Column

AYAT KURSI UNTUK OPTIMISME PRIBADI

Oleh: Prof. Dr. Moh. Ali Aziz, M.Ag.
Guru Besar/Ketua Senat Akademik UINSA Surabaya

ٱللَّهُ لَآ إِلَٰهَ إِلَّا هُوَ ٱلْحَىُّ ٱلْقَيُّومُ ۚ لَا تَأْخُذُهُۥ سِنَةٌ وَلَا نَوْمٌ ۚ لَّهُۥ مَا فِى ٱلسَّمَٰوَٰتِ وَمَا فِى ٱلْأَرْضِ ۗ مَن ذَا ٱلَّذِى يَشْفَعُ عِندَهُۥٓ إِلَّا بِإِذْنِهِۦ ۚ يَعْلَمُ مَا بَيْنَ أَيْدِيهِمْ وَمَا خَلْفَهُمْ ۖ وَلَا يُحِيطُونَ بِشَىْءٍ مِّنْ عِلْمِهِۦٓ إِلَّا بِمَا شَآءَ ۚ وَسِعَ كُرْسِيُّهُ ٱلسَّمَٰوَٰتِ وَٱلْأَرْضَ ۖ وَلَا يَـُٔودُهُۥ حِفْظُهُمَا ۚ وَهُوَ ٱلْعَلِىُّ ٱلْعَظِيمُ

“Allah, tidak ada Tuhan selain Dia, Yang Selalu Hidup dan Terus Menerus Mengurus (makhluk), tidak mengantuk, dan tidak tidur. Milik-Nyalah apa saja yang ada di langit dan di bumi. Tidak ada yang dapat memberi syafa’at di sisi Allah kecuali dengan izin-Nya. Dia mengetahui apa saja yang di hadapan mereka dan di belakang mereka. Mereka juga tidak mengetahui apa pun dari ilmu Allah, melainkan sesuatu yang dikehendaki-Nya. Kursi Allah menjangkau langit dan bumi, dan Dia tidak lelah mengurus keduanya (langit dan bumi), serta Dia Maha Tinggi dan Maha Besar” (QS. Al Baqarah [2]: 255).

Pada ayat-ayat sebelumnya, Allah menjelaskan, di antara para Rasul, ada yang diberi keistimewaan. Juga dijelaskan, memberi ampunan atau menyiksa manusia adalah hak mutlak Allah. Sebagai kelanjutan, ayat ini menjelaskan, Allah memberi keistimewaan kepada orang yang dipilih-Nya untuk memintakan belas kasih dan ampunan kepada-Nya untuk orang lain pada hari kiamat.

Dalam ayat yang berisi 50 kata ini dijelaskan, (1) hanya Allah satu-satunya Tuhan yang berhak disembah. Inilah ikrar terpenting dalam Islam, (2) Dialah yang selalu hidup (al-Hayyu) dan memberi hidup. (3) Dialah yang ada dengan sendirinya, kekal, dan terus menerus mengurus makhluk (al-Qayyum), (4) Dia selalu terjaga, tidak mengantuk, dan tidak tidur, selalu sibuk mengurus makhluk, (5) Dia pemilik tunggal semua yang ada di bumi dan langit, (6) Dia pemilik mutlak kekuasaan, tak bisa dicampuri siapa pun. Namun, Ia memberi ijin atau hak kepada seseorang untuk memintakan ampunan untuk orang lain, (7) Dia mengetahui apa yang telah dan akan terjadi, juga mengetahui nasib manusia di dunia dan akhirat, (8) Dia pemberi ilmu kepada orang yang dikehendaki, (9) Dia pemilik kursi (kekuasan dan pengetahuan) yang menjangkau semua isi langit dan bumi, (10) Dia Maha Kuat, sama sekali tak lelah mengatur alam semesta, (11) Dia Maha Tinggi dan Maha Agung.

Abdullah bin Mas’ud r.a ketika ditanya “Ayat apakah yang paling ampuh?,” ia menjawab, “Ayat kursi.” Ada tiga keistimewaan ayat kursi.  Pertama, inilah ayat teragung, sebab berisi sifat-sifat Allah yang tidak ada pada ayat lain. Ia menguatkan keimanan dan optimisme, bahwa Allah selalu hidup, selalu hadir untuk mengurus keperluan kita. Jangan merasa kesepian atau sendirian dalam mengatasi masalah, sebab Ia tidak mengantuk atau pun tidur, dan Kuasa mengatasinya.  Ketika terjadi musibah, kita menyikapinya dengan enteng, bahwa semua milik Allah, dan Dia berhak melakukan apa saja terhadap miliknya itu. Nabi SAW bersabda,

قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم يَا أَبَا الْمُنْذِرِ أَتَدْرِى أَىُّ آيَةٍ مِنْ كِتَابِ اللَّهِ مَعَكَ أَعْظَمُ  قَالَ قُلْتُ اللَّهُ وَرَسُولُهُ أَعْلَمُ. قَالَ  يَا أَبَا الْمُنْذِرِ أَتَدْرِى أَىُّ آيَةٍ مِنْ كِتَابِ اللَّهِ مَعَكَ أَعْظَمُ قَالَ قُلْتُ اللَّهُ لاَ إِلَهَ إِلاَّ هُوَ الْحَىُّ الْقَيُّومُ. قَالَ فَضَرَبَ فِى صَدْرِى وَقَالَ « وَاللَّهِ لِيَهْنِكَ الْعِلْمُ أَبَا الْمُنْذِرِ

