UIN Sunan Ampel Surabaya
September 10, 2025

MENGAPA MEMILIH UINSA?

MENGAPA MEMILIH UINSA?

Oleh: Sirajul Arifin*

Tulisan ini cukup sederhana dan mungkin dianggap tak bermutu. Sebuah serpihan dari materi apel pagi. Materi saat saya bertugas sebagai pembina apel. Mewakili teman-teman tim manajemen FEBI UINSA Surabaya. Apel yang menjadi tradisi dan telah berlangsung lebih dari tiga tahun. Apel yang tak kenal jeda dan tak pandang musim. Jeda sejenak hanya saat libur nasional dan libur bersama. Selebihnya apel tetap dilaksanakan dan berlangsung hingga kini. Keberlangsungan apel hakekatnya menunjukkan komitmen dan konsistensi. Ketika saya sebut kata konsistensi, lalu saya teringat maqal al-istiqâmah ‘ayn al-karâmah. Entah ini maqal atau hadis atau lainnya. Tak sempat kubuka literaturnya. Apalagi jika itu sebuah hadis, maka apakah sahih atau bukan. Tak penting statusnya, tapi yang justru sangat penting adalah dampak konsistensi apel terhadap capaian institusi. Apel tidak sekadar berhenti pada wilayah rutinitas, tapi jauh dari itu. Muatan apel banyak menyajikan praktik kebijakan dan pengalaman baik dari setiap unit kerja.

Pengalaman sebagai penyelenggara program baik selaku individu maupun pemangku jabatan.  Pengalaman saya tuangkan dalam coretan ringan ini. Pengalaman bertemu dengan beberapa wali mahasiswa baru. Pengalaman yang senyatanya dan bukan pengamalan imajinatif. Pertemuan dengan beberapa wali mahasiswa dalam dunia nyata dan bukan dalam mimpi. Bertemu setelah pengumuman pelulusan UM-PTKIN. Pertengahan bulan Juli 2025, saya memang bertemu dengan beberapa wali mahasiswa. Mereka mengantar putri-putrinya ke kampus. Kedua-duanya, ayah dan ibu, bukan salah satunya. Bahkan saudara-saudaranya menyertai calon mahasiswa yang diterima jalur UM-PTKIN. Rata-rata full team satu keluarga. Mereka bukan dosen, bukan tenaga kependidikan (tendik), dan bukan pula alumni. Apalagi dosen, tendik, atau alumni UINSA. Tapi mereka seakan cukup banyak tahu tentang UINSA secara umum. Mereka tampak telah mengamati UINSA beberapa tahun terakhir.

Mungkin karena mereka menyiapkan putrinya untuk masuk perguruan tinggi. Banyak portofolio yang harus dibaca. Banyak informasi yang harus dikumpulkan. Semuanya untuk bahan pertimbangan. Hingga akhirnya mereka memutuskan pilihannya ke UINSA. Mereka rekomendasikan putri-putrinya untuk memilih UINSA. Singkat cerita saya bertemu dengan mereka dan titik temunya diawali dari depan gedung Fakultas Ekonomi. Fakultas dengan nama lengkap Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam. Fakultas yang kerap disebut dengan FEBI. Nama yang tampak anggun dan wajar banyak digemari oleh masyarakat. Fakultas yang peminatnya tertinggi. Bukan berarti fakultas lain tidak. Peminat fakultas lain juga menjadi pesaing. Sama-sama memiliki tingkat peminatan yang ekspektatif. Menjadi tumpuan harapan banyak orang. Saya pun memiliki harapan. Saya berharap dapat mengimbangi dan memenuhi harapan banyak orang tua.

Sama halnya ketika saya berada di kampus lain. Kampus untuk menjadi rumah kedua anak saya. Segudang harapan selaku orang tua di rumah kedua anak saya mungkin tidak berbeda dengan wali mahasiswa yang kutemui. Saat kutemui terucap ‘kata sapa’ lirih dan penuh rasa hormat. Menghormati tamu bak melayani seorang raja, “Tamu adalah raja.” Diksi ini yang kupegang. Kujadikan pengikat dan pemandu untuk memberikan layanan terbaik untuknya. Kumulai bertanya. “Maaf, apa yang bisa saya bantu?” Ia (tamu) menimpalinya. “Boleh saya tahu tempat kuliah anak saya?” Anak saya diterima di Prodi X di FEBI. Tanpa lama, kujawab “sangat boleh.” Lalu kuajak dan kusilakan mereka masuk dan naik lift. Lift untuk menuju ke semua titik dari lantai 1 hingga lantai 7. Semula hanya butuh untuk tahu ruang kuliah. Saya antarkan ke lokasi ruang perkuliahan.

