Articles

Tak mudah seperti membalikkan tangan menjadi seorang literat, khususnya bagi mahasiswa. Saat ini, kegiatan literasi tak hanya sekadar membaca dan menulis, namun berkembang dalam konteks eksplorasi  life skill untuk pengembangan karir dan pengabdian di masyarakat. Di era society 5.0, setiap akademisi dituntut untuk memiliki kompetensi literasi, termasuk keahlian dalam pengoperasian teknologi digital yang mendukung proses pembelajaran dan pengembangan potensi yang dimiliki. Kata literasi ini muncul dalam arah kebijakan umum pembangunan nasional 2020-2024 (RPJMN 2020-2024), khususnya pada arah kebijakan meningkatkan kualitas sumber daya manusia mencakup kompetensi peserta didik di bidang sains dan literasi. Ini menunjukkan bahwa literasi bagian dari fokus pembangunan sumber daya manusia yang penting untuk dikembangkan, termasuk mahasiswa sebagai agen perubahan, kontrol sosial dan penerus bangsa.

Sejalan dengan paradigma keilmuan di UIN Sunan Ampel Surabaya dengan model menara kembar tersambung (integrated twin-towers), diharapkan mahasiswa memiliki pandangan bahwa ilmu-ilmu keislaman, sosial humaniora serta sains dan teknologi satu sama lain terkoneksi dan dapat dikembangkan dengan praktik literasi. Problem yang tampak saat ini adalah lemahnya minat mahasiswa untuk berliterasi, padahal akses mencari data tersedia sangat mudah. Hal ini dipengaruhi oleh rendahnya budaya membaca mahasiswa, baik melalui fasilitas perpustakaan di kampus maupun media online. Prioritas mahasiswa milenial kini belum mengedepankan budaya literasi, namun budaya hedonisme sehingga mereka lebih senang menonton tiktok atau youTube, menanggapi berita hoaks di instagram, bermain games online, dan lain-lain. Yang perlu disadari bahwa minat membaca adalah hal paling urgen dalam berliterasi untuk mengasah nalar berpikir kritis dan responsif, tak hanya membaca teks tapi juga membaca realita.

Sebenarnya bukan sekadar utopia menciptakan budaya literasi di kalangan mahasiswa. Mereka hanya butuh support system melalui sebuah wadah komunitas literat yang intensif mendorong kegiatan berliterasi. Komunitas ini akan menjadi agen yang bertugas melakukan diseminasi literasi di ruang publik untuk menyemaikan kesadaran dan motivasi dalam publikasi karya. Pada realitanya, adanya komunitas Literat Muda (KLM) di Fakultas Ushuluddin dan Filsafat telah menjadi media produktivitas mahasiswa di bidang literasi yang berproses bersama demi pengembangan life skill. Upaya diseminasi literasi komunitas ini telah diwujudkan dalam beberapa kegiatan pelatihan kepenulisan ilmiah maupun non-ilmiah, bedah buku atau jurnal penelitian dan mentoring kepenulisan. Selain itu, diseminasi di ruang publik telah terwujud melalui website https://www.literatmuda.com/, juga melalui media sosial seperti instagram dan youTube. Melalui sebuah komunitas literasi, maka berliterasi benar-benar bisa menjadi candu karena memicu semangat bersama untuk produktif karya secara intensif. Melalui pendampingan komunitas penggerak literasi, diharapkan semakin banyak mahasiswa yang memiliki visi dan misi bersama untuk membangun budaya literasi di UIN Sunan Ampel Surabaya.

[Wildah Nurul Islami, M.Th.I; Dosen Fakultas Ushuluddin dan Filsafat]