UINSA Newsroom, Jumat (17/05/2024); Delegasi UIN Sunan Ampel (UINSA) Surabaya mengikuti, ‘Bimbingan Teknis Pendaftaran dan Sosialisasi UM-PTKIN Tahun 2024’ yang digelar Panitia Nasional Penerimaan Mahasiswa Baru Perguruan Tinggi Keagamaan Islam Negeri. Kegiatan ini berlangsung di Jakarta pada 16-19 Mei 2024. Sebanyak 59 PTKIN diundang, khususnya para Penanggung Jawab Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) dan Penanggung Jawab Humas, untuk mengikuti kegiatan tersebut.
Dua utusan dari UINSA yakni Abdullah Rofiq Mas’ud, SK., MM., Kepala Badan Penerimaan Mahasiswa Baru yang hadir selaku PJ TIK, bersama Nur Hayati, S.I.Kom., Pranata Hubungan Masyarakat yang hadir selaku PJ Humas PMB pada UINSA Surabaya. Kehadiran keduanya hadir guna memaksimalkan mekanisme Penerimaan Mahasiswa Baru (PMB), termasuk teknis pendaftaran dan sosialisasi UM-PTKIN 2024 pada UINSA Surabaya.
Hadir dalam sesi pembukaan kegiatan, Kamis, 16 Mei 2024, Ketua Forum Rektor PTKN, Prof. Dr. TGH Masnun Tahir, M.Ag., beserta sekretaris, Dr. H. Sumper Mulia Harahap, M.Ag., dan Bendahara, Prof. Dr. Wasilah; Ketua Panitia PMB PTKIN, Prof. Dr. Nyayu Khodijah, S.Ag., M.Si., dan Bendahara, Prof. Dr. Rosihon Anwar, M.Ag.
Dalam sambutannya Prof. Nyayu menyampaikan laporan terkait pelaksanaan pendaftaran UM-PTKIN tahun 2024. Disampaikan Prof. Nyayu, bahwa berdasarkan hasil rekap data, tren peningkatan jumlah pendaftar meningkat sekitar 30 persen lebih dari target yang diharapkan. Hal ini salah satunya karena waktu pendaftaran yang dibuka satu bulan lebih awal.
Capaian dari sejak dibuka pendaftaran pada 17 April dan akan berakhir pada 15 Juni ini, dinilai Prof. Nyayu menunjukkan masih banyaknya minat terhadap PTKIN, sebagai pilihan utama calon mahasiswa baru.
“Kalau yang daftar satu bulan ini kita yakin 30ribuan ini artinya mereka orang-orang yang memang ingin masuk ke PTKIN, bukan menjadikan PTKIN sebagai pilihan kedua,” ujar Prof. Nyayu. Mengingat bahwa saat ini juga masih berlangsung seleksi jalur SNBT.
Dalam kegiatan ini, lanjut Prof. Nyayu, para peserta akan dijelaskan terkait SOP/POB UM PTKIN, tata cara pendaftaran terutama penanganan terkait masalah pendaftaran, upaya meningkatkan kegiatan sosialisasi, serta koordinasi antar pokja.
Sementara itu, Prof. Dr. TGH Masnun Tahir, M.Ag., dalam pengarahannya mengajak kepada seluruh peserta untuk melakukan sosialisasi dan promosi kampus khususnya terkait UM-PTKIN secara masif, sistemik, dan terstruktur. sosialisasi dan promosi ini dapat dilakukan melalui berbagai kanal media sosial maupun jejaring media yang dimiliki PTKIN.
“Targetnya adalah PTKIN bukan sebagai alternatif tapi destinasi. Bukan lagi menjadi the second choice,” ujar Prof. Masnun.
Prof. Masnun juga menjelaskan, pentingnya sosialisasi dan promosi di sektor pendidikan yang belum tersentuh seperti diniyah formal dan maudalah. “Harus digencarkan. Masih ada waktu satu bulan lagi. Jargonnya, Kuliah di PTKIN atau tidak sama sekali,” tegas Prof. Masnun.
Dalam kesempatan ini, Wibowo Prasetyo, Staf Khusus Menteri Agama bidang Media dan Komunikasi Publik secara khusus hadir selaku narasumber kegiatan. Ia menegaskan, bahwa promosi perguruan tinggi harus dilakukan sepanjang tahun, tidak hanya di musim PMB.
Di era digital, penggunaan kanal digital merupakan sebuah keharusan. Penggunaan media sosial dan kerjasama dengan media partner baik cetak maupun online sangat ditekankan dalam upaya mempublikasikan prestasi dan distingsi PTKIN secara luas. Justru, menurut Wibowo, mempertahankan penggunaan kanal konvensional merupakan bentuk kemunduran.
“Mayoritas orang Indonesia adalah pengguna internet yang tertinggi di dunia. Jadi, bagaimana mensosialisasikan penerimaan mahasiswa baru ceruknya sesungguhnya terbuka lebar,” ujar Wibowo.
Tantangannya kemudian,lanjut Wibowo, adalah kreatifitas kampus dalam melakukan sosialisasi dan promosi. “Bombardir publik dengan capaian prestasi kampus, maka akan mengena. Tidak perlu banyak uang karena banyak platform digital yang murah dan bisa digunakan. Masyarakat Indonesia adalah pengguna TikTok kedua terbesar setelah Amerika,” imbuh Wibowo.
Karenanya, penting menurut Wibowo, untuk menciptakan pola promosi dan sosialisasi yang menarik, atraktif, dan inovatif dengan tetap mengedepankan mutu dan relevansi bagi masyarakat.
“Tata cara komunikasi publik kita yang baik, akan menentukan bagaimana branding kampus. Tidak ada sesuatu yang bisa kita lakukan jika kita tidak akrab dengan media. Media mainstream memiliki sifat otoritatif sehingga lebih dipercaya. Kampanye masifnya kita gencarkan melalui media sosial,” terang Wibowo.
Lebih lanjut disampaikan Wibowo, bahwa branding kampus menjadi kekuatan dalam sosialisasi dan promosi. Pemanfaatan berbagai platform juga diharapkan mampu memenuhi target yang ditetapkan. “Secara intensif mulai mencari cara yang tepat untuk membranding kampus,” tukas Wibowo. (Nur/Humas)
Reportase: Nur Hayati
Foto: MN. Cahaya