Tak cukup hanya ruang kuliah yang saya tunjukkan, saya harus menawarkan titik-titik layanan lainnya. Dari satu titik layanan ke titik layanan lainnya kudampingi. Dan terakhir kuajak masuk dan mampir sejenak di ruang tamu Dekan. Tak banyak yang disuguhkan. Mungkin hanya air putih dan camilan ringan. Sambil rehat sebentar dan mencicipi camilan yang disuguhkan, kita mulai bincang santai. Berbincang seputar UINSA. Tak lama bertemunya di ruang tamu, tapi diskusinya cukup berisi. Singkat tapi padat.  Pertanyaan singkat kumulai, “Mengapa Milih UINSA?” Jawabnya cukup pendek, dan kutangkap substansinya. Lalu kusimpulkan dengan 4P; people, place/proximity, price, dan product. Mengapa kupilih diksi dan singkatan 4P karena teringat dengan bauran pemasaran (marketing mix). Keputusan memilih terkadang tak lepas dari ketertarikan.

Orang tertarik karena mereka tahu dan mengenali. Jika tak tahu apalagi tak mengenal, maka bagaimana bisa tertarik. Nah di sinilah, bauran pemasaran berperan untuk mengenalkan. Entah mereka kenal dan tertarik karena orangnya, tempatnya yang dekat, harganya terjangkau atau karena produknya yang berkualitas. Pertanyaan ini kucoba menggunakan 4P untuk mencari jawabannya. Dalam p-pertama, people, menurut mereka bahwa UINSA telah menyiapkan SDM yang hebat. Mungkin ini dilihat dari banyaknya dosen yang melakukan pengabdian masyarakat. Entah melalui seminar, ceramah, khutbah, atau pengabdian lainnya. Dugaan yang demikian menuntut saya untuk bertanya lebih jauh. Pertanyaan untuk mencari jawaban. Tak mudah untuk memulainya. Saya perlu menyusun instrumen pertanyaan yang tepat. Eh, kayak penelitian saja. Maksud saya, pertanyaan sederhana, mudah dipahami, dan tidak terlihat bahwa saya menaruh perhatian dalam mencari jawaban tentang dugaan-dugaan di atas. Dalam waktu singkat kususun pertanyaannya. Pertanyaan yang tak perlu kuungkap dalam tulisan ini. Tapi akan kusajikan jawabannya saja.

Dugaan sebagai bentuk keingintahuan saya benar terjawab. Namun jawabannya di luar ekspektasi saya. Kusebutnya dengan melampaui ekspektasi. Jawabannya tak terbatas pada beberapa item dugaan itu, tapi justru melampauinya. Kehebatan SDM bukan saja dibuktikan dari keterlibatan mereka dalam berbagai seminar, ceramah, khutbah, dan kegiatan pengabdian lainnya melainkan juga dapat dilihat dari peran sentral baik dalam pemerintahan maupun di luar pemerintahan. Perannya dalam berbagai sektor meyakinkan para orang tua untuk mendekatkan anak-anaknya pada rumah keduanya, UINSA. Kedekatannya dengan kampus yang—menurut UniRank—sebagai kampus terbaik ketujuh dunia juga diakui karena tempat (place/p kedua) yang strategis. UINSA, bagi mereka, bukan dekat dalam konteks jarak kilometer, tapi lokasinya yang strategis. Dekat dari berbagai titik akses. Akses udara, darat, dan laut. Bandara, terminal, dan pelabuhan. Itulah berbagai titik akses lintas wilayah, kota, provinsi, bahkan lintas negara.

