Siti Nur Lutfiyatul Kharisma, mahasiswa emester 6 Program Studi Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir (IAT) UIN Sunan Ampel Surabaya (UINSA) asal Tuban, berhasil meraih mimpi dan menjadi finalis dalam ajang Akademik Sahur Indonesia (AKSI) yang diselenggarakan oleh stasiun televisi nasional Indosiar.
Ajang ini merupakan program rutinan setiap tahun dan hanya tayang ketika bulan suci Ramadhan. AKSI menjadi ajang pencarian ustad ustadzah terbesar di televisi dikarenakan ratingnya selalu nomor satu setiap Ramadhan. Acara televisi nasional ini dapat disaksikan tak hanya masyarakat Indonesia, namun sampai ke mancanegara (Asia).
Risma berkesempatan tampil di atas panggung, membawakan penampilan dengan tema “Jangan Dekati Narkoba.” Dalam penampilan spektakulernya, Risma menjelaskan bahwa sesungguhnya narkoba adalah sesuatu yang dibenci oleh Allah SWT. Ia juga menjelaskan bahwa narkoba adalah sesuatu yang dapat merusak manusia baik secara akal fikiran maupun tindakan.
Melalui paparannya, Risma menyoroti korelasi antara narkoba dan khamr yang ternyata memiliki hubungan kuat antara keduanya. Ia juga menjelaskan bahwa hal ini terdapat pada salah satu kitab tafsir Imam Al-Bahrawi yang berjudul ‘Ma’alimut Tanzil’, bahwa Allah SWT mengingatkan kepada kaum mu’min untuk menjauhi perbuatan setan seperti meminum khamr. Karena itu termasuk perbuatan keji.
Dalam sesi wawancara dengan penulis via WhatsApp, Risma mengungkapkan motivasinya untuk mengikuti ajang pemilihan da’i ini. Ia melihat partisipasinya sebagai sebuah kesempatan untuk mencoba hal baru serta lebih meningkatkan kompetensi dalam dirinya. “Setelah saya merantau ke Surabaya, cakrawala saya semakin terbuka, kayak kenapa nggak coba dulu gitu? Lalu saya termotivasi untuk cari ilmu dan cari pengalaman,“ ujarnya.
Bagi Risma, ajang ini bukan sekadar ajang pencarian da’i atau ustadz-ustadzah, tetapi juga menjadi sebuah platform untuk menambah wawasan dan relasi agama untuk masa depan kelak.
Sebagai mahasiswa semester 6 yang pertama kali tampil di layar kaca nasional, Risma mengaku sempat shock, di mana ia mendapat kabar lolos sebagai finalis AKSI di saat ia sedang tampil dalam festival da’i nasional di Pondok Pesantren Tebuireng sebagai finalis. “Saya sempat shock nggak percaya ketika dikabari teman saya, setelah saya selesai tampil dalam festival da’i nasional di pondok pesantren Tebuireng sebagai finalis,” tambahnya.

Penampilan Siti Nur Lutfiyatul Kharisma dalam Top 21 AKSI Indosiar
(Sumber : Dokumentasi Pribadi.)
Meski demikian, Risma tetap mempersiapkan penampilannya sebaik mungkin. Ia mengatur waktunya agar antara kegiatan akademis dan non-akademisnya bisa seimbang. “Kita harus ekstra, kita harus berkorban dalam mencapai apa yang kita inginkan. Jangan sampai melakummakan suatu hal secara setengah-setengah biar hasilnya maksimal,” tuturnya.
Selama penampilannya di Top 21, Risma mengaku lega karena mampu membawakan penampilan terbaiknya dan tidak mengganggu tugas kuliahnya. “Saya bersyukur akhirnya saya bisa mewujudkan impian saya untuk berdiri di depan. Dari yang dulunya hanya bisa melihat di layar televisi,” ungkapnya dengan penuh rasa syukur.
Bagi Risma, setiap perjalanan hidup merupakan perjalanan bagi kita. Hargai setiap proses tanpa harus protes. Karena yang kita tuju adalah bukan bagaimana kita melihat hasilnya yang baik, tetapi kita melihat bagaimana kita berusaha untuk mewujudkan impian kita itu.
Dengan semangat yang kiat bertambah, Risma berharap dapat menjadi orang yang bermanfaat bagi sekitar. *Kalau kalian ingin apapun, terinspirasi dengan siapapun untuk menjadi orang, seperti orang yang kalian idolakan itu, kalian pasti bisa dan ga ada yang ga mungkin,” tambahnya.
Penulis: Nathasya Putri Aprillian
Editor: Khalimatu Nisa