Column

THE POWER OF ISTIGHFAR: CARA KOMUNIKASI MENUJU KESEHATAN SPIRITUAL

Oleh
Dr. Nikmah Hadiati Salisah, S.Ip., M.Si.
(Ketua Jurusan Komunikasi, Fakultas Dakwah dan Komunikasi, UIN Sunan Ampel Surabaya)

Istighfar merupakan konsep penting dalam ajaran Islam yang berkaitan dengan permintaan ampunan kepada Allah SWT atas dosa dan kesalahan yang diperbuat oleh manusia. Istighfar tidak hanya memiliki dimensi spiritual dan ibadah, tetapi juga menjadi sarana untuk memperbaiki diri dan memperoleh kedamaian batin. Manfaat istighfar sangat luas, meliputi aspek spiritual, psikologis, dan sosial. Secara spiritual, istighfar mendekatkan diri seseorang kepada Allah SWT dan membuka pintu rahmat-Nya. Secara psikologis, istighfar memberikan kedamaian batin, menenangkan jiwa, dan meringankan perasaan bersalah. Sementara itu, dari segi sosial, istighfar mengajarkan kesadaran moral untuk memperbaiki diri dan menjaga hubungan baik dengan sesama.

Konsep dosa itu sendiri secara umum bisa dikatakan sebagai pelanggaran terhadap hukum-hukum yang ditetapkan oleh Allah. Tindakan dosa diartikan sebagai penyelewengan dari tujuan hidup manusia sebagai ciptaan-NYA. Di sisi lain, terdapat hukum kausalitas yang merupakan prinsip bawaan semesta. Islam mengajarkan bahwa setiap tindakan manusia memiliki dampak yang sesuai, baik di dunia maupun di akhirat. Dalam istilah kausalitas, ini dikenal dengan prinsip “sebab-akibat”. Segala amal baik maupun dosa akan dibalas sesuai dengan kadarnya. Allah menciptakan alam semesta dengan keseimbangan yang sempurna, dan tindakan manusia yang melanggar keseimbangan ini akan menimbulkan gangguan.

Di sisi lain, terkait dampak dosa terhadap keseimbangan spiritual, dapat dikatakan bahwa keseimbangan spiritual semesta dipengaruhi oleh dosa-dosa manusia yang menciptakan energi negatif dan mengguncang harmoni alam. Ketika manusia berbuat dosa, melenceng dari jalan Tuhan menuju jalan sebaliknya yang menjadi jalan syaitan, akibatnya mereka tidak hanya mencederai dirinya sendiri tetapi juga lingkungan sekitarnya. Hal ini terlihat dari dampak yang ditimbulkan yang bisa berupa ketidakseimbangan diri baik fisik maupun psikisnya sampai yang lebih luas berupa bencana alam, konflik sosial, hingga kerusakan ekosistem yang banyak dihubungkan dengan kebijakan yang tidak adil dan penyalahgunaan alam.

Istighfar menjadi sebuah petunjuk agar manusia yang menyadari kelemahan dirinya yang hanya sebagai hamba yang bahkan bukan apapun dihadapan sang Khalik, dalam tiap saat keberadaannya bukan tidak mungkin membawa dan menyebabkan munculnya energi negatif bagi dirinya sendiri yang jika tidak segera dihentikan, pada gilirannya energi negatif tersebut akan menyebar ke orang-orang dan lingkungan sekitarnya, mesti sesegera mungkin memohon pada yang Maha Kuasa dan Maha Pengatur semesta agar tidak memunculkan akibat negatif tersebut. Sesederhana itu sekaligus sehebat itu kekuatan pengampunan dari Yang Maha Pengampun.

Pengampunan  dalam Islam adalah cara untuk memulihkan keseimbangan spiritual yang terganggu. Dengan bertaubat, individu berusaha memperbaiki hubungan mereka dengan Allah dan menyelaraskan diri kembali dengan hukum-hukum-Nya. Selain itu, Islam mengajarkan pentingnya amal shaleh untuk mengimbangi perbuatan buruk, memperkuat hubungan dengan Sang Pencipta, dan mengembalikan kedamaian batin.

