FISIP UINSA – Kepala Laboratorium Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Islam Negeri Sunan Ampel (FISIP UINSA), Dr. Zudan Rosyidi, MA, memimpin rapat koordinasi pengurus pusat kajian di ruang laboratorium FISIP, Kamis 18 Desember 2025. Agenda utama pertemuan adalah memproyeksikan peran laboratorium dan pusat kajian dalam mengawal proses pengisian perangkat desa di Jawa Timur, dengan menegaskan penggunaan mekanisme seleksi berbasis Computer Assisted Test (CAT) sebagai pendekatan transparan dan objektif.
Dalam arahannya, Dr. Zudan menegaskan bahwa pengalaman dari Pusat Kajian Pedesaan dan Politik Lokal (PUKAPPOL) UINSA pada pelaksanaan seleksi perangkat desa berbasis CAT sebelumnya menunjukkan hasil yang positif, yakni terpilihnya kandidat yang kompeten dan mekanisme yang dapat dipertanggungjawabkan. “Kita telah beberapa kali menjalankan seleksi berbasis CAT dengan hasil memuaskan. Prinsip kami sederhana: proses yang transparan dan metodologis akan menghasilkan perangkat desa terbaik,” ujarnya.
Rapat yang dihadiri para pengurus pusat kajian, peneliti, dan staf laboratorium tersebut menindaklanjuti evaluasi pengalaman lapangan, menetapkan prioritas pengawalan, serta merumuskan perangkat teknis dan prosedural yang akan digunakan pada pemilihan perangkat desa mendatang. Pengurus menjabarkan rencana kerja yang meliputi persiapan perangkat ujian, penguatan instrumen asesmen kompetensi, pelatihan pengawas seleksi, hingga mekanisme uji publik atas hasil seleksi.
Mengapa Pengawalan Seleksi Perangkat Desa Penting?
Perangkat desa adalah ujung tombak penyelenggaraan pemerintahan lokal. Kualitas sumber daya manusia di tingkat desa sangat menentukan efektivitas pelayanan publik, tata kelola anggaran, serta kemampuan pemerintah desa menjalankan program pembangunan. Dr. Zudan menekankan bahwa prosedur seleksi yang baik bukan hanya soal memilih orang yang pintar menjawab soal, melainkan memilih figur yang memiliki integritas, kapasitas teknis, dan kecakapan manajerial.
“Seleksi yang objektif dan transparan adalah bentuk perlindungan publik terhadap praktik-praktik nepotisme dan politik uang. Dengan CAT, kita mengurangi unsur-subjektifitas dan membuka akses bagi pendaftar yang benar-benar kompeten,” kata Dr. Zudan.
Pengalaman PUKAPPOL UINSA dengan CAT
PUKAPPOL UINSA sudah menerapkan model seleksi berbasis CAT pada beberapa kesempatan. Metode ini meliputi penyusunan soal berbasis kompetensi jabatan, pemetaan kebutuhan kompetensi perangkat desa, serta uji validitas dan reliabilitas item soal. Hasilnya, proses seleksi berjalan lebih cepat, hasil mudah diaudit, dan tingkat keberterimaan publik terhadap hasil seleksi meningkat.
Para pengurus laboratorium mencatat beberapa keunggulan CAT di konteks seleksi perangkat desa: pengurangan bias penilai, pencatatan jejak audit digital, kemampuan menskalakan pelaksanaan seleksi untuk banyak peserta sekaligus, serta kemudahan dalam melakukan analisis reliabilitas soal dan korelasi antar-dimensi kompetensi.
Roadmap Intervensi Laboratorium
Dalam rapat juga dibahas roadmap teknis yang akan dilaksanakan oleh laboratorium dan pusat kajian untuk pengawalan seleksi perangkat desa di Jawa Timur. Beberapa poin strategis yang disepakati antara lain:
- Standarisasi Instrumen Seleksi. Menyusun bank soal kompetensi yang teruji validitas dan reliabilitasnya, disesuaikan dengan kebutuhan jabatan perangkat desa (sekretaris, kasi, perangkat pelayanan, dsb.).
- Pelatihan Pengawas dan Administrator CAT. Melatih tim teknis di tingkat kabupaten/kota agar mampu mengoperasikan sistem CAT serta menerapkan protokol keamanan data.
- Monitoring dan Evaluasi Berkelanjutan. Menyusun indikator evaluasi pelaksanaan seleksi, termasuk audit hasil, mekanisme sanggah, dan laporan publik.
- Pembentukan Tim Helpdesk & Transparansi Publik. Menyediakan kanal umpan balik laiknya helpdesk teknis serta publikasi hasil dan metodologi secara terbuka untuk meningkatkan akseptabilitas.
- Kerja Sama Multi-Pihak. Menjalin sinergi dengan pemerintah daerah, unsur perguruan tinggi lain, organisasi masyarakat sipil, dan pihak terkait untuk memastikan legitimasi proses.
Rapat menegaskan pentingnya keterlibatan peneliti muda dan mahasiswa dalam proses teknis: mulai dari pengembangan item soal, analisis psychometric, hingga verifikasi data peserta. Dr. Zudan menggarisbawahi bahwa pengalaman ini merupakan bagian dari pengabdian masyarakat dan praktik pembelajaran nyata bagi mahasiswa yang mengikuti program magang atau tugas akhir.
“Laboratorium tidak hanya menyediakan perangkat teknis, tetapi juga menjadi pusat penelitian empiris untuk mengevaluasi efektivitas seleksi perangkat desa terhadap kinerja pemerintahan lokal,” tambahnya.
Meski optimistis, rapat juga mengakui tantangan yang ada: infrastruktur teknologi yang belum merata di daerah, kebutuhan literasi digital bagi calon peserta, serta potensi resistensi dari pihak-pihak yang merasa terancam oleh proses transparan. Untuk itu, salah satu rekomendasi adalah menyelenggarakan sosialisasi dan simulasi CAT di tingkat kabupaten sebelum pelaksanaan resmi, serta menyediakan opsi perangkat tes offline yang dapat disinkronkan ketika akses internet terbatas.
Pertemuan di laboratorium FISIP UINSA ini menegaskan komitmen akademik untuk turut serta memperbaiki mutu pemerintahan lokal melalui pendekatan ilmiah dan teknologi. Dr. Zudan menutup rapat dengan catatan moral bahwa pengisian perangkat desa yang transparan dan berbasis kompetensi adalah investasi jangka panjang bagi kualitas pelayanan publik dan pembangunan daerah.
“Kalau kita serius mengawal proses ini, dengan bukti empiris dan keterlibatan publik maka yang lahir bukan sekadar perangkat yang kompeten, melainkan pemerintahan lokal yang lebih dapat dipercaya oleh masyarakat,” katanya.
Rencana kerja yang mengemuka di rapat tersebut kini menunggu implementasi bersama pemangku kepentingan di Jawa Timur. Jika terlaksana sesuai rencana, inisiatif ini berpotensi menjadi model bagi wilayah lain yang hendak memperbaiki tata kelola rekrutmen aparatur pemerintahan lokal. (BsR)