
Surabaya – (18/09/2025) Mahasiswa semester satu program studi (prodi) Gizi, Fakultas Psikologi dan Kesehatan Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya (FPK UINSA) diarahkan untuk mengikuti orientasi keprodian yang berlangsung pukul 08.30 hingga 11.00 WIB. Kegiatan yang dilaksanakan di auditorium lt.2 Gedung FPK UINSA ini berlangsung dengan meriah.
Acara orientasi keprodian ini dihadiri langsung oleh Wakil Dekan (Wadek) I Dr. Suryani, S.Ag., S.Psi., M.Si.; Ketua prodi (Kaprodi) Gizi, Mei Lina Fitri Kumalasari, M.Kes.; Sekretaris prodi (Sekprodi) Gizi, Estri Kusumawati, M.Kes.; serta dibuka oleh Wadek I Dr. Suryani, S.Ag., S.Psi., M.Si., yang mengawali kegiatan dengan ungkapan terima kasih kepada narasumber dan pemberian cendera mata sebagai bentuk apresiasi.
Suasana semakin hangat ketika narasumber pada hari ini, Ridzotulahmad Nurchakim, S.Gz., M.PSDM. memecah suasana dengan menciptakan interaksi yang seru dengan mahasiswa semester satu. Dalam sesinya, Pak Edo sapaannya, memberikan pesan penting kepada mahasiswa agar selalu yakin bahwa pengalaman dan ilmu yang diperoleh di manapun belajar adalah yang terbaik.
Dimoderatori oleh Dr.Laili Rahmawati, STP, MMA., Pak Edo kemudian memaparkan tantangan utama gizi di Indonesia, seperti fenomena stunting, wasting (terlalu kurus), dan obesitas pada anak-anak. Selain itu, beliau juga menyajikan data terkait masalah gizi pada orang dewasa hingga lansia, menekankan bahwa ahli gizi memiliki peran besar dalam mengurangi risiko permasalahan tersebut.
Lebih lanjut, prospek kerja lulusan gizi yang sangat luas juga turut dijelaskan, mulai dari menjadi ahli gizi, bekerja di bidang quality control pabrik makanan, hingga menjadi konsultan di pusat kebugaran. Beliau juga menegaskan bahwa program studi gizi di Indonesia berada di bawah naungan Persatuan Ahli Gizi Indonesia (PERSAGI), yang berperan penting dalam membentuk mental profesionalisme mahasiswa gizi. Selain itu, beliau memaparkan bahwa ahli gizi merupakan salah satu dari tujuh prioritas pembangunan Surabaya yang memiliki empat indikator khusus, sehingga profesi ahli gizi sangat dibutuhkan dan harus berkolaborasi dengan berbagai stakeholder.
Dalam sesi tanya jawab, mahasiswa mengajukan pertanyaan yang menarik, seperti Naswa yang menanyakan tindak lanjut edukasi stunting. Pak Edo menjelaskan bahwa edukasi tidak berhenti pada satu kali kegiatan, melainkan dilanjutkan dengan pendampingan berkelanjutan oleh puskesmas dan kader gizi. Pertanyaan lain dari Ardan mengenai relevansi profesi ahli gizi di era kecerdasan buatan (AI) dijawab dengan tegas, bahwa profesi yang berhubungan langsung dengan manusia tidak akan tergantikan oleh teknologi.
Acara berakhir pada pukul 11.00 WIB. Ditutup dengan pantun, dan diikuti tepuk tangan meriah dari seluruh mahasiswa semester 1. Kegiatan ini diharapkan dapat memberikan wawasan dini serta semangat bagi mahasiswa Prodi Gizi dalam menapaki perjalanan akademik dan profesional mereka di masa depan.
Writer: Salma Belva Callysta Putri
Editor: Cahaya Kamila Ashari
QC: Firda Rodliyah, S. Sos., M.