Magister Komunikasi Penyiaran Islam
October 10, 2025

Peningkatan Kompetensi Mahasiswa Magister KPI dalam Penelitian Etnografi

Peningkatan Kompetensi Mahasiswa Magister KPI dalam Penelitian Etnografi

Malang, 8 Oktober 2025.  Lima puluh mahasiswa Magister Komunikasi dan Penyiaran Islam (KPI) Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Sunan Ampel Surabaya mengikuti kegiatan peningkatan kompetensi riset etnografi yang digelar di Departemen Ilmu Komunikasi FISIP Universitas Brawijaya. Mereka mengikuti sesi intensif untuk memperkuat keterampilan metodologis dan perspektif kritis dalam penelitian komunikasi dan penyiaran Islam.

Acara diawali dengan sambutan dari Azizun Kurnia Illahi, S.I.Kom., M.A, Sekretaris Departemen Ilmu Komunikasi FISIP UB. Dalam sambutannya, Azizun mengucapkan selamat datang kepada rombongan mahasiswa dan dosen Magister KPI Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Sunan Ampel Surabaya. Dalam sambutannya menyampaikan; “Kami merasa terhormat menerima kunjungan akademik ini. Penelitian merupakan pondasi pengembangan ilmu pengetahuan. Ia tidak hanya berbicara tentang metodologi, tetapi juga keberanian untuk mengambil risiko dalam memilih jenis penelitian. Mahasiswa perlu berani mencoba pendekatan yang mungkin jarang digunakan, termasuk etnografi,” ujarnya. Selanjutnya, Azizun menekankan bahwa mahasiswa pascasarjana perlu melihat penelitian bukan sekadar syarat kelulusan, melainkan jalan untuk menemukan perspektif baru dalam komunikasi dan kehidupan sosial.

Sementara itu, Dr. Luluk Fikri Zuhriyah, M.Ag, Ketua Program Studi Magister Komunikasi dan Penyiaran Islam Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Sunan Ampel, dalam sambutannya menyampaikan apresiasi mendalam atas penyambutan Departemen Ilmu Komunikasi FISIP UB: “Kami berterima kasih yang tak terhingga kepada Departemen Ilmu Komunikasi UB yang telah menerima kami dengan tangan terbuka. Kegiatan ini adalah kesempatan berharga untuk memperluas wawasan mahasiswa kami. Harapan kami, kegiatan ini dapat meningkatkan kapasitas mahasiswa dalam menulis tesis dengan pendekatan penelitian yang lebih beragam dan mendalam,” ungkapnya. Menurutnya, kolaborasi lintas kampus penting untuk menghindarkan mahasiswa dari keterkungkungan paradigma tunggal dalam penelitian.

Kegiatan inti berupa paparan dialogis disampaikan oleh Dr. Dyan Rahmiati, S.Sos., M.Si., dosen Ilmu Komunikasi UB yang juga pakar dalam penelitian etnografi. Acara dipandu oleh moderator Prof. Dr. Ali Nurdin, S.Ag., M.Si., yang mengarahkan jalannya diskusi secara dinamis. Dalam paparannya, Dr. Dyan menekankan pentingnya memilih jenis penelitian yang tepat agar hasil penelitian dapat menjawab pertanyaan ilmiah secara akurat. Ia kemudian memaparkan pengalamannya saat menulis disertasi berjudul “Humor Seksis dalam Ludruk: Studi Etnografi Kritis terhadap Humor Seksis di Pertunjukan Ludruk Karya Budaya.”. Menurutnya, penelitian etnografi adalah pendekatan penelitian kualitatif yang berusaha memahami makna tindakan sosial dan budaya melalui keterlibatan langsung peneliti dalam kehidupan masyarakat atau kelompok yang diteliti. “Etnografi tidak berhenti pada observasi semata. Ia menuntut keterlibatan, kepekaan, dan refleksi kritis dari peneliti. Dalam etnografi kritis, peneliti bukan hanya merekam fakta, tetapi juga mengungkap struktur kuasa, ideologi, dan ketidakadilan yang sering tersembunyi dalam praktik budaya,” jelasnya. Dr. Dyan menambahkan, penelitian etnografi sangat relevan digunakan dalam studi komunikasi dakwah dan penyiaran Islam. Sebab, komunikasi agama seringkali terjalin dalam praktik budaya masyarakat yang penuh simbol, nilai, dan tradisi.

