Fakultas Syariah & Hukum
October 27, 2025

Sesi I Muktamar Ilmu Falak 2025 FSH UINSA: Mengurai Kriteria Imkanurrukyat dan Revitalisasi Kitab Falak Pesantren

Sesi I Muktamar Ilmu Falak 2025 FSH UINSA: Mengurai Kriteria Imkanurrukyat dan Revitalisasi Kitab Falak Pesantren

Surabaya, 23 Oktober 2025 — Setelah sesi pembukaan yang berlangsung khidmat dan penuh semangat kolaboratif, Muktamar Ilmu Falak 2025 Fakultas Syariah dan Hukum (FSH) UIN Sunan Ampel Surabaya berlanjut ke Sesi I yang menghadirkan dua narasumber nasional di bidang ilmu falak. Bertempat di Gedung Tower Tengku Ismail Ya’kub Lantai 9, Kampus 1 UINSA Surabaya, sesi ini menjadi forum ilmiah yang membahas isu strategis tentang penetapan awal bulan kamariah dan revitalisasi kitab falak pesantren sebagai warisan intelektual Islam yang relevan dengan perkembangan zaman.

Sesi ini dipandu oleh Elly Uzlifatul Jannah, M.H., yang membuka diskusi dengan menegaskan bahwa penyatuan kriteria imkanurrukyat merupakan fondasi penting bagi terciptanya kesepahaman nasional dalam penentuan awal bulan hijriyah. Menurutnya, perbedaan metode hisab dan rukyat yang kerap muncul di masyarakat harus didekati dengan pendekatan ilmiah, dialogis, dan berbasis riset agar tidak hanya menghasilkan keputusan praktis, tetapi juga memperkuat integritas keilmuan falak di Indonesia.

Materi pertama disampaikan oleh Prof. Dr. KH. Ahmad Izzuddin, M.Ag., Ketua Umum Asosiasi Dosen Falak Indonesia (ADFI) sekaligus Southeast Asian Association of Islamic Astronomers (SAAIA), dengan topik “Merajut Kesepahaman Kriteria Imkanurrukyat Menuju Standar Global.” Dalam paparannya, Prof. Izzuddin menggarisbawahi pentingnya harmonisasi antara pendekatan rukyat dan hisab dalam menentukan awal bulan Qamariah.
Kita memerlukan kesepahaman berbasis ilmiah dan teologis yang mampu mengakomodasi keragaman metode tanpa menegasikan otoritas keagamaan masing-masing,” tegasnya. Ia menambahkan bahwa menuju pembentukan standar global, Indonesia memiliki potensi besar menjadi rujukan dunia Islam dalam pengembangan model kalender hijriyah internasional.
UIN Sunan Ampel Surabaya melalui forum seperti Muktamar Ilmu Falak ini berperan strategis sebagai jembatan antara pemikiran falak tradisional dan pendekatan ilmiah modern. Ini langkah penting menuju integrasi ilmu falak yang berdaya guna di tingkat global,” ujarnya disambut antusias peserta.

Selanjutnya, KH. Abdul Muid Zahid, pakar falak PWNU Jawa Timur, menyampaikan materi kedua bertema “Revitalisasi Kitab Falak Pesantren sebagai Warisan Keilmuan dan Sinerginya dengan Kriteria Nasional Awal Bulan Kamariah.” Dalam pemaparannya, beliau menegaskan bahwa kitab-kitab falak klasik karya ulama pesantren merupakan khazanah intelektual yang kaya, sistematis, dan memiliki nilai ilmiah tinggi. “Kitab falak pesantren bukan sekadar literatur historis, tetapi representasi dari tradisi ilmiah Islam yang sangat rasional, empiris, dan terus relevan hingga kini,” jelasnya. Menurutnya, revitalisasi kitab falak merupakan langkah strategis untuk menghubungkan metode tradisional dengan pendekatan astronomi modern, sekaligus memastikan bahwa tradisi pesantren tetap menjadi bagian penting dalam perkembangan ilmu falak nasional. “Pesantren memiliki potensi besar untuk menjadi laboratorium keilmuan falak yang berakar pada tradisi, tetapi mampu berdialog dengan sains modern. Sinergi keduanya akan memperkuat posisi Indonesia dalam peta ilmu falak dunia,” tambah KH. Muid.

Diskusi yang berlangsung selama hampir dua jam itu berjalan dinamis dan interaktif. Berbagai pertanyaan dan tanggapan muncul dari peserta yang berasal dari kalangan akademisi, praktisi falak, mahasiswa, hingga pengelola lembaga falakiyah daerah. Mereka menyoroti pentingnya penyusunan kesepakatan nasional mengenai kriteria imkanurrukyat, penguatan kolaborasi antar lembaga, serta strategi konkret untuk mengintegrasikan kitab falak pesantren dalam kurikulum pendidikan tinggi Islam.

Sesi pertama Muktamar Ilmu Falak 2025 FSH UINSA ini ditutup dengan kesimpulan bahwa upaya merajut kesepahaman kriteria penentuan awal bulan dan menghidupkan kembali warisan falak pesantren harus berjalan beriringan. Keduanya menjadi kunci dalam membangun kesatuan keilmuan falak Indonesia — sebuah keilmuan yang berakar kuat pada tradisi, namun senantiasa terbuka terhadap inovasi dan kemajuan sains modern.

Reportase: George As’ad Haibatullah El Masnany

Redaktur: George As’ad Haibatullah El Masnany

Spread the love

Tag Post :

Categories

Berita