
Prof. Dr. Hj. Titik Triwulan Tutik, MH.
Guru Besar Ilmu Hukum Tata Negara FS UINSA Surabaya

Artinya: “Ya Allah, aku memenuhi panggilan-Mu, Ya Allah aku memenuhi panggilan-Mu, tidak ada sekutu bagi-Mu, sesungguhnya pujian dan kenikmatan hanya milik-Mu, dan kerajaan hanyalah milik-Mu, tiada sekutu bagi-Mu”
Alhamdulillah sebagaimana yang pernah saya harapkan, setelah beberapa kali melakukan perjalanan umarah dan/atau haji tahun ini dapat berangkat umrah bersama-sama keluarga suami, anak kedua, dan si bungsi. Sedangkan anak pertama sudah tahun kemarin juga berangkat bersama di bulan yang sama yaitu Ramadan.
Rasanya ada yang berbeda umroh di bulan Ramadan untuk tahun ini (2025). Selama 16 hari kami bersama-sama dengan teman-teman jamaah di bawah travel Nur Haramain melakukan ibadah bersama pada akhir Ramadan 1446 H. Pertama, Ramadan 1446 H untuk Jazirah Arab selama 29 hari. Jadi lebaran jatuh pada tanggal 30 Maret 2025, sedangkan untuk Indonesia dan juga negara-negara Asia Tenggara lebaran jatuih pada tanggal 31 Maret 2025, atau hari Ramadan 1446 H genap 30 hari. Kedua, Masjid Nabawi di Madinah dan Masjidil Haram di Makkah tidak dikenal lagi istilah Tarawih 8 rakaat atau 20 rakaat dengan masing-masing 3 witir. Masjidil Haram di Makkah, dan juga Masjid Nabawi di Madinah Arab Saudi menggelar salat Tarawih 10 rakaat dan witir 3 rakaat. Tarawih dilakukan dengan 5 taslim atau tiap 2 rakaat 1 kali salam. Sedangkan niat shalatnya adalah niat shalat qiyamul lail. Selain tarawih sebagaimana biasa tiap malam antara pukul 01.00 sampai dengan 03.00 dilakukan salat Tahajud. Dan pada 10 malam terakhir, tarawih hanya 5 taslim atau tiap 2 rakaat 1 kali salam sedangkan witir digabung saat salat tahajud dengan membaca doa witir pada rakat terakhir tidak kurang dari 1 jam penuh.
Imam shalat Tarawih dan Tahajud dilakukan secara bergantian oleh tujuh imam, termasuk Syekh As-Sudais sendiri, Syekh Maher Al Muaiqly, Syekh Abdullah Juhany, Syekh Bandar Baleelah, Syekh Yasir Dawsary, Syekh Badr Al Turki, dan Syekh Waleed Al Shamsan.
Bulan suci Ramadan merupakan bulan umat Islam diwajibkan berpuasa sebagaimana Allah SWT berfirman dalam Q.S. Al-Baqarah: 183,
يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِيْنَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُوْنَۙ ١٨٣
Artinya: “Wahai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa.”
Selain berpuasa, umat Islam dianjurkan menghidupkan malam Ramadan dengan ibadah sunnah, seperti salat Tarawih dan witir. Ibadah ini merupakan sunnah Rasulullah SAW.
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: مَنْ قَامَ رَمَضَانَ إِيْمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ
Artinya: “Dari Abu Hurairah Radhiyallahu Anhu bahwa Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda, ‘Barang siapa menunaikan salat (Tarawih) dalam bulan Ramadan dengan penuh keimanan dan harapan akan pahala, maka diampuni segala dosanya yang telah lampau’.” (Muttafaq alaih)
Memang salat tarawih merupakan salah satu dari amalan-amalan di bulan Ramadan yang dianjurkan selain juga membaca al-Qur’an, bersedekah, i’tikaf, mendo’akan orang lain, memberi buka puasa, memperbanyak do’a dan istighfar, dan shalat dhuha.
Amalan-amalan tersebut begitu meriah pada bulan Ramadan baik di Madinah maupun Makkah. Mereka pada berlomba-lomba meraih sebanyak-banyak pahala dari amalan-amalan tersebut. Bahkan euphoria berbagai ta’jil menjelang buka puasa mejadi pemandangan yang luar biasa. Meraka saling berbagai, mereka saling memberi dari apa yang mereka hasilkan. Berbagai macam makanan mereka sediakan bagi para jamaah menjelang shalat maghrib. Sungguh pemandangan yang luar biasa kita saksikan di Masjidil Haram dan Masjidil Nabawi. Penulis sampai melamun alangkah indahnya seandainya kebiasaan yang masuk dalam konteks ibadah ini dilakukan di Indonesia. Para dermawan, konglomerat, si kaya dan juga penyandang dana seperti BAZNAS (BAZIS) dapat memanfaatnya dengan disalurkan untuk para fakir-miskin-duafa di bulan Ramadan tersebut.