Setelah sesi paparan narasumber, acara dilanjutkan dengan Fokus Group Discussion (FGD). Sebanyak 50 mahasiswa dibagi menjadi enam kelompok, masing-masing diminta menyusun refleksi singkat mengenai pemahaman mereka terhadap penelitian etnografi, khususnya dalam konteks komunikasi dan penyiaran Islam.

Kelompok pertama menyoroti bahwa etnografi memungkinkan peneliti untuk masuk ke dalam kehidupan sehari-hari masyarakat, memahami simbol-simbol dakwah yang hidup dalam tradisi lokal. Misalnya, tradisi slametan atau pengajian kampung tidak bisa hanya dipahami secara tekstual, melainkan juga dalam konteks sosial budaya yang mengitarinya. Kelompok kedua menekankan pentingnya etika penelitian. Dalam penelitian etnografi, kedekatan dengan subjek membuat peneliti harus menjaga objektivitas sekaligus empati. Mereka mencontohkan bagaimana peneliti dakwah di pesantren harus memahami batas-batas privasi santri dan kiai. Kelompok ketiga menggarisbawahi relevansi etnografi kritis dalam mengungkap struktur kuasa dalam komunikasi keagamaan. Misalnya, bagaimana otoritas kiai atau ustaz sering kali menentukan arus informasi dan tafsir agama di masyarakat. Dengan etnografi kritis, peneliti bisa memotret relasi kuasa tersebut.

Kelompok keempat mengajukan gagasan tentang etnografi digital, terutama dalam konteks dakwah Gen Z di media sosial. Menurut mereka, dakwah di platform seperti Instagram, TikTok, dan YouTube dapat diteliti dengan pendekatan etnografi untuk memahami pola interaksi, simbol digital, hingga dinamika audiens. Kelompok kelima mencoba menghubungkan etnografi dengan hermeneutika teks keagamaan. Menurut mereka, penelitian dakwah tidak cukup hanya membaca teks Al-Qur’an atau hadis, tetapi perlu memahami bagaimana teks tersebut dihidupkan dalam praktik sosial masyarakat. Kelompok terakhir menekankan bahwa etnografi melatih mahasiswa untuk berempati terhadap pengalaman masyarakat marginal. Misalnya, penelitian tentang komunitas muallaf di daerah terpencil bisa memberikan wawasan baru tentang tantangan dakwah yang jarang terdengar di forum resmi.

Sesi FGD ditutup dengan tanggapan singkat dari Prof. Dr. Ali Nurdin,S.Ag.M.Si. Ia mengapresiasi kedalaman refleksi mahasiswa dan menyebut bahwa gagasan-gagasan yang muncul bisa menjadi cikal bakal penelitian tesis mereka. “Saya melihat potensi besar dari mahasiswa Magister KPI untuk mengembangkan riset etnografi, baik dalam bentuk klasik maupun digital. Yang terpenting, kalian jangan takut untuk keluar dari zona nyaman metodologi. Etnografi menuntut keberanian, ketekunan, dan kepekaan budaya,” tuturnya.

Kegiatan ini tidak hanya menjadi forum akademik, tetapi juga jembatan kolaborasi antar perguruan tinggi Islam dan umum. Melalui penelitian etnografi, mahasiswa diharapkan mampu menjadi peneliti yang peka terhadap konteks sosial budaya, serta menghasilkan karya ilmiah yang relevan bagi pengembangan komunikasi dan penyiaran Islam. Dengan semangat yang ditularkan oleh para narasumber, kegiatan ini diharapkan mendorong lahirnya penelitian-penelitian inovatif yang mampu menghubungkan teks agama dengan realitas sosial masyarakat Indonesia yang majemuk (sekprodimkpi).

Spread the love

Tag Post :

Categories

Berita