Articles

Dr. Slamet Muliono Redjosari

Gemuruh “Adili Jokowi berubah menjadi “Hidup Jokowi.” Ini bukan hanya paradoks dalam beragama tetapi paradoks dalam merespon aspirasi masyarakat. Dikatakan paradoks karena di berbagai penjuru muncul suara “Adili Jokowi” karena melihat berbagai carut marut negeri ini terus terlihat, namun yang muncul justru pembelaan Prabowo terhadap Jokowi. Rakyat awalnya optimis dengan berbagai pidato presiden Prabowo yang secara verbal sangat membela rakyat namun ketika rakyat bersepakat bahwa mengadili Jokowi karena carut marut ini bermuara pada Jokowi. Gema Adili Jokowi pun terdengar di mana-mana. Namun Prabowo justru mengelu-elukan Jokowi dengan teriakan “Hidup Jokowi.”

Adili Jokowi

Aksi vandalisme yang menuntut tangkap dan Adili Jokowi meluas. Mereka menganggap bahwa Jokowi telah melakukan kesalahan fatal selama memimpin negara selama 10 tahun. Dia dipandang merusak demokrasi, merusak konstitusi dan bahkan telah merampas negeri ini. Aksi ini terjadi di beberapa kota besar, seperti Surabaya, Yogyakarta dan bahkan di Solo. https://regional.kompas.com/read/2025/02/14/162252078/demo-adili-jokowi-di-solo-massa-tuntut-jokowi-ditangkap?page=2 

Demonstrasi meluas di berbagai kota dengan isu Proyek Strategi Nasional (PSN) yang dipandang hanya menguntungkan pihak investor dan mengabaikan kepentingan rakyat. Termasuk kasus korupsi, Kolusi dan Nepotisme (KKN) yang sangat kental, bantuan sosial Pilpres 2024 dalam rangka memuluskan puteranya, Gibran Rakabumingraka sebagai wakil presiden, pagar laut yang menguntungkan oligarki yang menyengsarakan rakyat, pemandulan institusi seperti KPK, MK, pengadilan, dan kepolisian, sehingga tidak berfungsi kecuali menguntungkan Jokowi, serta politik sandera terhadap partai politik, dan juga proyek IKN yang banyak memboroskan anggaran negara.

Banyaknya kekisruhan dalam praktek bernegara seperti efisiensi yang dilakukan oleh presiden Prabowo tidak lepas dari kepemimpinan era Jokowi yang telah meninggalkan borok ketika memimpin. Kebijakan efisiensi pun dipandang sebagai hal yang kontradiksi karena banyak melakukan pemangkasan anggaran yang berujung pada kesengsaraan pada rakyat karena melahirkan pemutusan Hubungan Kerja (PHK) serta kehidupan masyarakat yang semakin sulit.

Kebijakan efisiensi dipandang tidak konsisten dengan kabinet Probowo yang sangat gemuk alias gemoy. Dikatakan gemoy karena jumlahnya yang sangat bertumpuk-tumpuk. Menteri, wakil Menteri, departemen hingga staf khusus yang masing-masing membutuhkan anggaran yang sangat fantastis, sehingga menjadi beban baru. Belum lagi anggaran Pendidikan, Komisi Yudisial (KY) dan Lembaga penting lainnya mengalami pemotongan, sementara kepolisian dan Dewan Perwakilan Rakyat tidak terkena kebijakan efisiensi. Publik menilai bahwa kebijakan efisiensi sangat kontradisktif.

Semua kekisruhan dalam praktek bernegara di atas sebagai dampak buruk dari kepemimpinan di era Jokowi yang dinilai ugal-ugalan. Melihat konteks ini, wacana tangkap dan Adili tidak lebih sebagai uangkapan kejengkelan masyarakat terhadap pengelolaan keuangan negara yang tidak transparan dan asal. 

