Program Studi Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) kembali menguatkan kolaborasi bersama sekolah/madrasah mitra service learning melalui program pendampingan dalam mendesain pembelajaran integrative; Science, Islam, Technology (SIT). Program pengabdian ini bertujuan untuk meningkatkan kompetensi guru IPA dalam menyusun dan mengimplementasikan desain pembelajaran yang mengintegrasikan konsep IPA dengan nilai-nilai keislaman berbantu Information and Communication Technology (ICT) sehingga mampu memperkuat pembentukan karakter/sikap peserta didik. Pendekatan yang digunakan adalah Asset-Based Community Development (ABCD), sehingga pengembangan kompetensi dirumuskan berdasarkan aset yang dimiliki oleh sekolah/madrasah mitra yang beragam. Adalah lima sekolah dan madrasah yang tergabung dalam program ini, yakni MTs. Alif Laam Miim Surabaya, MTs. Darul Ulum Waru Sidoarjo, SMP Islam Al Chusnaini Sidoarjo, SMP Muhammadiyah 4 Gadung dan SMP Muhammadiyah 13 Surabaya
Diawali dengan Discovey (appreciate what is) dimana guru IPA bersama wakil kepala sekolah bidang kurikulum mengidentifikasi aset sekolah/madrasahnya masing-masing untuk kemudian ditentukan target dan tujuan yang akan dicapai berdasarkan kekuatan, aset dan keberhasilan sebelumnya terkait pengembangan desain pembelajaran IPA terintegrasi Islam dan teknologi untuk peningkatan karakter peserta didik. Diantara keunggulan asset yang dimiliki adalah aset Sumber Daya Manusia (SDM) berupa tenaga pendidik IPA yang masih muda, energik dan mempunyai kompetensi sesuai bidang ilmunya (IPA) serta familiar dengan perkembangan teknologi, aset peserta didik yang telah terkondisi dengan program tahfidz setiap hari di sekolah/madrasah; aset fisik dimana terdapat bangunan dan perangkat teknologi yang mendukung pembelajaran seperti jaringan internet/wifi, laboratorium IPA, taman, lapangan sekolah dan sebagainya; aset sosial yaitu trust masyarakat pada kualitas madrasah/ sekolah dan partisipasinya dalam kegiatan masyarakat setempat; aset institusi dimana telah terjalin kerjasama sekolah/madrasah dengan pihak-pihak terkait seperti puskesmas, polsek, koramil, perangkat desa, Baznas, BNN, dan sebagainya. Serta aset finansial dimana terdapat terdapat pendanaan seperti BOS, DAK, hibah pendidikan dan sebagainya.
Berangkat dari hasil Discovery tersebut, dilakukan diskusi yang komprehensif dimana peserta menuliskan Dream (imagine what might be) yang dikehendaki melalui survey dan wawancara apreciatif inquiry bersama pemangku kepentingan untuk mengidentifikasi kebutuhan spesifik dalam pembelajaran IPA yang integratif. Selain itu juga dilakukan observasi terhadap proses pembelajaran di sekolah/madrasah mitra untuk mengidentifikasi area potensi integrasi pembelajaran SIT.
Design (determine what should be) dimulai dengan adanya Capacity Building Course untuk penyusunan desain pembelajaran integrative Science, Islam, Technology (SIT). Kegiatan ini dalam rangka meningkatkan pemahaman peserta mengenai konsep integrasi Science dan Islam melalui pembelajaran IPA yang dikaitkan dengan Al Qur’an dan Hadits untuk membentuk karakter religius peserta didik, meningkatkan kompetensi pendidik dalam merancang dan mengimplementasikan desain pembelajaran yang inovatif berbasis pada konsep SIT, serta memperkuat kemampuan para pendidik dalam memanfaatkan teknologi sebagai bagian dari pembelajaran yang berorientasi pada pengembangan keterampilan abad 21 untuk meningkatkan literasi digital pendidik dengan memanfaatkan ragam sumber belajar, termasuk memanfaatkan “internet of things” (IoT) dan “big data”. Dalam kegiatan ini dihadirkan dua narasumber pilihan yang berkompeten dalam bidangnya, yakni Prof. Dr. Muslimin Ibrahim, M.Pd dari Universitas Nahdhatul Ulama Surabaya sebagai ahli dalam bidang Integrasi Sains dan Islam untuk membentuk karakter melalui pemodelan IPA, dan Dr. Henry Praherdhiono, M.Si dari Universitas Negeri Malang yang bidang keahliannya adalah Teknologi Pendidikan. Dalam kegiatan ini peserta diberikan pretest untuk mengukur pemahaman awal terkait SIT. Peserta juga diminta untuk membuka perangkat pembelajaran yang dimiliki dan menelaah kembali apakah pembentukan karakter melalui pemodelan fenomena IPA telah dilakukan atau belum. Peserta kemudian diberikan materi tentang bagaimana cara mengintegrasikan Science, Islam, Technology (SIT) dalam pembelajaran IPA untuk memodelkan karakter/sikap. Disamping itu, penggunaan teknologi dalam pembelajaran juga dilatihkan dengan metode praktik secara langsung. Peserta diajak untuk mengenal beberapa jenis tools Artificial Intellegence (AI) yang bermanfaat dalam menyusun perangkat pembelajaran SIT termasuk chatbot dan reference resources. Di akhir sesi, peserta diberi tugas untuk menyempurnakan perangkat pembelajaran lengkap mereka dengan menekankan lebih lanjut pembentukan karakter Islam melalui pembelajaran IPA dan penggunaaan teknologi yang relevan dalam pembelajaran.
Sebagai tindak lanjut, dalam tahap Define peserta melaksanakan penyusunan desain pembelajaran SIT secara mandiri di sekolah/madrasah masing-masing dengan pendampingan oleh tim pengabdian secara daring baik dengan mode synchronous maupun asynchronous maupun secara luring melalui kunjungan lapangan di sekolah/ madrasah mitra. Dalam pendampingan tersebut, tim membantu memberikan solusi dari kesulitan-kesulitan yang dihadapi peserta terkait desain pengembangan pembelajaran SIT. Diantara tantangan dalam implementasi adalah kurangnya penguasaan pendidik terhadap aspek referensi (dalil dari ayat Al Qur’an dan Hadits), kurangnya pengaitan antara domain analog (konsep IPA) sebagai fenomena model IPA yang membentuk domain sikap/karakter, serta kurangnya sinkronisasi dalam perangkat pembelajaran SIT. Pada akhirnya modul yang disusun akan direview dan divalidasi oleh pakar hingga dinyatakan layak untuk diimplementasikan dalam pembelajaran nyata di kelas yang didokumentasikan dalam video praktik pembelajaran integrative SIT.
Tahap akhir dari ABCD adalah evaluasi program sebagai bagian dari Destiny (create what will be) dimana pengabdi melakukan evaluasi secara kontinu terhadap implementasi program melalui umpan balik dari pendidik. Hasil evaluasi menunjukkan program dapat dirasakan oleh 100% peserta program ditinjau dari aspek ketertarikan, kebermanfaatan, peningkatan kompetensi sesuai Undang-Undang serta pentingnya kegiatan serupa untuk dilaksanakan kembali dengan serangkaian penyempurnaan-penyempurnaan. Keberhasilan program tampak nyata berdasarkan konstruksi produk yang dihasilkan yakni prototype perangkat pembelajaran yang terdiri dari modul ajar, materi ajar, LKPD dan assessment pembelajaran integrative SIT serta video implementasinya di dalam kelas.