Selasa, 23 Desember 2025 – Fakultas Ushuluddin dan Filsafat
Ruang Laboratorium B1 tampak lengang. Jam menunjukkan pukul 09.45 WIB. Beberapa menit sebelumnya, segelintir orang keluar dari ruangan itu. Dua orang di antaranya mengenakan almamater kampus kemudian duduk di bangku panjang depan ruang Prodi Magister Aqidah Filsafat Islam. Mereka mengambil jeda untuk sekadar istirahat, melepaskan ketegangan yang baru saja dirasakan selama dua jam sebelumnya. Kepada mereka tim Media Center mendekat. Ketika tim memberi salam, seraut senyum tergurat dan tampak kepuasan pada binar wajah mereka.
Dua orang tersebut adalah Nurul Hafizoh dan Farichatul Fauziyah, dua mahasiswi Prodi Ilmu Hadis semester 7 yang sudah menghadapi Munaqasyah Tugas Akhir Non-Skripsi. Mereka berhasil menerbitkan artikel ilmiahnya di jurnal bereputasi nasional. Tidak main-main, artikel Nurul diterbitkan oleh Al-Tahrir Jurnal Pemikiran Islam milik IAIN Ponorogo dan artikel Farichatul diterbitkan oleh Ulul Albab: Jurnal Studi Islam milik UIN Maulana Malik Ibrahim Malang. Kedua jurnal tersebut terakreditasi SINTA 2, tingkat tertinggi kedua setelah SINTA 1. Untuk mempertanggungjawabkan karya itulah, Nurul dan Farichatul menjalani sidang Munaqasyah di mana tim pengujinya terdiri dari Prof. Dr. Muhammad Zamzami, Lc., M. Fil.I, Nur Hidayat Wakhid Udin, M.A., Dr. Akhmad Siddiq, M.A., dan Dakhirotul Ilmiyah, S. Ag., M.H.I.
“Bahagia banget,” ungkap Nurul terkait kesan setelah Munaqasyah. Ia mengaku tidak menyangka terpilih menjadi mahasiswa yang lulus tanpa skripsi. Terutama, ia lulus saat semester 7. Penerima beasiswa Kartu Indonesia Pintar Kuliah (KIP Kuliah) itu tak bisa menyembunyikan ekspresi bahagianya.
Farichatul yang juga penerima beasiswa KIP Kuliah mengamini perkataan Nurul. “Senang sekali, (apalagi -red.) setelah babak belur revisi dari dosen pembimbing dan reviewer jurnal,” tukasnya. Dua mahasiswi tersebut kemudian bercerita bagaimana perjuangan mereka hingga berhasil menerbitkan artikel di jurnal bereputasi.
“Kami mulai mengenal pembuatan artikel sejak semester tiga,” kenang Nurul. Matanya berkaca-kaca. “Namun itu belum maksimal,” ujarnya.
“Kami baru benar-benar belajar bagaimana menyusun artikel pada semester 5. Kami dibimbing dari awal banget, dari menemukan konteks yang perlu dipermasalahkan, judulnya juga, menganalisis dengan teori apa, dan lain sebagainya,” timpal Farichatul.
“Ya, yang awalnya kita tidak tahu analisis AWK (Analisis Wacana Kritis- red.), akhirnya jadi tahu seperti pembacaan kritis ala Norman Fairclough,” sambung Nurul.
Berdasarkan penuturan keduanya, pada akhir semester 5 ada proses pemilihan mahasiswa oleh dosen. Dari seluruh mahasiswa seangkatan, mereka termasuk yang terpilih.
“Tiba-tiba kami diajak untuk melanjutkan artikel jurnal. Kebetulan ada mata kuliah Publikasi Ilmiah juga,” ungkap Nurul.
Meskipun begitu, tidak sedikit tantangan dan rintangan yang mereka hadapi. Terutama selama proses penulisan dan penerbitan artikel. Mereka menerima bimbingan ketat dari dosen pembimbing sebelum mengirimkan artikel ke pihak jurnal. Setelah dinilai layak kirim, barulah mereka men-submit artikel ke jurnal yang dituju. Ketika sudah masuk dapur redaksi jurnal, mereka mendapatkan respons beragam dari para reviewer jurnal. Bahkan, ada momentum di mana daya semangat mereka benar-benar diuji.
Farichatul, misalnya, mengaku mendapat banyak catatan kritis dari reviewer kedua. “Reviewer sangat detail bahkan sampai mengubah tulisan saya dari awal,” akunya. Masa perbaikan tulisan yang diberikan oleh pihak jurnal hanya dua minggu dan mereka mau tidak mau harus mengikuti aturan tersebut meski pada waktu bersamaan sedang menggarap tugas perkuliahan.
Akhirnya, perjuangan mereka pun tidak sia-sia. Setelah melewati masa penulisan, bimbingan dan proses penerbitan yang ketat, artikel mereka diterbitkan. Penerbitan artikel tersebut sekaligus memuluskan jalan mereka untuk lulus di jalur non-skripsi. Setelah mengikuti sidang Munaqasyah, tampaknya beban di pundak mereka sudah hilang. Namun, kondisi itu tidak membuat mereka berleha-leha. Hal ini tercermin dari pesan mereka untuk mahasiswa lainnya.
“Semangat! Harus cari pengalaman baru! Kalau berminat di bidang penulisan, belajar mulai dari semester 3, dari menulis pendahuluan dan metode. Jangan bosan membaca dan berlatih menulis!” -Farichatul.
“Tetap semangat dan jangan menyerah!” – Nurul.
