempertahankan argumen dan gagasannya dengan baik. Jawaban-jawabannya menunjukkan kedalaman pemahaman dan relevansi teoritis yang tinggi, menegaskan bahwa penelitian ini memberikan kontribusi signifikan dalam pengembangan pendidikan berbasis spiritual di era modern.
Dalam sesi tanya jawab lanjutan Sidang Terbuka, Dr. Abdur Rohman, M.Ud, salah satu penguji, mengajukan pertanyaan mendalam terkait konsep akhlak menurut Imam Al-Ghazali. Beliau bertanya, “apa yang dimaksud akhlak?” Fihris menjawab dengan jawaban bahwa akhlak adalah sifat yang tertanam kuat dalam jiwa, yang darinya muncul tindakan tanpa memerlukan pemikiran lebih lanjut. Kemudian Dr. Abdur Rohman, M.Ud, menjelaskan bahwa menurut Al-Ghazali, sifat yang tertanam kuat dalam jiwa, yang darinya muncul tindakan secara spontan tanpa memerlukan pemikiran lebih lanjut dalam kata lain yakni reflek, Seperti contoh ketika seseoranng jatuh maka ia reflek mengucapkan sesuai dengan akhlak yang terbiasa. pembentukan akhlak mencakup tiga tahap: takhalli (mengosongkan diri dari sifat buruk), tahalli (mengisi diri dengan sifat baik), dan tajalli (manifestasi akhlak mulia dalam kehidupan sehari-hari).
Di akhir sesi ujian, promotor Dr. H. Amir Maliki Abitolkha, M.Ag (Promotor/Penguji) menyampaikan kesan dan pesannya. “Sebagai promotor, saya merasa sangat bangga atas pencapaian Gus Fihris dalam menyelesaikan disertasi ini. Penelitian yang diusungnya tidak hanya menawarkan kontribusi teoritis melalui pengembangan Teori Dialektik Sosio Sufism, tetapi juga memiliki relevansi praktis yang besar dalam mengatasi tantangan pendidikan nilai di era modern. Dedikasi dan kerja keras yang ditunjukkan selama proses penelitian mencerminkan ketekunan serta kecintaan Fihris terhadap keilmuan, khususnya dalam bidang pendidikan Islam dan tasawuf akhlaki.” Ungkapnya. Lebih lanjut beliau berpesan, “Fihris, ini adalah awal dari perjalanan intelektualmu yang panjang. Dengan gelar doktor ini, tanggung jawab moral dan ilmiahmu semakin besar. Saya berharap kamu terus mengembangkan penelitian ini ke ranah praktis yang lebih luas, khususnya dalam mengimplementasikan teori yang telah kamu gagas di berbagai lembaga pendidikan Islam. Jadilah agen perubahan yang tidak hanya unggul dalam intelektualitas tetapi juga dalam spiritualitas, sebagaimana yang menjadi inti dari pendidikan tasawuf akhlaki. Semoga keberhasilan ini menjadi inspirasi bagi santri, akademisi, dan masyarakat luas untuk terus menjaga dan mengembangkan nilai-nilai luhur Islam dalam segala aspek kehidupan.” Tandasnya. Sidang ini ditutup dengan keputusan para penguji yang menyatakan Fihris lulus dengan predikat sangat memuaskan. Selamat Gus, telah memulai langkah baru dalam karier akademik dan pengabdiannya kepada masyarakat. (baale)