Prodi Sastra Indonesia
November 19, 2025

Sinergi dengan HPI Komda Bali Perkuat Profil Lulusan dan Arah Visi Prodi Sastra Indonesia UINSA

Sinergi dengan HPI Komda Bali Perkuat Profil Lulusan dan Arah Visi Prodi Sastra Indonesia UINSA

Kebutuhan industri terhadap penerjemah profesional yang berintegritas, akurat, dan berwawasan budaya semakin meningkat dari tahun ke tahun. Menyadari tuntutan tersebut, Prodi Sastra Indonesia UIN Sunan Ampel Surabaya melakukan kunjungan strategis ke Himpunan Penerjemah Indonesia (HPI) Komda Bali pada 13 November 2025. Pertemuan ini menjadi momentum penting untuk mengevaluasi dan memperkuat relevansi visi–misi prodi sekaligus mengaitkannya dengan profil lulusan yang siap memasuki dunia kerja bahasa yang penuh dinamika.

Rombongan Prodi Sastra Indonesia disambut langsung oleh Ketua HPI Komda Bali, Kandar Turnit, beserta jajaran pengurus—Cininta Arya Dini selaku Koordinator Seksi Acara dan Fitri selaku bendahara HPI Bali. Dalam suasana diskusi yang terbuka dan produktif, Kandar memaparkan ruang lingkup kerja HPI yang meliputi penerjemahan dokumen hukum, akademik, dan audiovisual, serta interpretasi di lembaga-lembaga negara. Menurutnya, kemampuan yang dibutuhkan seorang penerjemah jauh melampaui keterampilan linguistik. “Penerjemahan itu bukan sekadar alih bahasa. Ia adalah jembatan makna. Seorang penerjemah harus mampu menangkap nuansa, menjaga etika, dan tetap netral dalam konteks tertentu, terutama pada dokumen hukum atau interpretasi di kepolisian,” tegas Kandar. Penjelasan tersebut segera memberikan gambaran konkret kepada tim Prodi Sastra Indonesia mengenai kompetensi apa saja yang harus dipersiapkan mahasiswa agar dapat bersaing di dunia profesional.

Diskusi kemudian masuk pada pembahasan mengenai profil lulusan Prodi Sastra Indonesia yang selama ini dirumuskan mencakup kompetensi sebagai peneliti bahasa dan sastra, editor, penulis, penerjemah, interpreter, hingga analis budaya. Masukan dari HPI membantu memvalidasi sekaligus memperkaya formulasi tersebut. Haris Shofiyuddin, Kaprodi Sastra Indonesia, menyampaikan bahwa prodi memiliki visi untuk menjadi pusat pendidikan kebahasaan yang adaptif terhadap kebutuhan global. “Kami ingin profil lulusan kami jelas, relevan, dan siap bersaing. Masukan dari HPI membantu kami memastikan bahwa apa yang kami rumuskan benar-benar sesuai dengan kebutuhan industri bahasa,” ujarnya.

Penjelasan mendalam mengenai tantangan profesi penerjemahan audiovisual disampaikan oleh Cininta Arya Dini. Ia mengungkapkan bahwa subtitling film, terutama film komedi, membutuhkan kreativitas tinggi untuk mempertahankan humor yang sangat terkait dengan konteks budaya. Menurut Cininta, tidak semua permainan kata dapat diterjemahkan secara literal, sehingga penerjemah harus cermat memilih padanan yang tetap menghadirkan efek humor yang sama. “Humor itu sangat budaya-spesifik. Menerjemahkan komedi bukan hanya soal kata, tetapi mengalihkan rasa. Ini membutuhkan kreativitas dan kepekaan sosial,” jelasnya. Perspektif ini memperkaya wawasan prodi, terutama dalam pengembangan mata kuliah penerjemahan dan analisis wacana.

Fitri, sebagai bendahara sekaligus praktisi penerjemahan, menambahkan bahwa mahasiswa perlu diperkenalkan sejak dini pada beragam peluang karier di industri bahasa, termasuk sebagai subtitler, proofreader, dan konsultan bahasa. Ia menilai bahwa banyak mahasiswa belum menyadari luasnya lanskap pekerjaan kebahasaan yang dapat mereka masuki. “Dengan bekal yang tepat, mereka bisa masuk ke dunia profesional dengan percaya diri,” katanya. Masukan ini beresonansi kuat dengan rencana prodi untuk memperkuat mata kuliah kewirausahaan berbasis profesi bahasa agar mahasiswa tidak hanya memiliki kompetensi akademik, tetapi juga memiliki pemahaman karier yang komprehensif.

Salah satu poin penting dalam diskusi adalah sistem Tes Sertifikasi Nasional (TSN) yang dikembangkan HPI. Sertifikasi yang terdiri dari tiga jenjang—Umum, Aspiran, dan Profesional—menjadi tolok ukur kompetensi penerjemah di tingkat nasional. Bagi Prodi Sastra Indonesia, TSN dapat dijadikan rujukan utama dalam merumuskan capaian pembelajaran lulusan, sehingga mahasiswa yang berminat pada profesi penerjemahan memiliki jalur kompetensi yang terstruktur.

Pertemuan ini tidak hanya berakhir pada diskusi teori, tetapi juga menghasilkan rencana kerja sama nyata. Prodi Sastra Indonesia dan HPI Bali sepakat untuk merancang serangkaian kuliah tamu berkala yang menghadirkan praktisi penerjemahan profesional. Selain itu, HPI membuka peluang bagi mahasiswa untuk mengikuti lokakarya berbasis kasus nyata, seperti penerjemahan dokumen hukum, subtitling film, dan interpretasi untuk keperluan resmi. Pada tingkat yang lebih luas, kerja sama ini juga mencakup mentoring karier, riset kolaboratif, dan peluang volunteering dalam kegiatan budaya.

Kunjungan ke HPI Komda Bali memberikan pembaruan orientasi penting bagi Prodi Sastra Indonesia dalam memperkuat visi, misi, dan profil lulusannya. Sinergi ini menegaskan bahwa dunia akademik dan dunia profesional harus berjalan berdampingan agar lulusan benar-benar siap menghadapi realitas kerja yang kompleks. Melalui kolaborasi yang berkelanjutan, Prodi Sastra Indonesia berharap dapat mencetak lulusan yang tidak hanya kompeten secara teoritis, tetapi juga mampu berkontribusi nyata dalam industri bahasa. (Tim Sosmed Prodi Sastra Indonesia)

Baca juga: Kegiatan Prodi Sastra Indonesia

Spread the love

Tag Post :

Categories

Berita