Psikosufistik dan quarter life crisis pada Gen Z
Penulis: Khodijah, Kinanti Chandra Kirana, Dini Vita Etdelwis, Fasya Rosikhul Ilmi, Jihan Nabila Rahayu, Layla Destriana Nur Nadila, Luluk Markhumatul Khusnah, Iswanto
Penyunting: M. Yusuf
Desain Sampul : Ucup
Layouter : Ucup
Hlm : xx + 184 hal; 14,8 x 21 cm
ISBN : Proses
Sinopsis:
Buku “Psikosufistik dan Quarter Life Crisis pada Generasi Z” menghadirkan sintesis unik antara psikologi modern dan nilai-nilai tasawuf untuk menjawab kegelisahan eksistensial yang banyak dialami generasi muda masa kini. Melalui pendekatan psikosufistik, penulis berupaya menyingkap bagaimana keseimbangan antara akal dan hati dapat menjadi kunci dalam menghadapi krisis makna hidup yang muncul di usia dewasa awal. Buku ini mengajak pembaca memahami bahwa penyembuhan dan ketenangan sejati tidak hanya bersumber dari terapi psikologis semata, tetapi juga dari kesadaran spiritual yang mendalam.
Fenomena Quarter Life Crisis (QLC) menjadi fokus utama pembahasan, dijelaskan sebagai masa transisi yang sering diwarnai kecemasan, kebingungan arah, dan pencarian jati diri. Melalui pemaparan faktor penyebab, dampak, serta karakteristik krisis pada Generasi Z, buku ini menggambarkan bagaimana tekanan sosial, kompetisi digital, dan budaya instan memperkuat rasa kehilangan makna hidup. Dengan gaya ilmiah yang komunikatif, penulis menyajikan krisis ini bukan sebagai bentuk kelemahan, melainkan sebagai peluang bagi individu untuk tumbuh, merefleksi, dan menemukan kembali pusat keseimbangannya.
Dalam bagian selanjutnya, buku ini menguraikan bagaimana nilai-nilai psikosufistik — seperti tazkiyah an-nafs (penyucian jiwa), ikhlas, dan muhasabah (introspeksi) — dapat menjadi terapi spiritual bagi Generasi Z yang hidup di tengah derasnya arus teknologi. Pendekatan ini dipaparkan melalui model terapi psikosufistik yang memadukan prinsip psikoterapi modern dengan latihan-latihan spiritual khas tasawuf. Melalui simulasi kasus dan integrasi dengan psikoterapi kontemporer, pembaca diajak melihat bahwa penyembuhan batin menuntut keselarasan antara dimensi ilmiah, emosional, dan spiritual manusia.
Sebagai penutup, penulis menegaskan bahwa perjalanan menghadapi Quarter Life Crisis sejatinya merupakan perjalanan menuju kedewasaan spiritual — dari krisis menuju qalb (hati yang tenang). Buku ini memberikan rekomendasi praktis untuk menjaga keseimbangan diri di era digital serta menanamkan kesadaran bahwa kekuatan sejati terletak pada kemampuan memahami dan menata batin. Dengan bahasa yang reflektif dan argumentatif, karya ini menjadi panduan bagi siapa pun yang ingin menemukan ketenangan, makna, dan keutuhan jiwa di tengah kehidupan modern yang serba cepat.