Dalam era modern, keseimbangan antara kesehatan fisik dan spiritual semakin diperlukan. Banyak individu yang hanya fokus pada kesehatan fisik, namun mengabaikan aspek spiritual yang mendalam. Pendekatan yang terintegrasi antara komunikasi dan kesehatan spiritual dapat mendukung kehidupan yang lebih sehat secara keseluruhan.

Komunikasi Sebagai Proses Kesehatan Spiritual
Komunikasi sebagai sebuah proses pembentukan makna menjadi elemen penting dalam membangun kesadaran individu dan kolektif akan kesehatan. Terdapat beberapa teori komunikasi yang relevan dalam konteks ini, seperti komunikasi persuasif yang berfokus pada perubahan perilaku kesehatan. Pemaknaan menjadi kunci penting dalam komunikasi, khususnya ketika melibatkan aspek spiritual. Pemaknaan adalah cara seseorang menafsirkan pengalaman, pesan, atau informasi yang diterima, yang kemudian berdampak pada pemahaman diri dan dunia sekitarnya. Dalam konteks kesehatan spiritual, proses pemaknaan berperan dalam membantu individu menemukan tujuan hidup, makna di balik berbagai pengalaman, serta memperkuat hubungan dengan Tuhan atau dimensi spiritual. Proses ini menciptakan ketenangan batin dan kesehatan mental yang lebih baik, karena individu merasa memiliki orientasi hidup yang bermakna dan menyatu dengan kehendak ilahi.

Proses pemaknaan melibatkan interpretasi pesan atau peristiwa yang terjadi, terutama yang berkaitan dengan pengalaman spiritual. Menurut Berger dan Luckmann (1966), realitas sosial yang kita pahami terbentuk melalui konstruksi sosial dan pemaknaan yang dilakukan individu dan masyarakat【^1】. Dalam konteks komunikasi spiritual, pemaknaan ini melibatkan interpretasi pengalaman religius dan spiritual sebagai bagian dari interaksi dengan Tuhan. Dengan menemukan makna dalam setiap pengalaman hidup, seseorang dapat merasakan ketenangan batin dan mengatasi perasaan negatif seperti kecemasan atau putus asa.

Refleksi diri adalah salah satu sarana utama dalam proses pemaknaan. Dengan melakukan refleksi, individu merenungkan makna pengalaman hidup, terutama yang bersifat spiritual. Refleksi ini membantu individu menemukan hikmah di balik peristiwa yang dialaminya, yang pada akhirnya dapat meningkatkan kesehatan spiritual. Dalam konteks ini, refleksi diri tidak hanya meningkatkan kesadaran spiritual, tetapi juga berfungsi sebagai terapi emosional untuk menjaga keseimbangan jiwa.

Proses pemaknaan juga penting dalam menghadapi krisis atau ujian hidup. Ketika seseorang memaknai ujian sebagai bagian dari kehendak Tuhan atau kesempatan untuk belajar dan bertumbuh, ia akan lebih mudah menerima situasi tersebut tanpa merasa putus asa. Menurut Koenig (2012), orang yang memiliki orientasi religius atau spiritual yang kuat cenderung menemukan makna dalam penderitaan atau kesulitan hidup, yang pada gilirannya mengurangi tingkat depresi dan kecemasan. Dalam hal ini, proses pemaknaan dapat membantu individu mencapai kesehatan spiritual dengan melihat setiap pengalaman sebagai cara Tuhan untuk mendewasakan jiwa mereka.

Pemaknaan yang mendalam terhadap pengalaman hidup dan komunikasi spiritual membantu menciptakan kesehatan spiritual yang kokoh. Dengan menemukan makna di balik segala hal, seseorang lebih mampu mengontrol emosi, menurunkan tingkat stres, dan memiliki perspektif positif dalam menjalani hidup. Proses pemaknaan dalam komunikasi spiritual adalah kunci bagi kesehatan spiritual yang baik. Melalui pemaknaan, individu dapat memahami peran Tuhan dalam hidup mereka, menemukan hikmah di balik setiap pengalaman, dan menjalani hidup dengan ketenangan batin. Pemaknaan yang berakar pada spiritualitas memungkinkan individu untuk melihat setiap peristiwa sebagai bagian dari kehendak Tuhan, yang memperkuat kesehatan mental dan keseimbangan emosional.

