
UINSA Newsroom, Selasa (21/10/2025); Selasa, 21 Oktober 2025, UIN Sunan Ampel (UINSA) Surabaya menggelar kegiatan pembinaan pegawai dalam rangka ‘Semarak Hari Santri Tahun 2025.’ Kegiatan yang digelar di Masjid Raya Ulul Albab ini menghadirkan narasumber Dr. KH. Musta’in Syafi’i, M.Ag., Pengasuh Pondok Pesantren Tebuireng Jombang.
Mengusung tema, ‘Penguatan Sanad Keilmuan: Menyambung Tradisi Keilmuan Ulama dalam Dunia Akademik dan Perguruan Tinggi Islam,’ kegiatan ini dihadiri segenap tenaga kependidikan, dosen, dan mahasiswa pada UINSA Surabaya.

Wakil Rektor Bidang Kemahasiswaan dan Kerjasama UINSA Surabaya, Prof. Dr. Abdul Muhid, M.Si., dalam sambutan mewakili pimpinan menyampaikan, bahwa kesempatan ini patut disyukuri sebagai bagian dari ikhtiar keilmuan.
“Karena kita memperingati hari yang sangat monumental yaitu Hari Santri, yang merupakan momentum yang luar biasa untuk kita diingatkan kembali bahwa kita adalah santri-santri UIN Sunan Ampel Surabaya,” ujar Prof. Muhid.

Melalui kegiatan ini, lanjut Wakil Rektor Bidang Kemahasiswaan dan Kerjasama berharap, seluruh keluarga besar UINSA Surabaya dapat semakin kuat dalam menjalankan tugas-tugas serta memperolah keberkahan. “Mari kita simak apa yang disampaikan oleh Romo Dr. KH. Musta’in Syafi’i, M.Ag., untuk kita jadikan sebagai uswah, bekal dalam mengarungi kehidupan sehari-hari,” tukas Prof. Muhid.
Sementara itu, Dr. Musta’in dalam tausiyahnya menyampaikan, tentang hikmah Surah Al Kahfi. Salah satu Surah dalam Al-Quran yang mendapat banyak perhatian dari Hadratusy Syaikh KH. Hasyim Asy’ari. Dijelaskan Dr. Musta’in, bahwa Surah ini mengangkat empat kisah yang menjadi pembelajaran bagi kita semua.

Pertama, kisah tentang ashhabul kahfi yang menunjukkan komitmen kuat dari para pemuda untuk mempertahankan keimanannya. Kedua, dalam Surah Al Kahfi juga diceritakan tentang kisah dua orang sahabat dalam ayat 32-44.
Kisah ini mengajarkan bahwa kekayaan dunia adalah perhiasan yang bisa menyesatkan dan seringkali datang untuk menguji, di mana orang yang sombong dengan hartanya justru celaka dan kehilangan segalanya, sementara amalan saleh (seperti bersyukur) lebih baik di sisi Allah (ayat 46).

“Kalian nanti setelah menjadi pemuda, serius mau menjadi apa? Pertama, jadilah konglomerat. Menjadi orang kaya, yang dengan kekayaannya itu perjuangan-perjuangan Agama Islam menjadi lancar. Semua terfasilitasi karena kekayaan Umat Islam,” ujar Dr. Musta’in.
Ketiga, jadilah seseorang ilmuwan/ulama, yang senantiasa senang menuntut ilmu sebagaimana dicontohkan Nabi Musa AS yang tetap berguru kepada Nabi Khidir AS. “Padahal Nabi Musa ini sudah menjadi Nabi tetapi tidak mematahkan semangat untuk mencari ilmu. Sehingga orang itu tidak punya batasan sampai kapan mencari ilmu,” imbuh Dr. Musta’in.

Keempat, jika menjadi pejabat, jadilah pejabat yang adil sebagaimana Kisah Dzulqarnain di Surat Al-Kahfi ayat 83-99. Seorang raja saleh yang diberi kekuasaan untuk menguasai dan menyebarkan kebaikan. (Nur/Humas)
Redaktur: Nur Hayati
Foto: MN. Cahaya
Highlight: A. Kamal AJ
