SURABAYA – Dunia pendidikan tinggi Indonesia sedang berada di ambang transformasi besar. Paradigma lama yang mengandalkan ujian formal semata mulai ditinggalkan, digantikan oleh pendekatan yang lebih personal dan terukur berbasis luaran atau Outcome-Based Education (OBE). Menangkap sinyal perubahan ini dengan cepat dan responsif, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) UIN Sunan Ampel (UINSA) Surabaya menggelar kegiatan strategis berupa sharing knowledge dan pendampingan teknis mengenai penilaian mata kuliah Rencana Pembelajaran Semester (RPS) berbasis OBE yang dilakukan Selasa 16 Desember 2025 di Ruang Laboratorium FISIP UINSA lantai 4. Langkah ini bukan sekadar pemenuhan administrasi, melainkan sebuah pernyataan kesiapan FISIP UINSA dalam melakukan transisi kurikulum dari Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM) 2021 menuju implementasi penuh kurikulum OBE 2025.

Kegiatan yang berlangsung dinamis ini didampingi fasilitator, yakni Ibu Ajeng Widya Prakasita, M.A., yang juga menjabat sebagai Sekretaris Program Studi Ilmu Politik FISIP UINSA. Dalam forum tersebut, Ibu Ajeng tidak hanya sebagai narasumber, melainkan sebagai mitra diskusi bagi para dosen dalam membedah “jantung” dari kurikulum baru ini, yaitu sistem penilaian. Suasana diskusi terasa hidup ketika paradigma lama tentang penilaian mulai dibongkar. Jika selama bertahun-tahun civitas akademika terbiasa dengan komponen penilaian standar seperti Ujian Tengah Semester (UTS), Ujian Akhir Semester (UAS), performansi, dan tugas terstruktur, maka di era OBE 2025 ini, terminologi tersebut mengalami pergeseran makna yang signifikan. Penilaian kini tidak lagi dipatok pada momen ujian semata, melainkan berbasis pada ketercapaian Sub-Capaian Pembelajaran Mata Kuliah (Sub-CPMK).
Dalam paparan teknisnya, Ibu Ajeng menekankan bahwa tabel penilaian dan persentase kini harus disusun secara presisi berdasarkan Sub-CPMK yang telah disepakati dalam RPS program studi. Ini adalah sebuah revolusi kecil di dalam kelas. Dosen tidak lagi sekadar memberi nilai akhir, tetapi memantau perkembangan kompetensi mahasiswa secara spesifik per topik bahasan. Untuk memfasilitasi teknis ini, FISIP UINSA memanfaatkan teknologi melalui sistem akademik terintegrasi bernama “Sinau”. Melalui platform ini, penggantian komposisi nilai yang dulunya dilimitasi, kini dapat dilakukan secara mandiri dan fleksibel oleh masing-masing dosen pengampu mata kuliah, menyesuaikan dengan dinamika kelas dan bobot materi yang diajarkan.
Salah satu poin krusial yang menjadi sorotan dalam diskusi adalah logika matematika di balik pembobotan nilai. Sistem baru ini menuntut keadilan proporsional. Angka dalam penilaian kini didasarkan pada durasi atau jumlah minggu pelaksanaan sebuah Sub-CPMK. Sebagai ilustrasi nyata yang dibahas dalam forum, jika sebuah Sub-CPMK misalnya kemampuan analisis teori politik dirancang untuk diselesaikan dalam dua kali pertemuan atau dua minggu tatap muka, maka bobot penilaiannya pun harus mencerminkan beban kerja selama dua minggu tersebut. Logika ini menghapus bias penilaian yang seringkali menitikberatkan pada satu ujian besar di tengah dan akhir semester, padahal proses belajar terjadi setiap minggu. Batasan teknis pun ditetapkan untuk menjaga fokus pembelajaran, di mana maksimal terdapat 14 Sub-CPMK dalam satu mata kuliah, memastikan bahwa setiap capaian pembelajaran benar-benar dapat diukur dan tidak terlalu terfragmentasi.

Kegiatan ini menjadi sangat vital karena merupakan bentuk nyata alias action plan dari respon fakultas terhadap transisi kurikulum. Semangat yang terpancar dari para peserta menunjukkan bukti keseriusan dosen FISIP UINSA dalam mengimplementasikan inovasi. Mereka tidak melihat ini sebagai beban tambahan, melainkan sebagai kemajuan sistem pendidikan tinggi yang wajib dikawal. Hal ini terlihat jelas saat sesi percobaan implementasi berlangsung. Para dosen tampak sibuk dengan gawai masing-masing, membuka laman “Sinau”, dan mulai menajlin simulasi input nilai. Diskusi aktif pun pecah; pertanyaan-pertanyaan kritis bermunculan, mulai dari strategi menyusun rubrik hingga cara mengatasi kendala teknis sistem. Percobaan langsung ini memicu lahirnya solusi-solusi praktis yang disepakati bersama di tempat, menjadikan forum ini sangat produktif dan solutif.
Kesuksesan dan kelancaran kegiatan ini tentu tidak lepas dari dukungan penuh jajaran pimpinan fakultas. Dekan FISIP UINSA, Prof. Dr. H. Abd. Chalik, M.Ag., memberikan atensi khusus terhadap transformasi ini, meyakini bahwa mutu lulusan sangat bergantung pada kualitas sistem penilaian yang diterapkan. Dukungan serupa juga datang dari Wakil Dekan 1 Bidang Akademik, Ibu Dr. Iva Yulianti Umdatul Izzah, S. Sos, M.Si., yang secara konsisten mengawal mutu akademik fakultas. Sinergi antara pimpinan, fasilitator yang handal seperti Ibu Ajeng, dan antusiasme para dosen, menciptakan optimisme baru di lingkungan FISIP UINSA.

Pada akhirnya, sharing knowledge ini bukan hanya soal mengubah cara mengisi nilai di komputer. Lebih dari itu, ini adalah upaya kolektif untuk memastikan bahwa setiap angka yang keluar di transkrip nilai mahasiswa kelak adalah representasi jujur dari kompetensi yang mereka miliki. Dengan beralih sepenuhnya ke penilaian berbasis Sub-CPMK dan mengoptimalkan sistem “Sinau”, FISIP UINSA menegaskan posisinya sebagai institusi pendidikan yang adaptif, transparan, dan berorientasi pada masa depan, siap menyongsong era OBE 2025 dengan persiapan yang matang dan terukur. DRH
Untuk informasi lebih lanjut mengenai kegiatan dan program FISIP UINSA, silakan kunjungi dan ikuti media sosial kami di Instagram.