Hal lain yang membuat hati bergemuruh dan menangis adalah gema talbiyah di pusaran ka’bah yang selalu mengalun tanpa henti. Terus dan terus menyambung dari beribu-ibu bahkan berjuta-juta jamaah umrah di bulan Ramadan. Umat manusia dari seluruh penjuru dunia datang dan berkumpul dalam pusaran kekhidmatan, pusaran kehambaan, pusaran pengakuan dosa, pusaran betapa kerdilnya manusia di hadapan sang Rabb yang Maha Agung dan Maha segala-galanya. Isak tangis, dan lolongan permohonan ampunan dosa berkumandang dari setiap mulut manusia yang datang. Hajar Aswad, Multazam, Hijir Ismail, Maqam Ibrahim, dinding ka’bah dan kiswah menjadi simbol luapan dan tempat penumpahan rasa manusia dalam meminta permohonan pengampunan doa.
Bacaan talbiyah, tasbih, tahmid, dan tahlil dilengkapi dengan doa, dzikir, atau istighfar saling bergantian keluar dari setiap mulut manusia yang melakukan tawaf memutari Kiblat umat Islam selama 7 (tujuh) kali tersebut. Sedangkan di tenmpat Sa’i yaitu berjalan dan berlari-lari kecil (bagi laki-laki) antara bukit Sofa dan Marwah juga bergemuruh “Innas-safa wal-marwata min sya’airillah” dilanjutkan dengan membaca doa, berzikir, dan membaca ayat-ayat Al-Qur’an.
Memang umrah di bulan Ramadhan memiliki keistimewaan yang lebih besar dibandingkan umrah di bulan biasa. Perbedaannya terletak pada prioritas ibadah dan pahala yang didapatkan. Pertama, Prioritas ibadah: (1) Jamaah umrah di bulan Ramadhan cenderung lebih memprioritaskan ibadah dibandingkan dengan kegiatan lain. Ramadhan adalah bulan di mana umat Islam lebih fokus dalam beribadah. Hal ini juga berlaku bagi jamaah umrah. Dibandingkan dengan bulan-bulan biasa, jamaah umrah di bulan Ramadhan cenderung lebih memprioritaskan ibadah dibandingkan dengan kegiatan lain seperti berbelanja atau wisata religi; dan (2) Jamaah lebih fokus pada ibadah, seperti salat tarawih, tadarus Al-Quran, dan beri’tikaf di masjid. Fokus pada ibadah selama Ramadhan memberikan ketenangan hati dan kepuasan spiritual yang sulit dijelaskan dengan kata-kata. Kita akan merasakan betapa dekatnya hubungan dengan Allah saat menjalani ibadah di bulan suci ini.
Kedua, Pahala yang didapatkan; (1) Umrah di bulan Ramadhan memiliki pahala yang setara dengan haji. Dalam sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhuma, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Umrah di bulan Ramadhan setara dengan haji bersamaku.” (HR. Bukhari dan Muslim); (2) Umrah di bulan Ramadhan merupakan “pembersih dosa” yang efektif. Salah satu momen yang sangat dinantikan di bulan Ramadhan adalah malam Lailatul Qadar, malam yang lebih baik dari seribu bulan. Jika Sobat menjalani umrah di akhir Ramadhan, peluang untuk mendapatkan malam istimewa ini di Tanah Suci menjadi lebih besar. Allah berfirman dalam Surah Al-Qadr: “Sesungguhnya Kami telah menurunkannya (Al-Quran) pada malam kemuliaan (Lailatul Qadar). Dan tahukah kamu apakah malam kemuliaan itu? Malam kemuliaan itu lebih baik dari seribu bulan.” (QS. Al-Qadr: 1-3). Beribadah di malam Lailatul Qadar di Masjidil Haram atau Masjid Nabawi memiliki keutamaan yang luar biasa. Banyak jamaah yang memperbanyak salat, membaca Al-Quran, dan berdoa sepanjang malam untuk meraih berkah malam tersebut; (3) Ritual thawaf, sa’i, dan doa di tanah suci menjadi sarana menghadirkan hati yang bersih dan bebas dari noda maksiat. Dengan berada di tempat suci, jamaah memiliki peluang lebih besar untuk memperbanyak doa di tempat-tempat mustajab seperti: Multazam (antara Hajar Aswad dan pintu Ka’bah), Hijr Ismail dan Bukit Safa dan Marwah. Gabungan bulan suci dan lokasi mustajab memberikan kekuatan luar biasa bagi doa-doa yang dipanjatkan oleh para jamaah dari berbagai penjuru dunia. Mereka bermunajat khusyuk dengan penuh harapan Allah mengabulkan doa-doanya.
Meski setara, umrah saat Ramadhan tidak dapat menggugurkan kewajiban ibadah haji bagi umat islam yang mampu melaksanakannya. Umrah sering disebut sebagai “haji kecil” karena memiliki beberapa kesamaan dengan haji. Tata cara pelaksanaannya lebih sederhana dan bisa dilakukan kapan saja selain pada waktu haji.
Ya … Allah sungguh Keagunganmu nyata, di tanah kelahiran Rasul-Mu nan mulia Muhammad SAW. Engkau bukakan cakarawala hati, Engkau bungkam semua keakuan dan keangkuhan diri. Semoga Umrah kami menjadi Umrah yang mabrur, dan Engkau terima setiap amalan perbuatan yang kami lakukan. Ampunilah dosa-dosa kami, baik dosa masa lalu, dosa saat ini maupun dosa yang akan datang. Panggilah hamba untuk datang kembali ke Baitullah-Mu pada umrah dan/atau musim Haji yang akan datang. Aamiin Ya Rabb.