Column UINSA

Gambar 1. Kenampakan Hilal Penentu Awal Bulan di Ufuk Barat (Dokumen Pribadi)

Apakah kita akan mengawali puasa Ramadan dengan seragam, atau kemungkinan terjadi perbedaan? Hal tersebut mungkin menjadi pertanyaan yang sering diungkapkan akhir-akhir ini.  

Penentu awal bulan Ramadan ditandai terlihatnya hilal di ufuk Barat setelah Matahari terbenam, yang didahului oleh peristiwa ijtimak (Konjungsi/Bulan Baru). Ijtimak merupakan peristiwa astronomis saat bulan dan Matahari berada dalam bujur ekliptika yang sama. Peristiwa ijtimak ini dapat dihisab secara akurat, namun sulit untuk terlihat secara kasat mata. Ijtimak awal Ramadan 1443 Hijriah terjadi pada Jumat 01 April 2022 jam 13:24 WIB. Untuk wilayah Indonesia tengah ijtimak terjadi pada jam 14:24 WITA, sedangkan untuk Indonesia Timur ijtimak terjadi 15:24 WIT.[1] Ijtimak awal Ramadan 1443 Hijriah merupakan Lunasi Islam 17313. Ramadan kali ini merupakan putaran Bulan yang ke-17313 sejak awal Hijriah dilihat dari perspektif periode sinodis Bulan. Periode sinodis bulan merupakan periode Bulan mengitari Bumi dari satu fase Bulan ke fase Bulan yang sama berikutnya. Fase ijtimak umumnya dijadikan patokan untuk perhitungan periode sinodis Bulan (Lunasi Islam).

Saat Matahari terbenam diseluruh wilayah Indonesia pada Jumat 01 April 2022, hilal memiliki ketinggian antara 1,12 derajat di Jayapura sampai dengan 2,19 derajat di Tua Pejat, Sumatera Barat. Tinggi merupakan jarak sudut dari horizon/ufuk kearah Bulan. Elongasi Bulan dan Matahari berkisar antara 2,87 derajat di Merauke sampai dengan 3,46 derajat di Sabang (Aceh). Elongasi merupakan jarak sudut antara Bulan dan Matahari. Umur Bulan berkisar antara 2,31 jam di Merauke sampai dengan 5,39 jam di Sabang (Aceh). Umur Bulan menandakan seberapa jauh waktu Matahari terbenam dari waktu terjadinya konjungsi. Beda waktu terbenam antara Bulan dan Matahari berkisar antara 6,44 menit di Jayapura sampai dengan 11,31 menit di Tua Pejat Sumatera Barat. Beda waktu terbenam merupakan durasi waktu Bulan berada diatas horizon setelah Matahari terbenam. Fraksi illuminasi Bulan berkisar antara 0,06% di Merauke sampai dengan 0,09% di Sabang (Aceh). Fraksi illuminasi merupakan perbandingan luas sabit Bulan yang terjadi dengan bulatan piringan Bulan.[2]

Rukyat hilal dilaksanakan pada Jumat sore 01 April 2022. Rukyat hilal diperlukan untuk mengkonfirmasi hasil perhitungan posisi Bulan dan memastikan hilal awal bulan Ramadan terlihat atau tidak. Hilal pada Jumat sore secara teoritis sulit terlihat dengan mata telanjang pada kondisi langit yang bagus atau dengan bantuan alat optik (seperti teleskop dan binocular) sekalipun. Posisi Hilal diseluruh wilayah Indonesia berada dibawah kriteria minimum Odeh (Gambar 1). Kriteria minimum Odeh adalah kriteria hilal dapat teramati dengan bantuan alat optik. Kriteria tersebut berada dibawah kriteria hilal bisa diamati dengan mata telanjang (kriteria Odeh Maksimum atau kriteria Ilyas). Elongasi hilal untuk seluruh Indonesia juga masih kurang dari limit danjon 6,4 derajat. Apabila ada kesaksian melihat hilal pada Jumat 01 April 2022 setelah Matahari terbenam, kesaksian tersebut harus dipastikan kebenarannya.

Gambar 2. Plot Tinggi dan Elongasi Bulan saat Matahari Terbenam Awala Ramadan 1443 H untuk lokasi perhitungan Pelabihan ratu Jawa Barat

Pada hari Jumat tersebut juga, kementerian Agama Republik Indonesia akan mengadakan sidang istbat penentuan awal Ramadan 1443 Hijriah secara hybrid.[3] Sidang istbat akan menentukan awal Ramadan jatuh pada hari Sabtu atau Minggu. Penentuan awal Ramadan 1443 H merupakan penentuan awal bulan yang menarik. Hal tersebut terjadi karena pada hari Jumat saat Matahari terbenam diseluruh wilayah Indonesia, ketinggian hilal, dan sudut elongasi sudah berada diatas kriteria wujudul hilal, tetapi masih berada dibawah kriteria kenampakan hilal modern (Gambar 1), dan Kriteria MABIMS 2022. Criteria MABIMS tahun 2022 adalah tinggi Bulan 3 derajat, dan elongasi 6,4 derajat, yang menjadi criteria dalam takwim standar Indonesia yang akan mulai diterapkan pada penentuan awal Ramadan 1443 H.[4]  

