Berita

Mahasiswa Fakultas Ushuluddin dan Filsafat (FUF) berhasil meraih Juara 2 dalam cabang kaligrafi kontemporer pada ajang IQMA Skill Competition yang diselenggarakan oleh Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) Ikatan Qari’ Mahasiswa (IQMA) UINSA. Ia adalah Anisa Zakiyah mahasiswa Prodi Studi Agama Agama (SAA) semester 2. Kompetisi yang digelar secara internal ini berlangsung pada Mango, 18 Mei 2025 dan hanya diikuti oleh anggota aktif UKM IQMA.

IQMA Skill Competition merupakan agenda tahunan yang bertujuan untuk mewadahi minat dan bakat anggota UKM IQMA dalam lima bidang, yakni Master of Ceremony (MC), sholawat, da’i, tilawah, dan kaligrafi. Dalam cabang kaligrafi, terdapat satu kategori khusus yang cukup menantang dan menuntut kreativitas tinggi, yakni kaligrafi kontemporer. Kompetisi kaligrafi kontemporer dilaksanakan tanpa babak penyisihan. Para peserta langsung mengikuti babak final dengan durasi pengerjaan karya selama lima jam.

Mahasiswa FUF ini mengungkapkan bahwa partisipasinya dalam lomba ini merupakan pengalaman pertamanya dalam bidang kaigrafi kontemporer. Sebelumnya, ia sudah aktif mengikuti berbagai lomba kaligrafi, namun tidak berfokus pada kaligrafi kontemporer. “Ini pengalaman baru yang cukup menantang sekaligus menarik bagi saya secara pribadi,” ujarnya.

Ketertarikan Zakiyah terhadap seni kaligrafi sudah tumbuh sejak duduk dibangku Madrasah Tsanawiyah (MTs). Saat itu, kaligrafi merupakan salah satu mata pelajaran wajib dan turut dinilai dalam kurikulum. Dari situ, ia mulai mengasah kemampuannya secara otodidak dan semakin mendalami dunia kaligrafi ketika memasuki jejang Sekolah Menengah Atas (SMA).

Dalam perlombaan kali ini, Zakiyah mengangkat tema dari Surah Al-Isra ayat 9 yang berbunyi bahqa al-Qur’an adalah petunjuk menuju jalan yang lurus. Inspirasi tersebut divisualisasikan dalam bentuk simbol mushaf terbuka sebagai pusat petunjuk, cahaya dari langit sebagai sinar Ilahi, dan aliran putih sebagai gambaran jalan lurus. “Saya ingin menyampaikan bahwa pesan al-Qur’an tetap hidup, relevan, dan bisa dirasakan secara visual oleh masyarakat masa kini,” jelasnya.

Proses kreatifnya diawali dengan perenungan makna ayat yang dipilih. Setelah menemukan pesan inti, ia menuangkannya dalam sketsa awal yang mengutamakan kekuatan simbol visual. Tantangan terbesarnya adalah menyelaraskan visualisasi ayat dengan kaidah-kaidah kaligrafi Islam, termasul larangan menggambar makhluk bernyawa.

“Saya harus memastikan bahwa simbol-simbol yang saya gunakan tetap dalam koridor syariat dan bisa dimaknai oleh penikmat karya,” terangnya. Dalam pewarnaan, Zakiyah juga menghadapi tantangan teknis, yakni mengoleskan warna agar hasilnya halus seperti lukisan dan tidak sekedar menjadi hiasan semata. Warna digunakan sebagai penguat makna, bukan pelengkap semata.

Meski demikian, capaian ini menjadi pijakan awal baginya untuk terus berkembang. Ia berharap bisa memperdalam seni kaligrafi tidak hanya dalam cabang kontemporer, tetapi juga bidang mushaf dan dekorasi. Zakiyah memaknai kaligrafi sebagai sarana untuk menyampaikan pesan-pesan al-Qur’an melalui keindahan seni visual.

Mahasiswa berprestasi ini juga menyampaikan pesan bagi mahasiswa lain yang tertarik di bidang seni kaligrafi agar tidak ragu mencoba hal-hal baru. “Kaligrafi itu bukan cuma soal indah, tetapi juga cara kita menyampaikan pesan-pesan al-Qur’an lewat seni tulisan. Jangan merasa terbatas, di mana pun kita berada, kita tetap bisa berkarya dan belajar,” pesannya.

Kemenangan yang diraih Zakiyah di ajang IQMA Skill Competition tidak hanya membanggakan dirinya secara pribadi, tetapi juga bisa menjadi semangat dan inspirasi bagi mahasiswa lain untuk terus menggali bakat dan mengembangkan potensi, khususnya di bidang seni Islam yang mengandung pesan dakwah dan nilai-nilai spiritual.

Penulis: Siti Uswatun Khasanah
Editor: Khalimatu Nisa