Artikel

Oleh: Alfiyatus Sholicha
Mahasiswa Prodi PAI – Angkatan 2021

Sebuah pengalaman yang tidak terlupakan dan penuh pembelajaran telah saya jalani selama tiga bulan berpartisipasi dalam program Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM) di SMPN 5 Surabaya, yang terletak di Jalan Rajawali No. 57, Surabaya Utara. Program ini bukan hanya tentang mengajar; itu adalah perjalanan mengenal diri dan mempersiapkan diri menjadi pendidik yang lebih baik.

Sebagai bagian dari kelompok mahasiswa Program Studi Pendidikan Agama Islam, kami diberi kesempatan untuk berkontribusi secara aktif dalam berbagai kegiatan sekolah. Kami memulai setiap sesi pembelajaran Pendidikan Agama Islam dengan membaca Surat Al-Fatihah, menambahkan dimensi spiritual pada rutinitas harian yang telah ada. Selain itu, kami juga terlibat dalam kegiatan keputrian, dimana kami membantu siswi mengembangkan kepercayaan diri dan kemampuan berbicara di depan umum melalui pembelajaran materi yang kami susun.

Partisipasi kami tidak terbatas pada pengajaran agama saja. Kami bekerja sama dengan mahasiswa dari Prodi Pendidikan Matematika dan Pendidikan IPA dalam kegiatan perpustakaan, bekerja sama dengan duta literasi sekolah untuk meningkatkan minat baca siswa. Ini adalah pengalaman kolaboratif yang kaya, membuktikan bahwa pendidikan adalah usaha bersama yang melibatkan berbagai disiplin ilmu.

Kegiatan mengaji bersama, tradisi lama yang kami lanjutkan, membawa kami lebih dekat dengan siswa, khususnya di kelas 7 dan 8, serta membantu meningkatkan disiplin dan kegiatan positif di kelas 9, yang sebelumnya sering diisi dengan aktivitas yang kurang bermanfaat.

Melalui pengalaman ini, saya menyadari bahwa menjadi guru itu tidak mudah. Menghadapi siswa dengan berbagai karakter membutuhkan kesabaran yang luar biasa dan kemampuan untuk tidak mudah marah. Saya belajar bahwa setiap siswa, terlepas dari kondisi atau latar belakang mereka, berhak mendapatkan pendidikan yang nyaman dan berkualitas. Program MBKM ini mengajarkan saya untuk menjadi lebih sabar, tidak diskriminatif, dan selalu berusaha memahami serta menyesuaikan diri dengan kondisi siswa.

Salah satu tantangan terbesar adalah menghadapi perilaku siswa yang terkadang sulit diatur. Namun, ini juga menjadi pelajaran berharga bahwa sebagai calon guru, kami harus selalu mencari cara untuk memberikan pemahaman dan motivasi kepada siswa agar mereka dapat berubah dan menunjukkan perilaku yang lebih baik.

Semoga kegiatan positif ini dapat terus berlanjut, meskipun kami, para mahasiswa, mungkin tidak lagi berpartisipasi langsung dalam program MBKM. Saya berharap semangat dan pembelajaran ini tetap hidup di hati setiap siswa dan guru di SMPN 5 Surabaya.

Terakhir, kepada teman-teman saya di mana pun Anda berada, tetaplah semangat dan sehat selalu! Pengalaman MBKM ini bukan hanya tentang mengajar, tetapi juga tentang belajar menjadi versi terbaik dari diri kita sebagai pendidik masa depan. (spau)