Column UINSA

COST-EFFECTIVENESS PROMOSI KESEHATAN PADA BIDANG KESEHATAN REPRODUKSI*

Oleh : Dr. Dwi Rukma Santi, SST., M.Kes
Dosen Kesehatan pada Fakultas Psikologi & Kesehatan UIN Sunan Ampel Surabaya

Promosi kesehatan merupakan upaya yang sering menjadi tumpuan harapan keberhasilan peningkatan status kesehatan. Promosi kesehatan bukanlah program terpisah dari program-program yang lain, melainkan bagian integral yang tidak dapat dilepaskan dari program utama seperti halnya pada bidang kesehatan reproduksi. Promosi kesehatan pada bidang kesehatan reproduksi mempunyai peranan penting untuk menjamin keberhasilan peningkatan status kesehatan perempuan. Dan sudah semestinya praktisi bidang kesehatan reproduksi memahami penerapan promosi kesehatan dalam bidangnya.

Indonesia tetap dikenal sebagai negara dengan angka kematian ibu (AKI) tertinggi di Asia Tenggara. Jumlah kematian ibu yang dihimpun dari pencatatan program kesehatan keluarga di Kemenkes RI pada tahun 2020 menunjukkan 4.627 kematian ibu. Sebagian besar kematian ibu pada tahun 2020 disebabkan oleh perdarahan 1.330 kasus, hipertensi dalam kehamilan 1.110 kasus, dan gangguan sistem peredaran darah sebanyak 220 kasus (Pusdatin Kemenkes RI, 2021). Selain itu juga, masih cukup tingginya angka abortus. Data dari BKKBN memperkirakan bahwa angka aborsi di Indonesia sebesar 2-2,5 juta/tahun, yang disebabkan karena alasan medis dan kehamilan tidak diinginkan, seperti kegagalan kontrasepsi, kebutuhan hidup yang tak mencukupi, kehamilan remaja, dan aborsi spontan (Emilia dkk, 2019).

Pendidikan kesehatan individu merupakan cikal bakal adanya promosi kesehatan. Dahulu, pendidikan kesehatan diawali dari individu, yaitu dari orang ke orang, ibu ke anak kemudian bidan ke ibu, dokter ke pasien dan seterusnya. Ada dua faktor yang telah membuat pendidikan tidak lagi hanya bersifat individu. Pertama adalah jumlah populasi yang semakin besar sehingga sulit untuk dicapai sekaligus, dan kedua karena jumlah populasi besar maka pendidikan pada individu menjadi sangat mahal untuk dilakukan. Di desa, kemungkinan pendekatan ini masih bisa dilakukan dan bermanfaat. Namun, di masyarakat modern terlalu sulit untuk dilaksanakan. Upaya pencegahan primer  (pencegahan sebelum ada gejala/penyakit) dengan pendekatan yang bersifat massal lebih tepat. Hal tersebut dilakukan dengan pertimbangan cost-effectiveness.

Salah satu strategi promosi kesehatan adalah dengan penguatan aksi-aksi komunitas. Saat ini, definisi komunitas tidak hanya terbatas oleh kesatuan geografis, tapi komunitas merupakan kesatuan manusia yang saling berhubungan dan berkomunikasi, dapat berbeda negara, pulau, maupun benua. Sebagai contoh adalah berbagai komunitas di dunia maya. Peran media dalam promosi kesehatan juga sangat penting dalam perubahan perilaku individu dan advokasi media. Bahkan, media sosial saat ini dapat digunakan sebagai media promosi kesehatan khususnya kesehatan reproduksi dengan jangkauan tak terbatas.