Lembaga Penjaminan Mutu (LPM)
October 17, 2025

UINSA Pertajam Paradigma Integrated “Twin Towers” untuk Cetak Lulusan Ulul Albab

UINSA Pertajam Paradigma Integrated “Twin Towers” untuk Cetak Lulusan Ulul Albab

Surabaya- Bukan sekadar bangunan fisik yang menjulang gagah, konsep Integrated Twin Towers (ITT) atau Menara Kembar Tersambung merupakan ruh dan paradigma keilmuan yang menjadi ciri khas Universitas Islam Negeri Sunan Ampel (UINSA) Surabaya. Untuk mempertajam pemahaman tersebut, UINSA menggelar Kuliah Umum bagi mahasiswa program Magister dan Doktor pada Kamis (16/10) di Amphiteater Lt. 3 Kampus UIN Sunan Ampel Surabaya.

Acara yang berlangsung dari pukul 07.30 hingga 10.00 WIB ini menghadirkan dua narasumber kunci: Guru Besar Sosiologi UINSA yang juga Penasihat Ahli Menteri Agama RI, Prof. Dr. Nur Syam, M.Si dan Rektor UINSA, Prof. Akh. Muzakki, M.Ag., Grad.Dip.SEA., M.Phil., Ph.D.,  Keduanya mengupas tuntas konsep ITT dari sisi historis, filosofis, hingga model implementasinya dalam pembelajaran.

Sejarah dan Epistemologi: Lahir Sebelum Menjadi UIN

Prof. Nur Syam, salah satu penggagas awal, menjelaskan bahwa keunikan paradigma ITT UINSA adalah kelahirannya yang mendahului perubahan status dari IAIN menjadi UIN. Berbeda dengan UIN lain yang merumuskan integrasi ilmu  setelah bertransformasi, UINSA telah menggagasnya sejak 2010, bersamaan dengan pengajuan proposal alih status dan pinjaman lunak dari Islamic Development Bank (IDB).

“Pikiran dasarnya sederhana, yaitu menyatukan dua bangunan keilmuan yang selama ini seolah berdiri sendiri: ilmu agama dan ilmu umum,” papar Prof. Nur Syam. Secara visual, ITT digambarkan sebagai dua menara—satu untuk rumpun ilmu agama dan satu lagi untuk ilmu umum (sosial, humaniora, sains, dan teknologi)—yang terhubung di puncaknya. “Integrasi itu berada di puncak, sebagai simbol titik temu ideal yang saling menghubungkan kedua rumpun ilmu,” tambahnya.

Model Pembelajaran: Dari Salad Menuju “Kopi Susu”

Sementara itu, Rektor UINSA Prof. Akh. Muzakki lebih fokus pada bagaimana paradigma ITT diterjemahkan ke dalam model pembelajaran yang konkret. Menggunakan analogi yang mudah dipahami, ia menjelaskan bahwa integrasi ilmu di UINSA tidak lagi seperti “salad”, di mana setiap komponen masih bisa dipisahkan.

“Kita tidak ingin seperti salad, tetapi seperti kopi susu. Sebuah perpaduan yang melahirkan entitas dan rasa baru,” tegas Prof. Muzakki. Perpaduan inilah yang disebutnya sebagai proses “spiritualisasi ilmu” (Spiritualisation of Science) dan “saintifikasi agama” (Scientification of Religion).

Lebih lanjut, Prof. Muzakki memaparkan bahwa model pembelajaran ITT di UINSA mengadopsi paradigma utama Experiential Learning. Paradigma ini diimplementasikan melalui tiga fungsi utama: 1) Integrasi Tridharma Perguruan Tinggi, 2) Integrasi antara Teori dan  Lapangan, dan 3) Integrasi Lintas Disiplin Ilmu.  

Melalui model ini, UINSA bertujuan mencetak lulusan berkarakter Ulul Albab yang tidak hanya cerdas secara intelektual (smart), tetapi juga memiliki kematangan spiritual (pious) dan berbudi luhur (honorable). Kuliah umum ini diharapkan dapat memberikan bekal kepada para akademisi pascasarjana untuk menjadi garda terdepan dalam menerapkan dan mengembangkan paradigma keilmuan khas UINSA tersebut.

Spread the love

Tag Post :

Categories

Berita, News