Berita
SEKOLAH PENDAMPING DESA DAN SEKOLAH SOCIOPRENEURSHIP BERSAMA KOMUNITAS TANOKER LEDOKOMBO JEMBER (Bagian -1)

Prodi Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya (UINSA) sukses menggelar program Sekolah Pendamping Desa dan Sekolah Sociopreneurship bersama komunitas Tanoker Ledokombo, Jember, Jawa Timur. Kegiatan tersebut dilaksanakan  pada, Selasa 13 September 2022. Program ini sendiri melibatkan sekitar 120 mahasiswa sosiologi semester lima sebagai partner. Dalam mensukseskan acara tersebut, tidak hanya mahasiswa, dosen dan tenaga pendidik lainnya juga ikut aktif dalam program pendampingan desa dan sosiopreneurship ini.

Rangkaian acara Sekolah Pendamping Desa dan Sekolah Sociopreneurship dimulai dengan penyambutan kedatangan rombongan mahasiswa UIN Sunan Ampel. Penyambutan dilakukan dengan penyematan topi janur sebagai ucapan selamat datang. Menggunakan topi janur yang secara filosofi mengandung arti dari Bahasa Arab yaitu Ja’a Nur yang berarti “telah datang cahaya” yang diharapkan yang datang adalah orang yang akan memberikan cahaya pada masyarakat sekitarnya. Sebagaimana disampaikan oleh Farha Ciciek Direktur Komunitas Tanoker Ledokombo saat menyematkan topi janur kepada para tamu yang datang, “Saya sematkan topi janur ini sebagai tanda telah datang para pembawa nur pada masyarakat”.  Kemudian dilanjutkan dengan pengenalan komunitas tanoker yang langsung dipandu oleh pendiri Tanoker Farha Ciciek beserta suaminya Supaharjo. Komunitas Tanoker sendiri, sebagaimana disampaikan adalah komunitas belajar yang diperuntukkan untuk anak-anak untuk tetap melestarikan seni, budaya dan permainan tradisional anak seperti Egrang, lari bakiak, polo lumpur dan lain sebagainya.

Selama kegiatan berlangsung, acara berjalan dengan semangat dan antusias yang tinggi dari semua peserta yang hadir, hal ini disebabkan oleh suasana tempat forum yang berada tepat di kawasan terbuka sehingga proses penyampaian materi terkesan seperti wisata rekreasi. Sesekali juga disela-sela materi diselipkan candaan yang menambah kesan sedang bergurau layaknya anak-anak pada umumnya.

Dalam sambutannya Farha Ciciek atau akrab disapa mbak Cici menyampaikan bahwa bermain mencerdaskan belajar menyenangkan.

“Dalam Tanoker ini kami memiliki motto yakni bermain mencerdaskan dan belajar menyenangkan, ini yang selalu kami tanamkan kepada anak-anak kami di Ledokombo khususnya di tanoker” jelasnya.

Lebih lanjut mbak Cici juga meningkatakan bahwa dalam membangun desa perlu melihat potensi yang dimiliki dibanding melihat dan memecahkan masalah serta mempercayakan kepada anak-anak muda

“Dulu Ledokombo sama seperti desa pada umumnya, masalah-masalah banyak tetapi kami yakin dengan potensi yang dimiliki Ledokombo. Percayakan semua itu kepada pemuda, anak-anak muda sebab mereka memiliki kreatifitas tinggi, mampu menjadi creator-creator di masa yang akan datang” ungkapnya.

Melalui program Sekolah Pendampingan Desa dan Sociopreneurship ini, Dwi Setianingsih selaku Kaprodi Sosiologi menyampaikan bahwa program tersebut sebagai upaya menumbuhkan kesadaran mahasiswa tentang pemberdayaan masyarakat desa melalui komunitas sebagai mitra.

“Sebenarnya tujuan program ini agar memberi pengetahuan dan skill kepada mahasiswa tentang pemberdayaan masyarakat atau komunitas sebagai mitra pendamping desa” ungkapnya.

Dwi juga menyampaikan bahwa setelah mengikuti kegiatan ini mahasiswa tidak hanya menganggap sebagai pengetahuan dan perluasan gagasan saja melainkan mampu mengembangkan desa tempat tinggalnya dan menjadi inspirasi orang banyak seperti yang dilakukan oleh pasangan Farha Ciciek dan Supahrjo yang mendirikan komunitas Tanoker, menurutnya dua hal penting yang diharapkan mampu dimiliki mahasiswa setelah mengikuti program ini adalah memiliki skill khusus dalam pemberdayaan masyarakat dan menjadi inspirator sekaligius inovator bagi desanya.

“Harapan saya kepada temen-temen mahasiswa setelah mengikuti Sekolah Pendampingan Desa dan Sociopreneur ini yang pertama teman-teman mahasiswa memiliki keahlian khusus dalam bidang pemberdayaan masyarakat sebagai mitra pendamping desa, kemudian yang kedua dapat menjadi inspirator, inovator, dan motivator di desanya untuk back to village dan back to nature” pungkasnya ketika diwawancara.

Kegiatan ini secara umum ada beberapa rangkaian, yaitu setelah kegiatan overview tentang Komunitas Tanoker, dilanjutkan kunjungan ke komunitas di desa-desa yang merupakan bagian dan jaringan komunitas Tanoker yaitu Komunitas Yang Eyang, Komunitas Pak Bapak Boo Ibook, Elisa Rainbow, dan Pesantren Kopi. Bersambung. (yono).