Prodi Sastra Indonesia
November 19, 2025

Prodi Sastra Indonesia Perkuat Kurikulum BIPA Melalui Kolaborasi Strategis dengan Alliance Française Bali

Prodi Sastra Indonesia Perkuat Kurikulum BIPA Melalui Kolaborasi Strategis dengan Alliance Française Bali

Suasana hangat dan penuh percakapan antusias menyambut kedatangan rombongan Prodi Sastra Indonesia UIN Sunan Ampel Surabaya di Alliance Française (AF) Bali, 13 November 2025. Pertemuan yang semula direncanakan hanya sebagai kunjungan silaturahmi dan penjajakan kerja sama tersebut berkembang menjadi dialog strategis mengenai penguatan kurikulum, terutama mata kuliah BIPA yang tengah dirancang sebagai salah satu unggulan prodi. Di bawah kepemimpinan Kaprodi Haris Shofiyuddin, tim dosen Sastra Indonesia berdiskusi intensif dengan Direktur AF Bali, Denys Kennet, membahas potensi kolaborasi yang dapat memperluas cakupan pembelajaran mahasiswa dalam bidang kebahasaan dan lintas budaya.

Dalam pemaparan awalnya, Denys menjelaskan peran AF Bali sebagai pusat pengenalan bahasa dan budaya Prancis yang aktif menyelenggarakan berbagai kegiatan budaya, termasuk pemutaran film dan diskusi sinema yang berlangsung dua kali setahun, yaitu pada bulan Juli dan November. Ia menegaskan bahwa pembelajaran bahasa yang baik selalu terhubung dengan pemahaman budaya penuturnya. “Bahasa dan budaya selalu berjalan berdampingan. Ketika mahasiswa belajar bahasa asing atau mengajarkan bahasa Indonesia kepada penutur asing, mereka perlu memahami cara pandang, estetika, dan konteks sosial masyarakat yang terlibat di dalamnya,” ujar Denys. Penjelasan tersebut membuka ruang diskusi yang lebih mendalam mengenai bagaimana AF Bali dapat menjadi mitra strategis dalam memperkuat kurikulum BIPA di Prodi Sastra Indonesia.

Salah satu substansi pembahasan yang mencuat adalah pentingnya paparan materi audiovisual sebagai pendekatan kreatif dalam pembelajaran bahasa. Melalui pemutaran film Prancis yang beragam dalam genre dan tema, mahasiswa dapat mempelajari dinamika bahasa, ekspresi kultural, serta representasi kehidupan sosial yang dapat menjadi bahan banding ketika mereka mengajar bahasa Indonesia kepada penutur asing. Hal ini sejalan dengan visi Prodi Sastra Indonesia untuk mencetak pengajar BIPA yang tidak hanya terampil secara linguistik, tetapi juga sensitif terhadap perbedaan budaya. Dalam konteks tersebut, mata kuliah Sinematografi yang sudah menjadi bagian dari kurikulum prodi dipandang memiliki peluang besar untuk dikembangkan dalam kolaborasi bersama AF Bali. Mahasiswa dapat mengamati gaya visual sinema Prancis yang dikenal dengan mise-en-scène ekspresif, ritme visual yang kontemplatif, atau tema-tema eksistensial dan psikologis yang kuat. Melalui integrasi film-film tersebut dalam perkuliahan, mahasiswa memiliki kesempatan untuk mengasah kemampuan analisis wacana visual, keterampilan interpretatif, dan kepekaan estetik.

Haris Shofiyuddin menyampaikan bahwa kolaborasi semacam ini merupakan bagian dari strategi prodi dalam mengembangkan atmosfer akademik yang kaya dan relevan dengan kebutuhan global. Ia menegaskan bahwa BIPA bukan sekadar mata kuliah teknis tentang pengajaran bahasa Indonesia, melainkan juga wadah untuk menanamkan pemahaman lintas budaya dan keterampilan komunikasi yang adaptif. “Mahasiswa BIPA tidak cukup hanya memahami teori pengajaran bahasa. Mereka perlu ruang untuk mengamati, berinteraksi, dan memproduksi materi pembelajaran yang sensitif terhadap budaya. AF Bali memberi ruang itu,” ungkap Haris. Ia menambahkan bahwa pengalaman mahasiswa dalam berinteraksi dengan komunitas internasional, termasuk melalui kegiatan budaya di AF, dapat memperkaya praktik mereka ketika nanti terjun sebagai pengajar BIPA.

Pertemuan tersebut juga menghasilkan sejumlah rencana kerja sama konkret. AF Bali menyatakan kesiapannya untuk menyediakan akses pemutaran film sebagai bahan analisis mahasiswa dan membuka kesempatan bagi dosen Sastra Indonesia untuk turut serta dalam program diskusi film bersama narasumber profesional. Denys menjelaskan bahwa film dapat menjadi jembatan efektif dalam pembelajaran bahasa karena memuat contoh autentik ekspresi lisan, situasi sosial, dan dinamika budaya. “Ketika mahasiswa BIPA belajar mengembangkan materi ajar, film adalah media yang sangat kaya. Mereka bisa menggunakannya untuk menjelaskan budaya, konteks makna, hingga ekspresi natural yang tidak ditemukan dalam teks biasa,” tuturnya.

Haris Shofiyuddin, menyatakan bahwa model kerja sama ini sangat relevan untuk pengembangan kurikulum yang menuntut mahasiswa memiliki kemampuan aplikatif. Menurutnya, kerja sama dengan AF Bali memberikan nilai tambah berupa ruang praktik yang nyata, terutama dalam pengembangan materi ajar audiovisual, translasi budaya, dan literasi film. “Kami ingin memastikan bahwa kurikulum kami hidup, responsif, dan relevan dengan perkembangan industri bahasa. Kolaborasi dengan AF Bali membantu kami melihat kebutuhan dunia internasional dan menyesuaikan pembelajaran BIPA ke arah yang lebih dinamis,” ujarnya.

Di akhir pertemuan, kedua belah pihak sepakat untuk melanjutkan komunikasi intensif guna merancang program bersama yang dapat masuk ke dalam kalender akademik prodi. Kolaborasi yang mencakup pemutaran film, lokakarya subtitling, kuliah tamu, dan proyek analisis budaya ini diharapkan mampu memperkuat kompetensi mahasiswa Sastra Indonesia dalam menghadapi tantangan global, terutama di bidang pengajaran BIPA dan industri bahasa. Kunjungan ini menegaskan komitmen Prodi Sastra Indonesia untuk terus memperluas cakupan jejaring internasional demi mewujudkan lulusan yang unggul, adaptif, dan berdaya saing tinggi. (Tim Sosmed Prodi Sastra Indonesia)

Baca juga: Kegiatan Prodi Sastra Indonesia

Spread the love

Tag Post :

Categories

Berita