Dalam penentuan awal Ramadan kali ini kemungkinan ada perbedaan secara mendasar antar penganut kriteria imkanur rukyah (MABIMS), dan wujudul hilal sehingga kita tidak akan memulai puasa Ramadan 1443 H secara seragam. Kondisi hilal saat Matahari terbenam pada 01 April 2022 berada dibawah kriteria MABIMS 2022, sehingga kemungkinan besar pemerintah akan menetapkan 1 Ramadan 1443 akan jatuh pada hari Minggu 3 April 2022. Berbeda dengan kalangan Muhammadiyah yang sudah menetapkan bahwa awal Ramadan akan jatuh pada hari Sabtu 2 April 2022 dikarenakan hilal sudah wujud (memiliki tinggi Bulan positif) untuk wilayah Indonesia.[5]

Observatorium Astronomi Sunan Ampel (OASA) Fakultas Syariah dan Hukum UIN Sunan Ampel Surabaya akan mengadakan rukyat hilal dari lantai 10 Gd. Twin Tower B Kampus UINSA pada Jumat dan Sabtu Sore 01 dan 02 April 2022. Rukyat hilal Jumat 01 April 2022 dilaksanakan guna data rukyat hilal bagi sidang isbat, walau rukyat hilal pada hari itu bisa dikatakan rukyat hilal formalitas untuk memastikan hilal tidak terlihat. Rukyat hilal pada hari Sabtu sore 03 April 2022 dilakukan untuk menyaksikan hilal dengan tinggi Bulan sekitar 13 – 14 derajat dari permukaan horizon. Elongasi Bulan dan matahari berkisar antara 15 – 16 derajat. Hilal pada hari Sabtu secara teoritis mudah terlihat dengan mata telanjang. Tingkat kemudahan dan kesulitan dalam mengamati hilal tersebut harus dikonfirmasi langsung pada pengamatan hilal hari Sabtu. Keadaan tersebut dapat dijadikan pembelajaran bagi banyak pihak untuk mendapatkan pengalaman menyaksikan hilal awal bulan Ramadan yang mudah terlihat dengan mata, karena secara empiris dan teoritis, hilal sudah berada diatas ambang batas penglihatan visual mata manusia. Kegagalan pengamatan dapat terjadi jika terjadi cuaca buruk atau hilal terhalan oleh awan.

Pengamatan hilal pada hari Sabtu sore secara visual/mata telanjang dapat menjadi edukasi terhadap masyararakat untuk menyaksikan bagaimana sebenarnya hilal itu. Kita bisa merasakan mudah/sulitnya melakukan pengamatan hilal jika kita sudah melakukan pengamatan secara langsung. Supaya kita bisa merasakan pengalaman menyaksikan hilal dengan mata sendiri, agar kita bisa tidak selalu berpolemik dengan perbedaan kriteria penentuan awal bulan hijriah tanpa pernah menyaksikan hilal itu sendiri secara langsung.

Semoga Ramadan 1443 hijriah kali ini, kita semua dapat menjalankan ibadah puasa dengan aman dan lancar, serta dapat mendapat melewati ‘kawah candra di muka’ Ramadan untuk mendapat predikat manusia yang bertakwa dari Allah SWT. Amin.

Pustaka:

[1] Moon Phases, Astronomical Algorithms, Jean Meuss

[2] Informasi Prakiraan Hilal saat Matahari Terbenam Tanggal 1 April 2022 (Penentu Awal Bulan Ramadan 1443 H)

https://www.bmkg.go.id/press-release/?p=informasi-prakiraan-hilal-saat-matahari-terbenam-tanggal-1-april-2022-penentu-awal-bulan-ramadan-1443-h&tag=press-release&lang=ID

[3] 1 April, Sidang Isbat Awal Ramadan 1443 H Digelar Secara Hybrid

https://kemenag.go.id/read/1-april-sidang-isbat-awal-ramadan-1443-h-digelar-secara-hybrid-jj1ml

[4] Kemenag Terapkan Kriteria Baru MABIMS untuk Hijriyah, Ini Perubahannya

https://republika.co.id/berita/r7qyq3320/kemenag-terapkan-kriteria-baru-mabims-untuk-hijriyah-ini-perubahannya%C2%A0%C2%A0

[5] Maklumat Tentang Penetapan Hasil Hisab Ramadan, Syawal dan Zulhijah 1443 H

https://muhammadiyah.or.id/maklumat-tentang-penetapan-hasil-hisab-ramadan-syawal-dan-zulhijah-1443-h/

 

Novi Sopwan, M.Si.

sopwan@uinsby.ac.id

Program Studi Ilmu Falak

Fakultas Syariah dan Hukum

Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya