Lp2m report, Kamis, 27 Juni 2024. Pusat Studi Gender dan Anak (PSGA) Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LPPM) UIN Sunan Ampel (UINSA) Surabaya terus melakukan upaya untuk menciptakan konten-konten yang berkualitas. Salah satunya dengan menyelenggarakan pelatihan Komunikasi, Informasi, dan Edukasi (KIE) Kesetaraan Gender, Pencegahan dan Penanganan Kekerasan Seksual, Stop Perkawinan Anak, Stop Bullying, dan Cegah Stunting Tahap 1.
Pelatihan KIE ini dihadiri oleh ketua LPPM UINSA Surabaya, Koordinator PSGA UINSA Surabaya, tim media PSGA UINSA Surabaya, satgas PPKS UINSA Surabaya, serta para dosen, dan tenaga kependidikan UINSA Surabaya. Acara ini berlangsung selama dua hari, yakni pada 25-26 Juni 2024 di Greensa Inn, Sidoarjo.
Koordinator PSGA UINSA Surabaya, Dr. Lilik Huriyah, M. Pd. I. menyebutkan bahwa pelatihan KIE ini sangat penting untuk digelar, “Sebenarnya, tim media PSGA UIN Sunan Ampel Surabaya telah mempunyai skill dalam hal menulis narasi video, membuat script video, voice offer, dan mampu menyampaikan pesan dalam sebuah video. Namun alangkah baiknya jika skill itu diasah melalui pelatihan KIE seperti ini, supaya bisa lebih maksimal,” ungkap beliau.
Pelatihan ini mendatangkan narasumber praktisi. Pada sesi pertama, materi tentang Best Practice Pencegahan dan Penanganan Kekerasan Seksual, dan Stop Bullying disampaikan oleh Afif Hidayatul Mahmudah, M. H. Selanjutnya, Deddy Kurniawan selaku narasumber kedua, menyampaikan teknik pembuatan narasi video KIE Pendidikan Kesetaraan Gender, Stop Perkawinan Anak,
Stop Bullying, dan Cegah Stunting. https://www.instagram.com/reel/C8rffPVPCk1/?utm_source=ig_web_copy_link&igsh=MzRlODBiNWFlZA==
Pada sesi ketiga, para peserta belajar bersama voice over tallent, Nuwailah Rahmah. Pada sesi keempat, bersama narasumber Khoirul Anwar, M.Pd, peserta diajak untuk membuat pesan yang runtut dan tepat dalam video. Menariknya, dalam pelatihan KIE ini, peserta yang hadir tidak sekedar mendengarkan atau berdiskusi dengan narasumber. Tetapi mereka langsung praktik dalam setiap sesi. Hal ini menjadikan para peserta terlihat begitu paham dan mampu mengimplementasikan materi-materi yang telah didapatkan.
Alvi, salah satu peserta mengaku bahwa kegiatan ini sangat luar biasa dan bermanfaat bagi para peserta. “Amazing. Aku dapat pengalaman baru saat bersama Kak Nuwailah. Jika biasanya aku jadi voice offer pakai bahasa Indonesia, tadi disuruh nyoba pakai bahasa Inggris”, ujarnya.
Dengan pelatihan tersebut, diharapkan seluruh peserta mampu memproduksi salah satu media Komunikasi, Informasi dan Edukasi (KIE) yang berkualitas bagi masyarakat. (Naila & Laili)