Pemahaman tentang kesehatan semakin meluas dari aspek fisik ke spiritual. Komunikasi untuk keseimbangan spiritual memerlukan pendekatan yang memahami budaya, tradisi, dan kepercayaan individu. Pendekatan komunikasi yang melibatkan elemen budaya dan agama dapat membuat pesan kesehatan menjadi lebih bermakna dan diterima secara efektif. Dalam tradisi Islam, konsep Qalb (kalbu / hati) memiliki makna yang mendalam sebagai pusat spiritualitas  kesadaran moral dan kesehatan jiwa. Melalui pendekatan komunikasi yang mempertimbangkan nilai Qalb, kita dapat mengupayakan kondisi kesehatan yang seimbang dan menyeluruh. Kesehatan bukan hanya ketiadaan penyakit, namun lebih luas lagi mencakup kesejahteraan fisik, mental, dan spiritual. Kesehatan spiritual mencakup keyakinan, nilai-nilai, dan praktik yang memperkaya hidup seseorang. Dapat disimpulkan Qalb memiliki kedudukan penting dalam kesehatan mental karena menjadi pusat pengendali emosi, perasaan, dan bahkan perilaku seseorang. Spiritualitas menjadi jembatan yang menghubungkan individu dengan Sang Pencipta, dan dalam proses ini, kalbu berperan sebagai sarana komunikasi spiritual yang mendalam dan memberi dampak positif pada kesehatan mental.

Kesehatan spiritual berakar pada pemurnian Qalb dari penyakit-penyakit hati seperti hasad (iri hati), ujub (sombong), dan kebencian. Dalam konteks ini, komunikasi yang efektif dapat membantu individu membersihkan Qalb mereka dari penyakit-penyakit tersebut dan mendorong keseimbangan hidup yang lebih baik. Kesadaran akan Qalb mengarahkan individu untuk menjaga ketenangan jiwa, menghindari stres berlebihan, dan menjalani kehidupan yang lebih bermakna.

Konsep Qalb dalam komunikasi dapat diterapkan dalam meningkatkan kesehatan mental dan emosional. Komunikasi yang baik tidak hanya melibatkan aspek fisik seperti mendengar dan berbicara, tetapi juga mencakup ketulusan niat dan ketenangan hati. Dalam proses komunikasi, niat yang tulus dari Qalb mampu menciptakan hubungan yang saling mendukung dan penuh empati, serta membantu individu merasakan ketenangan jiwa.

Komunikasi melalui Qalb melibatkan pendekatan yang ikhlas dan peduli terhadap orang lain, yang dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari untuk meningkatkan kesehatan spiritual dan emosional. Dalam Islam, praktik seperti dzikir (mengingat Allah) dan shalat bukan hanya kewajiban ibadah, tetapi juga sarana untuk menguatkan Qalb dan menjaga hubungan dengan Tuhan. Praktik ini, dalam konteks komunikasi kesehatan, dapat berfungsi sebagai cara untuk mencapai keseimbangan spiritual yang lebih baik.

Doa dan zikir adalah dua bentuk komunikasi spiritual yang mendalam antara seorang hamba dengan sang khalik. Ketika seseorang berdzikir atau berdoa, ia merasakan kehadiran sang pencipta dalam hidupnya dan memfokuskan perhatian pada hubungan vertikal ini. Studi menunjukkan bahwa doa dan meditasi spiritual dapat mengurangi tingkat stres dan kecemasan dengan membuktikan adanya korelasi positif antara tingkat religiusitas dengan kesejahteraan subjektif, serta korelasi negatif dengan depresi. Proses ini tidak hanya membantu menyehatkan jiwa tetapi juga memberikan dukungan emosional melalui hubungan spiritual yang kuat. Oleh karena itu, komunikasi spiritual yang melibatkan kalbu dapat memberikan perlindungan alami terhadap stres, kecemasan, dan berbagai gangguan mental.

Let’s say : ASTAGHFIRULLAAHAL ‘ADZIIM