Berita

KANWIL KEMENAG PROVINSI BALI RESPON POSITIF

Disertasi Dr. Alaika M. Bagus Kurnia

Denpasar (27/2/2023). Setelah menyelesaikan ujian terbuka pada 16 Februari 2023, Dr. Alaika M. Bagus Kurnia mendapatkan kesempatan menyampaikan hasil riset disertasinya di hadapan bidang PENMA Kanwil Kemenag Bali. Disertasi yang mengusung topik: “Aktualisasi Layanan Pendidikan bagi Siswa Minoritas Muslim Denpasar,” ternyata menarik perhatian mereka. Ninik Surani – Kasi Pendidikan Islam menyambut baik dan memperhatikan secara detail hasil dari penelitian disertasi yang ditulis Gus Alaik, panggilan akrab Dr. Alaika M. Bagus Kurnia PS sebagai peneliti.

Gus Alaik dihadapan Kanwil Kemenag Provinsi Bali dan MGMP PAI menyampaikan, “Meskipun warga sekolah muslim secara kuantitas terbanyak nomor dua, jumlah populasi dari setiap sekolah juga dikatakan tidak sedikit, namun perlakuan dari pihak sekolah juga masih memberikan stigma minoritas. Sehingga beberapa hambatan dan tantangan terjadi pada saat pembelajaran dan pembiasaan di kelas. Telah tergambar bagaimana sistem aktualisasi layanan pendidikan Islam di SMA/ SMK Negeri Denpasar, baik dari sisi regulasi yang dikeluarkan oleh pemegang kebijakan atau pimpinan sekolah. demikian juga praktik layanan pendidikan Islam.

Dr. Alaika M. Bagus Kurnia Memaparkan Hasil Risetnya di Hadapan Kasi Penma

Kanwil Kemenag Bali

Sehingga model layanan pendidikan Islam pada umumnya tercermin pada layanan mandiri. Yaitu model layanan yang dimotori oleh guru PAI yang bersentuhan langsung dengan pendidikan Islam di dalam sekolah. Namun layanan tersebut membutuhkan kerjasama dengan siswa, yang mana mereka sebagai customer juga sebagai pelayan kepada teman sejawatnya. Juga demikian wali murid sebagai komite dan stakeholder yang berada di luar sekolah yang terkait. Sehingga memerlukan layanan terintegrasi (integrated service) namun layanan tersebut juga membutuhkan kesadaran diri dari masing-masing item (save awareness), tidak akan pernah berjalan secara terpadu, apabila guru sudah melayani secara maksimal, namun tidak ada dukungan dari orang tua. Sehingga dapat berjalan pelayanan terintegrasi atau terpadu”.

Lebih lanjut ia memaparkan implikasi dari temuan hasil penelitianya. Misalnya terkait pesan sikap manusia yang selalu meminta untuk dipenuhi kebutuhannya sebagaimana yang dijelaskan oleh Abraham Maslow. Namun pada kesempatan ini, bagaimana manusia dapat memenuhi kebutuhannya dengan cara mandiri dan menjadi produktif. Sehingga implikasi dari penelitian tersebut memberikan analogi terkait pelayanan pendidikan Islam pada setting minoritas sebagaimana proses pertumbuhan kaktus.

Kaktus adalah tumbuhan yang dapat tumbuh di tempat gersang, namun memiliki keunikan tersendiri dalam pertumbuhan dan fotosintesis nya. Mereka dapat menyimpan dan memanfaatkan air dengan baik. Sebagaimana konteks pendidikan Islam di Bali, apabila guru dapat memanfaatkan melihat dan memanfaatkan SDM yang baik, maka akan tumbuh dengan baik dengan cara menguatkan aqidah dan ajaran agamanya, membiasakan pembiasaan keagamaan, serta menanamkan cinta terhadap agamanya. Cabang batang kaktus pun akan kuat dan mampu berfotosintesis dengan sempurna. Pada akhirnya kaktus tersebut akan berbunga dan berbuah pada cabang batangnya. Bunga dan buah diibaratkan sebagai nama baik, prestasi, atau hasil dari layanan pendidikan Islam yang dapat dirasakan oleh siswa dan guru. Hasil tersebut memberikan respon dari luar populasi muslim. Hal inilah yang disebut dengan pelayanan kaktus.

Ninik Surani langsung memberikan tanggapan, bahwa hasil disertasi ini menemukan satu kajian model seperti tumbuhan kaktus. Tumbuhan kaktus ini apabila diilhami oleh guru PAI yang secara langsung bersentuhan dengan pelayanan, dan sekaligus sebagai manajer utama dari pelayanan pendidikan Islam, maka harus mampu melakukan ikhtiar secara mandiri hingga pada titik prestasi, ketika menginginkan respon yang baik dari sekolah.

Hal tersebut juga diperkuat oleh pernyataan Margiyanto yang pada saat itu juga menjadi peserta, sekaligus sebagai Sekretaris MGMP PAI Bali. Bahwasanya membenarkannya. Iapun menyatakan, “saya dulu ketika Mas Alek mengambil data, saya masih berada di SMK Negeri 1 Denpasar. Sekarang alhamdulillah saya sudah keluar karena ada pinangan dari SMP Swasta Harapan. Alhamdulillah karena perjuangan dan negosiasi yang membutuhkan waktu dan pemikiran yang banyak, saat ini perkembangan pelayanan pendidikan Islam di SMK Negeri 1 juga membuahkan hasil, yaitu memberlakukan kegiatan belajar mengajar pada mata pelajaran PAI pada jam efektif sekolah”.

Hasil disertasi ini digayung sambut dengan baik oleh seluruh elemen struktural MGMP PAI. dan hendak menjadi pekerjaan bersama bagi komunitas muslim yang peduli dengan pendidikan Islam. Sehingga Ninik Surani memberikan pekerjaan gagasan dan pikiran bagi Mas Alaika selaku peneliti, agar juga ikut memikirkan bagaimana solusinya untuk unit SD Negeri. Yang saat ini di lingkungan Denpasar sendiri, terdapat 130 unit SD Negeri, tidak tersedia guru PAI, dan sekolah tidak menyediakan anggaran. Lagi-lagi urusan pelayanan SDM menjadi tambahan diskusi pada pelayanan pendidikan Islam di Denpasar. Hal tersebut menjadi harapan khusus bagi Kasi Pendidikan Islam Kementerian Agama kota Denpasar.