Berbagai titik akses dapat dipilih untuk menuju kampus rumah keduanya. Rumah kedua yang menjamin rasa aman dan nyaman. Penjaminan yang diciptakan bukan diandaikan. Melalui kebijakan Rektor tentang “Kampus sebagai Rumah Kedua.” Melalui regulasi dan program aksi. Berbagai kran kejahatan dikunci dan rasa aman dan nyaman dibuka. Program aksi–selain melalui pembelajaran—disiapkan. Student central adalah salah satu wadahnya. Wadah ini tak banyak dimiliki kampus. Kampus di Indonesia. UINSA mungkin salah satunya yang mengawali. Ketika program ini saya kupas dan sedikit saya buka untuk para wali mahasiswa, mereka semakin merasa tenang atas keberadaan anak di rumah barunya. Mereka memang butuh jaminan. Mereka butuh ketenangan. Mereka butuh tahu banyak hal. Kegiatan dan informasi tentang anak dan rumahnya tak sepi dari perhatian mereka. Berbagai kegiatan, informasi, dan prestasi yang real time turut membentuknya.

Media sosial adalah kerap menjadi jujukannya. Jujukan para wali mahasiswa untuk lebih banyak tahu tentang rumah anaknya. Jika mereka rindu, mereka kangen, dan ingin mendekat, maka mereka cukup mendatangi rumah mayanya. Instagram, TikTok, Youtube, dan media sosial lainnya menyuguhkan berbagai kegiatan, informasi, dan program lain. Setiap hari, bukan berhari-hari, bahkan muncul beberapa tayangan baru. Sehingga, menurut mereka, tayangan-tayangan itulah membuat mereka terasa dekat dengan kampus.  Antara kampus dengan masyarakat tak dibatasi oleh jarak. Jarak seakan telah sirna karena kehadiran informasi dalam berbagai digital platform. Informasi, kegiatan, dan berbagai layanannya mudah diakses. Ini relevan dengan hasil analisis data sains bahwa mereka mengenal UINSA melalui digital platform. Sesuai kebijakan Trisula dan Quadruple Rektor. Salah satu kebijakan Rektor yang tertuang dalam Trisula (2023-2024) dan Quadrupple (2025) adalah digitalisasi dan hilirisasi digital.

P yang ketiga adalah price (harga, dalam konteks ini, Uang Kuliah Tunggal/UKT). UKT, menurutnya, terjangkau oleh masyarakat. Masalah ini pun tak langsung kupercaya. Kuingin mendapat jawaban yang benar-benar meyakinkan. Ia mengatakan bahwa sekalipun ia tergolong wali mahasiswa yang tidak seberuntung yang lain, tapi putrinya mendapatkan UKT yang terjangkau. Besaran UKT putrinya yang diterima melalui jalur UM-PTKIN didasarkan pada dokumen yang diunggah. Dokumen yang diunggah diverifikasi dan divalidasi oleh verifikator. Verifikasinya sangat ketat, sehingga hasilnya benar-benar mencerminkan titik keadilan UKT. UKT tak sama satu dengan lainnya. Orang tua yang kurang beruntung secara ekonomi dan yang mampu akan berbeda beban biaya pendidikannya. Bahkan bisa UKT Nol Rupiah atau dibiayai oleh negara. KIPK, BIB, beasiswa Baznas, dll secara rutin hadir dan peduli terhadap calon mahasiswa yang kurang mampu.

Kehadiran beasiswa tidak hanya dari luar kampus tetapi juga dari kampus melalui berbagai skema pembiayaannya. Itulah sebabnya masyarakat memandang bahwa biaya pendidikan di UINSA dapat dijangkau oleh seluruh lapisan masyarakat. Terakhir adalah product. Lulusan UINSA banyak dikenal dan banyak menempati posisi strategis baik dalam pemerintahan maupun di luar pemerintahan. Sektor usaha dan industri serta sektor lainnya juga tak sepi dari keterlibatan alumni. Keterlibatannya mencerminkan peran penting dalam semua sektor. Pada titik inilah yang oleh para wali mahasiswa disebutkan sebagai alumni berdampak. Kontribusinya sangat jelas dan dirasakan oleh masyarakat. Keberdampakan yang khyar al-nâs anfa’uhum li al-nâs.

*Dosen dan Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam UIN Sunan Ampel Surabaya

Spread the love

Tag Post :

Categories

Column, Column UINSA