Sebagai bagian dari upaya internasionalisasi dan peningkatan kualitas layanan bagi mahasiswa asing, UIN Sunan Ampel (UINSA) Surabaya melalui Pusat Layanan Internasional (International Office) terus memperkuat komunikasi dan kerja sama dengan berbagai kedutaan besar negara sahabat. Saat ini UINSA memiliki 51 mahasiswa internasional yang berasal dari berbagai negara dan keberadaan mereka menjadi indikator pengakuan global terhadap mutu pendidikan di UINSA.
Dalam pengelolaannya, UINSA menghadapi sejumlah tantangan seperti mitigasi risiko, pendampingan akademik, serta kehidupan keseharian mahasiswa internasional. Karena itu, sinergi antara perguruan tinggi, mahasiswa, dan pihak kedutaan asal menjadi sangat penting. Pada Selasa, 2 Desember 2025, delegasi International Office yang terdiri dari Nabiela Naily, Fitriah, Maulana Assegaf, dan Sigit Pramono Djati melakukan kunjungan resmi ke Kedutaan Besar Afghanistan dan Kedutaan Besar Pakistan untuk Indonesia.
Pertemuan dengan Kedutaan Besar Afghanistan
Di Kedutaan Besar Afghanistan, delegasi UINSA diterima oleh Mr. Kais Barakzai, Deputy Head of Mission & Counsel. Dalam pertemuan tersebut, kedua pihak sepakat untuk memperkuat koordinasi dalam pengawasan serta pengayoman mahasiswa asing, sekaligus membuka peluang kerja sama baru di bidang pendidikan.
Mr. Barakzai menyampaikan urgensi menginkatkan jumlah generasi muda Afghanistan yang memplajari secara langsung bagaimana Islam yang mencerminkan moderasi, toleransi dan keramahan juga kemajuan. Selain itu, ia menegaskan bahwa minat generasi muda Afghanistan untuk belajar di Indonesia terus meningkat. Ia menilai Indonesia memiliki potret Islam yang ramah, toleran, dan progresif, yang penting untuk dipelajari oleh anak muda Afghanistan sebagai bekal membangun masa depan peradaban di negara mereka.
Pernyataan tersebut sejalan dengan hasil konferensi internasional yang baru saja diselenggarakan UINSA di bawah mandat Kementerian Agama RI yang bertajuk “Why Indonesia as a New Center of Muslim Civilization? Reassessing the Role of Indonesian Islam in Shaping the World Future in a Post-War Era.” Lebih lanjut, Kedutaan Afghanistan juga membuka peluang kerja sama dalam bentuk seminar bersama, baik secara daring maupun luring.
Pertemuan dengan Kedutaan Besar Pakistan
Selanjutnya, delegasi UINSA bertemu dengan Mr. Zafir Jafid, pejabat di Kedutaan Pakistan untuk Indonesia. Beliau adalah third secretary Kedutaan Besar Pakistan untuk Indonesia. Dalam diskusi tersebut, Mr. Zafir menyatakan bahwa Indonesia dan Pakistan memiliki hubungan erat sebagai dua negara dengan populasi Muslim terbesar di dunia, sehingga banyak kerja sama potensial yang masih bisa dikembangkan.
Ia menyampaikan bahwa saat ini terdapat sekitar 300–350 mahasiswa Indonesia yang menempuh studi di Islamabad dan kota-kota lain di Pakistan. Sebaliknya, jumlah pelajar Pakistan yang belajar di Indonesia berada pada kisaran yang sama. Pakistan juga menawarkan berbagai peluang studi, baik di bidang religious studies maupun science and technology, dengan keunggulan berupa pengakuan profesi internasional untuk lulusan teknik dan arsitektur dari universitas-universitas Pakistan.
Dalam pertemuan itu, International Office juga menyampaikan berbagai konsultasi terkait mitigasi risiko mahasiswa, yang ditanggapi positif oleh pihak Pakistan. Mr. Zafir berkomitmen mendukung langkah preventif dan kuratif serta menjanjikan kunjungan ke Surabaya untuk bertemu langsung dengan mahasiswa Pakistan di UINSA.
Pertemuan diakhiri dengan penegasan dari Third Secretary Kedutaan Pakistan mengenai komitmen kerja sama yang lebih luas antara Indonesia dan Pakistan, terutama mengingat banyaknya potensi kolaborasi sebagai negara berpenduduk Muslim besar.
Dengan terjalinnya hubungan yang semakin solid antara UINSA dan kedua kedutaan besar tersebut, diharapkan berbagai program pengembangan, pertukaran pelajar, pertukaran dosen, serta peluang kolaborasi akademik lainnya dapat semakin diperkuat demi kemajuan pendidikan internasional di UINSA.