Berita

Sabtu, 21 November 2024, mahasiswa kelas B1 semester 5 Program Studi Studi Agama 2 melaksanakan kegiatan perkuliahan laoangan yang bertujuan untuk meningkatkan kompetensi mahasiswa dalam mata kuliah Agama dan Pariwisata. Kegiatan ini dirancang untuk memberikan pemahaman praktis mengenai hubungan antara agama dan sektor pariwisata, serta dampaknya terhadap masyarakat. Salah satu tempat wisata religius yang sangat menarik adalah Pesarean Gunung Kawi, yang terletak di Kabupaten Malang, Jawa Timur.

Pesarean Gunung Kawi tidak hanya dikenal sebagai tempat ziarah bagi umat Islam, itu juga menjadi tempat kunjungan bagi orang Tionghoa dan orang-orang dari berbagai agama dan kepercayaan. Tempat ini semakin unik karena di sini ada rasa persatuan yang melampaui perbedaan, terutama saat peristiwa keagamaan penting. Salah satu tradisi yang masih dijaga dengan baik di kawasan ini adalah perayaan hari besar yang dirayakan bersama oleh umat Islam dan Tionghoa. Misalnya, saat perayaan Tahun Baru Imlek, umat Islam turut berpartisipasi dengan antusias, mengenakan pakaian berwarna merah sebagai bentuk penghormatan dan kebersamaan. Tradisi ini mencerminkan semangat persatuan dan toleransi antar umat beragama yang hidup berdampingan dengan penuh harmoni. 

Pesarean Gunung Kawi memiliki daya tarik tersendiri, terutama karena ada dua makam tokoh yang dianggap keramat dan sering dikunjungi oleh peziarah. Banyak orang, baik yang beragama Islam maupun non-Muslim, berkunjung ke dua makam ini dengan harapan mendapatkan karomah atau berkah dari kedua tokoh tersebut. Makam Raden Mas Imam Soedjono dan Raden Mas Soeryo Koesoemo juga dikenal sebagai Kiai Zakaria II, salah satu tokoh spiritual termasyhur di Malang. Beliau meninggal pada 22 Januari 1871 dan dikenal sebagai seorang ulama yang berkontribusi besar pada perkembangan agama Islam di Jawa Timur. 

Suasana di Pesarean Gunung Kawi. (Sumber: dokumentasi pribadi)

Selain memiliki pengetahuan agama yang luas, Kiai Zakaria II memiliki keberanian untuk menyebarkan ajaran Islam kepada masyarakat. Akibatnya, banyak orang datang ke makam Kiai Zakaria II untuk memohon berkah dan memohon doa. Banyak orang percaya bahwa ziarah ke makam beliau dapat memberikan ketenangan batin dan mendatangkan keberkahan dalam hidup mereka.

Selain itu, Raden Mas Imam Soedjono, yang meninggal pada 8 Februari 1876, juga dihormati di daerah tersebut. Beliau dihormati karena kebijaksanaan dan pengetahuan agamanya yang luas. Selain dihormati oleh umat Islam, Imam Soedjono juga dihormati oleh orang Tionghoa yang sering berziarah ke makamnya. Makam Raden Mas Imam Soedjono selalu penuh dengan peziarah yang datang untuk berdoa dan memohon berkah, seperti halnya makam Kiai Zakaria II. Banyak orang percaya bahwa berziarah ke makamnya akan membantu mereka menjalani kehidupan dan menghindari banyak masalah. 

Pesarean Gunung Kawi di Malang, Jawa Timur, menunjukkan bagaimana orang dari berbagai agama hidup berdampingan dengan baik. Meskipun dikenal sebagai pusat ziarah bagi umat Islam, kawasan ini juga ramai dikunjungi oleh orang Tionghoa, yang datang untuk berdoa dan memohon berkah. Klenteng yang dibangun untuk menghormati kepercayaan Tionghoa menjadikannya unik. Namun, masyarakat mayoritas Muslim masih mengelola kawasan tersebut.

Pesarean Gunung Kawi juga merupakan simbol toleransi dan penghormatan terhadap tradisi. Dengan mengajarkan gamelan di sekolah dasar Islam (SDI) di sekitar Gunung Kawi, masyarakat setempat mempertahankan nilai-nilai budaya Jawa. Ini menunjukkan penghargaan terhadap musik tradisional Jawa sebagai bagian dari identitas budaya lokal. 

Kehadiran Pesarean Gunung Kawi juga menguntungkan ekonomi masyarakat. Banyak warga hidup dari menjual makanan, minuman, dan cinderamata kepada peziarah dan wisatawan. Di kawasan ini, orang Islam dan orang Tionghoa saling menghormati dan mendukung, yang menghasilkan lingkungan yang penuh kedamaian. Pesarean Gunung Kawi menunjukkan bahwa perbedaan agama bukanlah halangan, tetapi kekayaan. Masyarakat setempat berhasil menciptakan tempat yang mengajarkan kerukunan dan saling menguntungkan antar umat beragama melalui kerja sama dan pengertian.

Penulis: Hayatun Ni’mah