Oleh Airlangga Bramayudha
Liburan kemarin merupakan momen yang menyenangkan bagi Siddiq Ibrahim, Mahasiswa Pascasarjana UINSA dari Nigeria. Setelah 8 bulan di Indonesia, baru hari ini pertama kalinya dia menginjakkan kaki di lokasi episentrum bersejarah yang diabadikan menjadi nama kampus tempatnya menuntut ilmu di Indonesia. Dia berkesempatan mengunjungi wisata religi Ampel, berbincang tentang Sejarah Sunan Ampel dan Wali Songo, sholat berjama’ah di Masjid Ampel yang berusia lebih dari 600 tahun dan berziarah di makam Sunan Ampel. Blusukan di kampung dan pasarnya serta tak lupa mencicipi kuliner Arab khas Ampel.
Ziarah dimulai dari Makam Mbah Sholeh dulu. Beliau adalah salah satu murid dari Sunan Ampel. Legenda Mbah Soleh terkenal dengan karomahnya yang pernah hidup dan meninggal sampai sembilan kali. Itulah mengapa ada 9 makam Beliau yang berjejer. Persamaan Sidiq Ibrahim dan Mbah Soleh adalah sama-sama Student of Sunan Ampel. Mbah Soleh adalah seorang santri yang belajar pada Sunan Ampel, Sesepuh Wali Songo yang berjasa dalam dakwah Islam di Nusantara. Sedangkan Sidiq Ibrahim adalah mahasiswa Pascasarjana UIN Sunan Ampel Program Doktor Ekonomi Syariah.
Nigeria adalah negara dengan ekonomi terbesar di Afrika. Negara penghasil minyak dunia yang terletak di Barat Afrika ini merupakan anggota negara-negara persemakmuran Inggris (The Commonwealth). Kami juga menziarahi makam KH. Hasan Gipo dan KH. Mas Mansyur yang berdekatan dengan makam Mbah Soleh. KH. Hasan Gipo adalah Ketua PBNU Pertama sedangkan KH. Mas Mansyur adalah ketua PP Muhammadiyah ke 4. Kedua makam tokoh organisasi Islam terbesar di Indonesia tersebut berada pada satu kompleks. Ini menjadi topik perbincangan kami yang cukup menarik. Walaupun terkadang di lapangan sesekali timbul rivalitas dalam dakwah dan fastabiqul khairot antara keduanya namun kedekatan makam keduanya menunjukkan adanya kedekatan hati di antara mereka dan komitmen untuk tetap saling menjaga Ukhuwah Islamiyah dan Ukhuwah Wathaniyah. Bentuk unik dinamika Islam di Indonesia.

KH. Hasan Gipo memiliki kontribusi yang besar terhadap Nahdlatul Ulama. Selain sebagai ketua umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama periode pertama kali (Hoofdbestuur Nahdlatoel Oelama-HBNO) yang mendampingi K.H.M. Hasyim Asyari sebagai Rais Akbar dan K.H. Abdul Wahab Hasbullah sebagai Katib ‘Aam Syuriyah, Beliau juga donatur besar yang membiayai “Komite Hijaz” dan sangat penting dalam embrio pembentukan Jam’iyyah Nahdlatul Ulama. Sedangkan Mas Mansyur adalah salah satu dari pahlawan nasional “Empat Serangkai” bersama Soekarno, Mohammad Hatta dan Ki Hajar Dewantara.

Di area makam Sunan Ampel, Siddiq Ibrahim disambut para peziarah bak IShowSpeed: streamer, influencer dan YouTuber asal Amerika yang sangat populer di kalangan Gen-Z. Banyak yang menyapanya dan mengajaknya berfoto bersama.
Sementara itu, dalam hari-hari ini kampus UINSA semarak dengan energi kegiatan penyambutan mahasiswa baru. Ritual tahunan yang menandai awal tahun ajaran baru perkuliahan.
Sedikit refleksi, tentu saja pemilihan nama besar Sunan Ampel sebagai brand name dari kampus ini bukan cuma sekedar brand identity dan brand loyalty saja. Tetapi nama ini mengandung kesadaran brand perseption, brand personality dan brand value yang kuat. Kesadaran yang membangun semangat para civitas akademikanya baik dari dalam dan luar negeri yang jauh untuk bisa mengambil ibrah, barokah, keteladanan dan inspirasi dari Sunan Ampel. Kesadaran dan kebanggaan sebagai Students of Sunan Ampel.