Senin, 7 Oktober 2024, bertempat di Amphiteatre lt. 9 Fakultas Adab dan Humaniora, Program Studi Bahasa dan Sastra Arab sukses menggelar opening ceremonial acara Konferensi Nasional Mahasiswa Bahasa dan Sastra Arab atau lebih disingkat KNMBSA 2024. Acara ini merupakan bagian dari pelaksanaan mata kuliah Publikasi Ilmiah dan penguatan profil Program Studi Bahasa dan Sastra Arab, dengan partisipasi mahasiswa pascasarjana Pendidikan Bahasa Arab serta seluruh mahasiswa semester 7.
Pada pembukaan ini, setidaknya ada 3 keynote speaker yang memberikan “pemantik” diskusi berdasarkan tema “Transformasi Bahasa Arab dalam Zaman Digital; Inovasi dan Tantangan”.
Acara ini dibagi menjadi dua sesi, yaitu sesi pembukaan yang dimulai pukul 08.00 WIB, dan kemudian dilanjutkan dengan sesi parallel pukul 13.00 WIB. Pada sesi pembukaan dan opening speech, acara dibuka oleh Dr. H. Abdullah Ubet, M.Pd selaku ketua pelaksana acara ini. Beliau menegaskan, kegiatan ini adalah interpretasi dari mata kuliah Publikasi Ilmiah, yang dengan harapannya mahasiswa/mahasiswi dapat menuangkan hasil belajarnya selama beberapa semester kebelakang dalam sebuah karya tulis ilmiah, dan mempublikasikan karya tulis tersebut dalam jurnal-jurnal.
Acara kemudian dilanjutkan dengan sambutan dari Wakil Dekan I, Prof. Kamal Yusuf. Beliau menambahkan bahwa output atau hasil dari KNM BSA bisa menjadi penguatan promosi akan program studi Bahasa dan Sastra Arab, yang mana saat ini dalam status unggul, dan juga tidak lain untuk mengasah keterampilan mahasiswa dalam menulis ilmiah.
Acara kemudian dilanjutkan dengan sesi diskusi yang menampilkan tiga pembicara utama, di antaranya
1. Dr. Nasarudin Idris Jauhar, M. Ed.
2. Fathin Masyhud, M.A.
3. Muhamad Al-Mubasyir, M.Pd.
Pembahasan pada diskusi ini menjurus kepada transformasi digital pembelajaran bahasa Arab, yang ternyata di zaman ini, kurang lebih menunjukkan adanya kesempatan untuk berinovasi dan juga menunjukkan sejumlah tantangan baru. Nasarudin, sebagai seorang dosen Bahasa Arab yang telah beradaptasi dengan teknologi dalam penelitian dan pengajarannya, menyatakan bahwa transformasi digital sesungguhnya tidak dapat dihindari, oleh karena itu setiap dari kita perlu beradaptasi dengan bermacam-macam kemudahan yang ada, dan memanfaatkannya secara optimal khususnya dalam belajar bahasa Arab. Sudah banyak media dan platform digital saat ini yang menyediakan akses pembelajaran bahasa Arab, tidak seperti dahulu yang harus menemui guru, atau seharian mencari informasi di perpustakaan. Tentunya dengan semakin mudahnya akses dalam pembelajaran bahasa Arab ini, sangat mudah bagi mahasiswa untuk mengasah keterampilan berbahasanya. Disisi lain, terkadang, pada kenyataannya, dengan banyaknya kemudahan tersebut, tidak jarang ditemukan bentuk penyalahgunaan teknologi atau media yang ada dalam dunia akademis. Seperti penggunaan AI sebagai “penyelesai tugas instan”. Perlu adanya edukasi digital di era ini agar kita bisa bijak menggunakannya.
Banyak cara untuk memanfaatkan peranan digital dalam belajar bahasa arab. Banyak pengkaji sastra dan bahasa Arab telah menciptakan platform yang tentunya bermanfaat bagi pembelajarnya. Seperti website odabasham, alarabic, hindawi, dan semacamnya. Website ini menyajikan refrensi apa saja mengenai kesusastraan Arab. Kanal Youtube juga menjadi pilihan yang tepat untuk menyaksikan bagaimana sya’ir Arab dibacakan.
Dalam berkembangnya media, sastra Arab kini semakin marak hadir di dunia digital. Para pengkaji sastra Arab modern dituntut memiliki kemampuan kritis, mampu merasakan esensi sebuah karya, menemukan celah perbaikan, serta mahir menggunakan internet sebagai medium kajian. Dalam sejarah sastra Arab klasik, ekspresi seni lebih berorientasi pada lisan, dengan perkembangan tulisan yang baru mulai signifikan pada awal era Islam.
Saat ini, karya-karya puisi Arab seperti milik Mahmoud Darwish dan Nizar Qabbani kembali populer di media sosial, karena temanya yang relevan dengan isu-isu perjuangan, perlawanan, dan cinta. Fenomena ini juga memunculkan penyair-penyair baru, seperti Tamim Al-Barghouti, yang langsung mempublikasikan karyanya melalui platform video seperti YouTube. Digitalisasi ini tidak hanya memperluas jangkauan sastra Arab, tetapi juga menghubungkan lebih banyak pembaca dengan tema-tema yang kuat dan universal.