Program student mobility yang diselenggarakan oleh FSH UINSA yang bekerja sama dengan Al-Hidayah Waqaf Foundation for Education and Social Development, Thailand, membawa pengalaman unik bagi Izzatul Bariyah (Prodi HPI, semester 4) bersama empat peserta KKN Internasional. Pasalnya, Izza dan team diminta untuk tidak menggunakan bahasa Thailand selama kegiatan belajar mengajar di Nidasuksasart School, Satun, Thailand.
Selasa, 8 Juli 2025 pukul 22.00 waktu Thailand, Izza dan team dijemput langsung oleh guru dan istri dari kepala yayasan Nidasuksasart School di lokasi transit, setelah menempuh perjalanan jauh menggunakan jalur udara dan darat dari Indonesia menuju provinsi di Thailand Selatan. Penyambutan berlangsung ramah, menjadi awal dari kegiatan pertukaran ilmu dan budaya di lingkungan sekolah yang dikenal membuka diri untuk inovasi pembelajaran bahasa dan toleransi.
Penugasan di Nidasuksasart School tidak hanya berorientasi pada pengajaran bahasa Inggris secara formal, namun secara khusus diberi arahan untuk tidak menggunakan bahasa Thailand dalam proses belajar mengajar. Pihak sekolah menegaskan bahwa pembelajaran harus mengutamakan pemakaian bahasa Inggris dan bahasa Indonesia. Ini bertujuan meningkatkan kemampuan siswa dalam dua bahasa asing sekaligus memperluas wawasan budaya mereka. Pengalaman Nidasuksasart School sebelumnya menunjukkan, penggunaan bahasa Thailand justru membatasi kemajuan penguasaan bahasa asing oleh siswa, sementara pengajar internasional lebih mudah belajar bahasa Thailand daripada siswa yang memperoleh kemahiran berbahasa Inggris atau Indonesia.
Dalam praktiknya, proses komunikasi di kelas berlangsung campuran dengan penggunaan aplikasi Google Translate sebagai media pembantu. Baik guru maupun siswa menggunakan teknologi ini untuk mengatasi kendala pemahaman bahasa demi mendorong kelancaran interaksi. Situasi ini memperlihatkan tantangan nyata pengajaran bahasa kedua atau ketiga di lingkungan multibahasa, sekaligus mendemonstrasikan inovasi dalam mengatasi hambatan komunikasi.
Menariknya, pada jadwal kelas Bahasa Melayu di Nidasuksasart School, sesi tersebut diisi oleh kelas Bahasa Indonesia bersama Izza. Lewat program kelas ini, Izza tak hanya berperan sebagai pengaba ilmu, melainkan juga menjadi cultural ambassador yang mengenalkan keragaman budaya Indonesia kepada siswa dan staf lokal melalui berbahasa Indonesia sehari-hari.
Lewat integrasi Bahasa Indonesia dalam pengajaran, Nidasuksasart School dan FSH UINSA berharap mampu mencetak generasi muda yang terbuka dan adaptif dalam pergaulan global, khususnya di kawasan perbatasan Malaysia – Thailand – Indonesia. Selain peningkatan kapasitas bahasa, pengalaman ini membangun jejaring akademis dan sosial lintas negara, serta mengukuhkan peran mahasiswa Indonesia dalam pemberdayaan komunitas Muslim di Thailand Selatan.
Penugasan Izza selama tiga minggu di Nidasuksasart School, Satun akan diisi rangkaian kegiatan pengajaran, observasi, laporan harian dalam logbook, serta interaksi langsung bersama siswa, dan guru. Dengan semangat kolaborasi dan inovasi, program ini diharapkan memberi manfaat berkelanjutan bagi kedua belah pihak, membangun wajah pendidikan yang inklusif dan penuh makna kemanusiaan lintas batas negara.
Dengan demikian, pelaksanaan program berbahasa Indonesia di Nidasuksasart School, Satun, bukan hanya soal pengenalan bahasa, namun juga tentang penanaman nilai-nilai luhur, diplomasi budaya, dan persahabatan yang memperkuat jalinan antarbangsa di Asia Tenggara.
Lampiran Foto:

(Foto kegiatan keseharian mengajar bahasa Indonesia)

(Foto bersama dengan murif-murid Nidasuksasart School di Satun, Thailand Selatan)