Berita

Sebagai pemuda yang berasal dari desa, keberhasilan Bassam Abul A’la untuk menginjakkan kaki di daratan United Kingdom (UK) ibarat memangku rembulan di pangkuan. Sesuatu yang sebelumnya tak pernah ia bayangkan. Sebelumnya, ia hanya mengerti UK melalui berita-berita di televisi atau sekelebat berita di media sosial. Bahkan, ia tidak tahu sebelah mana letak UK di peta atlas. Namun sekarang ia justru menimba ilmu di sana, di salah satu universitas terbaik di UK yaitu University of Dundee (UoD). “Syukur alhamdulillah, terima kasih kepada almamater tercinta UINSA yang selalu memberikan dorongan hingga saya berhasil menerima beasiswa MORA Overseas Student Mobility Awards (MOSMA) dan menimba ilmu berharga di UoD ini.” Ujarnya. 

Bassam, panggilan akrab Bassam Abul A’la, membagikan dua pengalaman menarik selama menimba ilmu di UoD sejauh ini. Dua pengalaman tersebut ia ungkap secara anekdotal. Pertama, “Saya merasa dosen-dosen di UoD di sini lebih Asia daripada orang Asia. Mereka sangat sopan dan peduli,” Bassam bercerita. Pertama kali menginjakkan kaki, Bassam langsung diundang via email untuk bertemu supervisornya. Ia berpikir akan langsung membahas setumpuk aktivitas selama di UoD. Jauh dari dugaan, supervisor justru hanya mengajaknya berbagi cerita hal-hal kecil seperti proses transisi, akomodasi, perbedaan cuaca, serta kepastian kebutuhan saya bisa terpenuhi dengan baik.

“Awalnya saya pikir orang Eropa cenderung serius dan work-oriented. Tapi mereka sangat menghargai saya sebagai pribadi. Supervisor saya mengirim email di pagi buta. Saya pikir menagih tugas. Namun ternyata supervisor menanyakan kabar saya dan berharap saya bisa menunaikan ibadah puasa dengan baik,” Ungkap Bassam dengan diiringi tawa.

Selanjutnya adalah tentang kode etik penelitian sebagai pengalaman menarik kedua bagi Bassam. “Saya menerima materi kode etik penelitian di kampus UoD dalam suatu program bernama induction. Melalui program ini, UoD mempromosikan lingkungan akademik yang secara khusus mengenalkan tentang research quality code. Tujuan utama program ini adalah untuk menegaskan para calon peneliti melakukan penelitian sesuai dengan kode etik yang nantinya dapat melanjutkan penelitian secara mandiri dan qualify untuk dipublikasikan di jurnal bereputasi. Harapanya tentu untuk menunjang karir akademis dan memberikan manfaat kepada masyarakat luas,” Jelas mahasiswa doktor UINSA.

Kode etik penelitian merupakan seperangkat pedoman tentang cara melakukan dan melaporkan penelitian. Dalam prosesnya, kode etik ini menjamin penelitian dilakukan tanpa penipuan atau niat merugikan partisipan atau anggota masyarakat keseluruhan (Fonseca, 2023). Selain itu, ada beberapa hal yang melandasi urgensi kode etik ini, seperti authenticity guna menjaga reputasi peneliti (Resnik, 2020). Oleh sebab itu, pada poin ini, “Supervisor saya mempertanyakan secara detail tentang perencanaan program penelitian, langkah-langkah yang relevan dan standar yang diharapkan. Jika supervisor saya memandang ada kekurangan kompetensi dalam diri saya untuk menjalani suatu langkah penelitian tertentu, supervisor menyarankan untuk mengikuti kelas tambahan. Contohnya, supervisor menyarankan saya untuk mengikuti kelas tambahan dasar metodologi dan analisis data yang akan saya gunakan, yaitu pelatihan SPSS dan Amos,” Bassam menambahkan.

Hal-hal lain seperti trust, collaboration, dan value juga ikut andil sebagai bagian dari landasan mengapa kode etik itu penting (Barrow dkk., 2022). Sebagai ilustrasi, suatu penelitian tidak bisa memenuhi kode etik jika tidak mampu menanamkan menanamkan kepercayaan masyarakat terhadap ilmu pengetahuan dan ilmuwan, termasuk juga jika tidak menjunjung tinggi nilai-nilai moral dan sosial. Secara teknis, “Di kampus UoD, saya memerlukan persetujuan komite etik sebelum melakukan pengambilan data penelitian. Hal ini diperlukan untuk beberapa hal seperti melindungi responden dan peneliti dari bahaya; menjaga hak dan martabat responden; menciptakan budaya saling menghormati dan percaya antara responden dan peneliti; memberikan kepastian kepada responden, masyarakat, dan penyandang dana mengenai etika pelaksanaan penelitian; dan yang terakhir untuk menjaga integritas dan reputasi para peneliti,” Bassam menjelaskan panjang lebar.

Kode etik penelitian, secara sederhana, sangat fokus pada penekanan qualify dibandingkan dengan quantify dimana produk riset biasa berorientasi pada asal jadi. Bahkan, sebelum penelitian itu dilangsungkan pun kode etik ini memberikan rambu-rambu untuk menjaga kredibilitas penelitian itu sendiri, keautentikannya, nilai dan kebermanfaatan yang diusungnya, sampai pada safety responden dan peneliti. Melalui etika penelitian seperti ini, seorang peneliti kiranya sudah membuang jauh pemikiran untuk melakukan plagiarism.