Hidup Jokowi

Tuntutan “Tangkap dan adili Jokowi” mengalami anti klimaks ketika Prabowo berucap “Hidup Jokowi.” Hal itu diungkapkan pada saat menyampaikan pidato pada hari saat Hari Ulang Tahun (HUT) Gerindra. Hal itu diungkapkan dengan mengatakan bahwa dirinya jadi pemimpin karena dukungan Jokowi. Dia pun menegaskan kembali bahwa keberhasilannya menjadi presiden dikarenakan kontribusi Jokowi. Maka serentak hadirin bertepuk tangan dan bersorak. Prabowo pun mengatakan lebih semangat lagi. Maka hadirin pun semakin bertepuk tangan  dan suasana semakin gemuruh.

Setelah itu, para hadirin menyanyikan lagi “terima kasih Jokowi” dan itu diikuti Prabowo dan Jokowi pun berdiri sebagai tanda ucapan terima kasih atas pernyataan Prabowo dan lagu terima kasih Jokowi. https://news.detik.com/berita/d-7780503/momen-prabowo-serukan-hidup-jokowi-saat-hut-gerindra

Tentu saja pekik Prabowo “Hidup Jokowi” dinilai sebagai anti klimaks berbagai pernyataan Prabowo yang sebelumnya dinilai sangat tegas dan pro rakyat. Sebagaimana diketahui bahwa berbagai pernyataan Prabowo sangat tegas terhadap para penyelenggara negara yang mencoba main-main mengurus negara. Bahkan pernyataan Prabowo sangat jelas sikapnya dan berpihak pada rakyat serta akan mengejar hingga ke Antariksa bagi para pejabat yang terbukti melakukan penyelewengan keuangan negara.

Bahkan dalam kasus pagar laut yang sangat jelas pelanggarannya, namun para Menteri seolah tidak segera bertindak tegas. Pada saat itu Prabowo berani bersikap tegas dengan memerintahkan untuk menangkap pelakunya. Termasuk dalam kasus elpiji yang membuat kisruh di tengah masyarakat karena Bahlil Lahadalia dianggap tidak pro rakyat. Prabowo pun bersikap tegas dengan pidato yang berapi-api sehingga rakyat tidak lagi antri elpiji.

Namun ketika Prabowo berpidato pada saat HUT Gerindra  dengan pekik “Hidup Jokowi” seolah mengubur sikap tegas Prabowo yang selama ini. Pekik “Hidup Jokowi” seakan-akan mengubur mimpi rakyat memiliki presiden yang tegas dan tak pandang bulu. Prabowo dibayangkan bisa mewujudkan pemerintah yang membela kepentingan rakyat, namun dia justru mengkhianati keinginan rakyat yang menginginkan Jokowi diadili. Jokowi dinilai rakyat telah melakukan kejahatan politik namun Prabowo justru meneriakkan  “Hidup Jokowi.”  

Terlebih lagi, sebelumnya Prabowo telah menyatakan ada pihak-pihak yang ingin memisahkan dirinya dengan Jokowi. Hal ini dikatakan Prabowo di kongres Muslimat NU guna membantah pihak-pihak tertentu yang berupaya memecah belah hubungannya dengan Jokowi, serta mengkuyoh-kuyoh mantan presiden. https://www.tempo.co/politik/6-poin-pidato-prabowo-di-kongres-muslimat-nu-termasuk-soal-jokowi-dan-pemotongan-anggaran-1205928

Realitas ini menunjukkan bahwa Prabowo dinilai sebagai presiden di bawah bayang-bayang Jokowi dan tidak ingin lepas darinya. Oleh karenanya, pernyataan “Adili Jokowi” guna menseleraskan pidato Prabowo yang selama ini dinilai pro rakyat, jauh panggang dari api alias sulit diwujudkan setelah Prabowo berteriak “Hidup Jokowi.”

Pekik “Hidup Jokowi” merupakan simbol kedekatan Prabowo kepada Jokowi daripada kedekatan dia pada rakyatnya. Semestinya Prabowo mengucapkan “Hidup rakyat” bilamana ingin mewujudkan kebijakan yang pro rakyat. Namun kenyataannya Prabowo justru mengucapkan “Hidup Jokowi.” 

Surabaya, 17 Pebruari 2025

Loading