Surabaya — Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Universitas Islam Negeri Sunan Ampel (UINSA) Surabaya mengawali tahun 2025 dengan menyelenggarakan seminar internasional bertajuk “Global Perspectives on Good Governance: Lessons Learned and Best Practices from Malaysia and Indonesia.” Acara bergengsi ini berlangsung pada Rabu, 8 Januari 2025, di ruang auditorium FISIP UINSA dengan menghadirkan delegasi Universiti Malaya, universitas peringkat wahid di Malaysia, yang dipimpin oleh Dr. Raja Hisyamudin, Head of Department of Siasah Syar’iyyah (Islamic Political Science).
Seminar diawali dengan penampilan tari tradisional khas Indonesia oleh mahasiswi FISIP UINSA, yang berhasil menciptakan suasana meriah dan membangun kebanggaan budaya. Dekan FISIP UINSA, Prof. Dr. H. Abd. Chalik, M.Ag., dalam sambutannya menyampaikan rasa hormat dan apresiasi atas kunjungan delegasi Universiti Malaya. “Kunjungan ini menjadi langkah awal yang strategis untuk memperkuat sinergi antara dua institusi besar dari dua negara bersahabat,” ungkap beliau.
Hadir pula dalam acara ini Nabiela Naily, S.Si., M.H.I., M.A., selaku Director of International Office UINSA, yang menegaskan pentingnya kolaborasi lintas negara dalam mengembangkan pendidikan global.
Sesi pertama seminar diisi oleh dua pemateri utama, yaitu Dr. Raja Hisyamudin dari Universiti Malaya dan Dr. Moh. Ilyas Rolis, M.Si., Wakil Dekan III FISIP UINSA. Dalam presentasinya, Dr. Raja menyoroti prinsip-prinsip tata kelola pemerintahan di Malaysia. Beliau menekankan pentingnya integritas, efisiensi, dan keterlibatan masyarakat. Sementara itu, Dr. Ilyas Rolis memaparkan perjalanan demokrasi dan tantangan tata kelola pemerintahan di Indonesia.
Diskusi yang berlangsung dinamis dipandu oleh moderator, Ketua Jurusan FISIP UINSA, Moh. Fathoni Hakim, M.Si. Para peserta seminar yang terdiri dari dosen dan mahasiswa, aktif mengajukan pertanyaan, menciptakan atmosfer akademik yang interaktif dan penuh antusiasme.
Pada sesi siang, mahasiswa dari kedua institusi turut memberikan kontribusi dengan mempresentasikan gagasan dan pengalaman mereka. Muhammad Juliansyah Akbar, mahasiswa FISIP UINSA dari Program Studi Hubungan Internasional, mengupas tentang sistem pendidikan di Indonesia dan Malaysia, membandingkan pendekatan keduanya dalam membangun generasi muda.
Sementara itu, Sanaullah Baburi, mahasiswa internasional asal Afghanistan yang kini menempuh studi di Program Studi Hubungan Internasional FISIP UINSA, menekankan pentingnya program pertukaran pelajar untuk membangun pemahaman lintas budaya. “Melalui pertukaran pelajar, kita tidak hanya belajar tentang negara lain, tetapi juga mempererat solidaritas global,” ujarnya.
Dari Universiti Malaya, Nur Aliff Ezmann berbagi pengalaman inspiratifnya sebagai pembicara di seminar internasional di International Islamic University Islamabad (IIUI), Islamabad, Pakistan. Ia menekankan pentingnya keberanian mahasiswa untuk mengambil peran aktif di forum-forum global.
Seminar ini tidak hanya mempererat hubungan antara FISIP UINSA dan Universiti Malaya, tetapi juga membuka peluang besar untuk kolaborasi strategis di masa depan. Dalam penutupan acara, Dr. Raja Hisyamudin menyampaikan rasa terima kasih atas sambutan hangat dari FISIP UINSA dan berharap hubungan ini dapat berkembang lebih jauh.
“Saya melihat banyak potensi untuk kerja sama, baik dalam bidang riset, pertukaran pelajar, maupun program-program kolaboratif lainnya,” ungkap beliau.
Hal senada juga diungkapkan oleh Prof. Dr. H. Abd. Chalik, M.Ag. “Kami berharap kunjungan ini menjadi awal dari kerja sama yang lebih erat antara Universiti Malaya dan FISIP UINSA. Dengan kolaborasi yang strategis, kita bisa bersama-sama menciptakan dampak positif bagi dunia akademik dan masyarakat luas.” (WD)
Untuk informasi lebih lanjut mengenai kegiatan dan program FISIP UINSA, silakan kunjungi dan ikuti media sosial kami di Instagram.