“Rasulullah SAW bertanya, “Wahai Abu Mundzir (Ubay bin Ka’ab r.a), tahukah kamu ayat apa dari Al-Qur’an yang menurutmu paling agung?” “Allah dan Rasul-Nya paling tahu,” jawabku. Nabi bertanya lagi, “Wahai Abu Mundzir, tahukan kamu, ayat apa dari Al Qur’an yang menurutmu paling agung? “Allahu la ilaha illa huwal hayyul qayyum,” jawabku. Nabi kemudian menepuk dadaku, seraya bersabda, “Demi Allah, semoga Dia memudahkanmu mendapat ilmu, wahai Abu Mundzir” (HR. Muslim).

Kedua, melalui ayat ini, Allah memberi perlindungan kita dari kejahatan setan. Setan amat benci dan lari mendengar ayat ini. Abu Ayyub Al-Anshari r.a pernah didatangi setan yang mencuri kurma, lalu setan berkata,

 

إِنِّي ذَاكِرَةٌ لَكَ شَيْئًا آيَةَ الْكُرْسِيِّ اقْرَأْهَا فِي بَيْتِكَ فَلَا يَقْرَبُكَ شَيْطَانٌ وَلَا غَيْرُهُ

“Saya sungguh memberimu nasihat, yaitu ayat kursi. Bacalah ayat itu dalam rumahmu, agar setan dan sejenisnya tidak mendekatimu.” Ketika mendapat laporan kejadian ini, Nabi SAW bersabda, “Kali ini ia (setan) jujur, padahal ia pembohong” (HR. At Tirmidzi dan Ahmad)

Suatu hari, Ubay bin Ka’ab r.a juga diberitahu setan,   

مَنْ قَالَهَا حِينَ يُمْسِي اُجِيرَ مِنَّا حَتَّى يُصْبِحَ ، وَمَنْ قَالَهَا حِينَ يُصْبِحُ اُجِيرَ مِنَّا حَتَّى يُمْسِيَ

“Siapa yang membaca ayat kursi sore hari, maka ia selamat dari gangguan kami sampai pagi, dan siapa yang membacanya pagi hari, maka ia selamat dari gangguan kami sampai sore” (HR. An-Nasai dan At-Thabrani).

Abu Hurairah r.a bercerita, ia diajari oleh “seseorang” sebuah bacaan menjelang tidur, seraya mengatakan, “Jika engkau baca menjelang tidur, maka Allah akan menjagamu dan setan tak berani mendekatimu”. “Bacaan apa itu,” tanyaku. “Ayat kursi,” jawabnya. Nabi SAW lalu mengatakan,

 

أَمَا إِنَّهُ قَدْ صَدَقَكَ وَهُوَ كَذُوبٌ ، تَعْلَمُ مَنْ تُخَاطِبُ مُنْذُ ثَلاَثِ لَيَالٍ يَا أَبَا هُرَيْرَةَ  قَالَ لاَ . قَالَ  ذَاكَ شَيْطَانٌ

“Ia benar, sekalipun ia pendusta. Tahukah kamu, siapa yang berbicara kepadamu selama tiga malam itu, wahai Abu Hurairah? “Tidak,” jawabku. Nabi bersabda, “Ia setan” (HR. Al-Bukhari).

Ketiga, melalui ayat ini, Allah memberi kita jaminan surga. Nabi SAW bersabda,

مَنْ قَرَأَ آيَةَ الْكُرْسِيِّ دُبُرَ كُلِّ صَلَاةٍ مَكتوبَة، لمَ يَمْنَعْهُ مِنْ دُخُولِ الجَنة إِلَّا أن يمَوتَ

“Barangsiapa membaca ayat kursi setiap selesai shalat fardhu, maka tidak ada yang dapat menghalangi memasuki surga, kecuali kematian” (HR. An-Nasai dan Ibnu Hibban).

Selamat refresh keimanan sekaligus meraih jaminan surga dan perlindungan Allah dari kejahatan setan melalui ayat kursi. Selamat juga beribadah lebih khusyuk, hidup lebih tenang dan optimis melalui ayat kursi yang dibaca secara rutin dengan menghayati dan meresapi kandungannya.

 

Sumber: (1) Hamka, Tafsir Al Azhar, juz 3, Pustaka Panjimas, Jakarta, 1985, p. 15-20, (2) Qureish Shihab, M, Tafsir Al Misbah, Vol 1, Penerbit Lentera Hati, Jakarta, 2012, p.664-668 (3) Khalid Muhammad Khalid, Rijalun Haular Rasul (Karakteristik Perihidup 60 Sahabat Rasulullah), CV Diponegoro, Bandung, Cet VI, 1988, p.38-44.