
UINSA Newsroom, Jumat (28/11/2025); Universitas Islam Negeri Sunan Ampel (UINSA) Surabaya menggelar acara Haflah Akadimiyah Li Al Wada pada Kamis (27/11/2025). Acara yang berlangsung di Ruang Meeting Lantai 9 Tower Teuku Ismail Yakub, Kampus A. Yani ini menjadi bentuk penghargaan institusi kepada lima Guru Besar yang memasuki masa purna tugas.
Kelima Guru Besar yang menerima apresiasi tersebut antara lain :
- Prof. Dr. H. Abd. Hadi, M.Ag,
- Prof. Dr. H. Burhan Djamaluddin, MA,
- Prof. Dr. H. Mas’an Hamid, M.Pd,
- Prof. Dr. H. Husein Aziz, M.Ag, dan
- Prof. Dr. H. Muh. Fathoni Hasyim, M.Ag.

Dalam kesempatan ini, para Guru Besar secara bergantian menyampaikan pesan, kesan, serta refleksi atas perjalanan panjang mereka selama mengabdi di UINSA. Momen ini sekaligus menjadi wadah untuk berbagi motivasi dan pandangan visioner kepada sivitas akademika yang hadir.
Prof. Hadi menyampaikan rasa syukur atas 44 tahun 9 bulan pengabdiannya. Ia berpesan kepada kolega agar tetap aktif berkontribusi, bahkan setelah pensiun. Menyoroti pesatnya teknologi, termasuk kecerdasan buatan, beliau menekankan pentingnya membekali mahasiswa tidak hanya dengan ilmu, tetapi juga iman dan doa.

“Walaupun perkembangan teknologi sangat tinggi sekali, Bapak Ibu harus memberikan ilmu dan do’a sedikit-sedikit kepada mahasiswa kita semuanya supaya mereka itu tidak hanya membawa bekal ilmu tapi juga bekal iman seperti yang kita alami,” pesannya.
Sementara itu, Prof. Burhan Djamaluddin berbagi kisah inspiratif perjalanan karier dari Golongan 2B hingga Pembina Utama 4E. Beliau secara khusus memotivasi dosen-dosen muda untuk berani mengambil peran kepemimpinan, termasuk menjadi calon rektor, sebagai elemen penting dalam pengembangan akademik UINSA. “Motivasi bagi dosen-dosen muda untuk berani jadi calon rektor, jangan takut,” ujarnya.

Prof. Mas’an Hamid menyoroti tantangan di dunia pendidikan Islam, khususnya menurunnya kemampuan dasar mahasiswa dalam menulis hijaiyah. Beliau mendorong UINSA untuk memperkuat sisi keulamaan dan keagamaan dengan mewajibkan hafalan Juz Amma bagi semua lulusan S1, S2, dan S3. Ia juga menyarankan universitas agar terus memanfaatkan keahlian para guru besar yang bersedia mengajar pasca-pensiun.
Prof. Husein memberikan filosofi berfokus pada pentingnya kegiatan mengajar dan belajar. Menurutnya, mengajar justru lebih menguntungkan dosen itu sendiri karena berfungsi sebagai alat untuk menghafal apa yang kita lupakan, mengingat apa yang kita hafal, dan membisakan yang tidak bisa. Ia menyatakan bahwa pensiun (atau segala sesuatu di dunia) adalah alami dan akan berakhir. “Sebenarnya grafik kehidupan manusia itu menurut Al-Qur’an itu adalah menaik, tidak menurun, kecuali kita keliru di dalam mengambil sikap dan perilaku itu,” pesannya.

Terakhir, Prof. Fathoni Hasyim menyampaikan rasa syukur dapat mengikuti acara pelepasan bersama rekan sejawat. Beliau merefleksikan perjalanan karirnya hingga usia 70 tahun serta mengapresiasi motivasi yang diberikan oleh pimpinan kampus dan berharap pengabdian para purna tugas dapat terus berlanjut di tempat-tempat lain. “Mudah-mudahan, setelah pengabdian di UIN Sunan Ampel ini purna, maka banyak pula tempat-tempat lain yang tetap menerima pengabdian kita semuanya,” ujarnya.
Sementara itu Prof. Dr. H. Abd. A’la, M.Ag dan Prof. Dr. H. Masruhan, M.Ag sebagai rekan sejawat berkesempatan memberikan pesan dan kesannya untuk kelima Guru Besar tersebut. Prof. A’la memberikan ucapan selamat dan harapan agar pesan-pesan serta kesan dari para Guru Besar, seperti Prof. Hussein Aziz, Prof. Burhan, dan Prof. Mas’an, dapat dibukukan untuk generasi mendatang, menekankan pentingnya peran guru sebagai orang tua dalam ilmu agama dan bahkan sebagai wasilah antara murid dan Allah.

Sementara itu, Prof. Masruhan secara khusus memberikan apresiasi kepada Prof. Hadi, menyoroti dedikasi, konsistensinya dalam memegang prinsip, keuletannya dalam studi, serta pandangannya yang pragmatis dan mengedepankan utility sambil memuji kesabaran dan keahlian beliau dalam Ilmu Tafsir.
Acara Haflah Akadimiyah Li Al Wada ini tidak hanya menjadi momentum penghormatan bagi para Guru Besar yang purna tugas, tetapi juga menjadi refleksi bagi seluruh sivitas akademika UINSA untuk terus menjaga tradisi keilmuan, integritas, dan semangat pengabdian dalam membangun masa depan pendidikan Islam yang unggul.
