Fakultas Ilmu Sosial & Politik
October 14, 2025

Konsulat Jenderal RRT Kembali Donasikan Buku ke PUSKIT FISIP UINSA, Perkuat Kolaborasi Literasi Budaya Tiongkok

Konsulat Jenderal RRT Kembali Donasikan Buku ke PUSKIT FISIP UINSA, Perkuat Kolaborasi Literasi Budaya Tiongkok

Fisip UINSA – Pusat Kajian Indonesia-Tiongkok (PUSKIT) Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Universitas Islam Negeri Sunan Ampel (UINSA) Surabaya kembali menerima donasi buku dari Konsulat Jenderal Republik Rakyat Tiongkok (RRT) di Surabaya. Donasi ini menjadi yang ketiga kalinya sejak PUSKIT berdiri dan menandai komitmen berkelanjutan antara dunia akademik Indonesia dengan perwakilan diplomatik Tiongkok di Jawa Timur dalam memperkuat jembatan literasi, budaya, dan kerja sama akademik antarbangsa.

Penyerahan donasi dilakukan pada Jumat pagi (10/10/2025) di kantor Konsulat Jenderal RRT Surabaya. Pihak FISIP UINSA diwakili oleh Kepala Jurusan, Moh. Fathoni Hakim, M.Si., Kepala Laboratorium Ilmu Politik Dr. Zudan Rosyidi, M.A., serta Ketua Pusat Kajian Indonesia-Tiongkok Ridha Amaliyah, S.IP., MBA.. Ketiganya hadir untuk memperkuat jalinan kolaborasi yang telah terbangun sejak awal pendirian PUSKIT.

“Donasi buku ini bukan sekadar simbol kerja sama, tetapi menjadi bentuk nyata dukungan pemerintah Tiongkok terhadap pengembangan literasi dan kajian akademik mengenai budaya serta hubungan bilateral Indonesia–Tiongkok di lingkungan UINSA,” ujar Ridha Amaliyah, Ketua PUSKIT FISIP UINSA, seusai pertemuan.

Tradisi Donasi Buku yang Berkelanjutan

Sejak diresmikan beberapa tahun lalu, PUSKIT telah menjadi salah satu pusat kajian unggulan di FISIP UINSA yang fokus pada isu-isu sosial, budaya, dan hubungan internasional antara Indonesia dan Tiongkok. Pada momen peresmian pendiriannya, Konsul Jenderal RRT di Surabaya juga turut hadir dan memberikan donasi perdana berupa sejumlah buku mengenai sejarah, politik, ekonomi, dan kebudayaan Tiongkok.

Donasi kedua dilakukan pada tahun berikutnya, memperkaya koleksi pustaka PUSKIT yang kini menjadi salah satu sumber referensi penting bagi mahasiswa dan dosen di lingkungan FISIP. Kini, dengan donasi ketiga ini, total koleksi buku dari Konsulat Jenderal RRT semakin bertambah, mencakup karya-karya akademik, literatur budaya, serta dokumentasi hubungan diplomatik antara kedua negara.

Menurut Dr. Zudan Rosyidi, keberlanjutan dukungan ini menunjukkan keseriusan pihak Konsulat Jenderal RRT dalam menjalin hubungan akademik dengan UINSA. “Kami melihat hubungan ini sebagai bentuk diplomasi kebudayaan yang sangat positif. Buku-buku yang diberikan bukan hanya menambah wawasan mahasiswa, tetapi juga memperkaya pemahaman lintas budaya yang menjadi bagian penting dalam studi ilmu sosial dan politik,” ujarnya.

Dukungan Nyata bagi Literasi dan Akademik

Pihak FISIP UINSA memandang kolaborasi ini sebagai langkah penting untuk memperkuat orientasi akademik fakultas dalam pengembangan studi kawasan, khususnya Asia Timur. Donasi buku dari Konsulat Jenderal RRT di Surabaya menjadi bagian dari upaya memperluas akses mahasiswa terhadap sumber literasi yang beragam dan berkualitas.

Moh. Fathoni Hakim, M.Si., selaku Kepala Jurusan, menegaskan bahwa kehadiran buku-buku tersebut akan memperkaya proses pembelajaran mahasiswa. “Literasi adalah fondasi dari kajian ilmu sosial dan politik. Kami sangat mengapresiasi inisiatif pihak Konsulat Jenderal RRT yang terus mendukung pengembangan pusat kajian kami. Ini bukan sekadar sumbangan fisik, tetapi investasi pengetahuan,” katanya.

Fathoni menambahkan bahwa dukungan semacam ini juga menjadi contoh baik bagi lembaga-lembaga diplomatik lainnya untuk turut memperkuat jejaring akademik dengan universitas di Indonesia. “Hubungan akademik lintas negara seperti ini pada dasarnya membangun saling pengertian dan memperluas ruang dialog antarbudaya, sesuatu yang sangat dibutuhkan di tengah dinamika global saat ini,” ujarnya.

Koleksi Buku yang Siap Diakses Mahasiswa

Buku-buku hasil donasi terbaru kini telah ditata rapi di lemari khusus milik Pusat Kajian Indonesia-Tiongkok yang terletak di lantai 2 gedung FISIP UINSA. Koleksi tersebut mencakup beragam topik mulai dari kebudayaan klasik Tiongkok, hubungan diplomasi Asia Timur, ekonomi modern, hingga pemikiran kontemporer dalam politik luar negeri RRT.

Menurut Ketua PUSKIT, Ridha Amaliyah, semua buku sudah siap diakses oleh mahasiswa, dosen, maupun peneliti yang tertarik memperdalam kajian tentang Tiongkok. “Kami ingin menjadikan ruang baca di PUSKIT ini sebagai simpul literasi dan diskusi akademik yang terbuka. Mahasiswa FISIP, khususnya dari jurusan Ilmu Politik dan Sosiologi, dapat memanfaatkan koleksi ini sebagai referensi untuk tugas, penelitian, atau bahkan penulisan skripsi,” jelasnya.

Selain itu, pihak PUSKIT juga berencana menyelenggarakan kegiatan rutin seperti bedah buku, literature review forum, dan mini-seminar dengan melibatkan mahasiswa. Upaya ini diharapkan mampu meningkatkan minat baca sekaligus memperkuat tradisi akademik di lingkungan kampus.

Membangun Kolaborasi Berkelanjutan

Dalam pertemuan dengan pihak Konsulat Jenderal RRT, delegasi FISIP UINSA tidak hanya membahas soal donasi buku, tetapi juga membicarakan peluang kerja sama jangka panjang. Di antaranya meliputi kemungkinan pertukaran akademik, kuliah tamu dari perwakilan lembaga pendidikan Tiongkok, serta peluang riset kolaboratif di bidang sosial-politik Asia Timur.

“Ke depan, kami ingin hubungan ini tidak berhenti di ranah donasi literatur saja, tetapi berkembang menjadi jejaring akademik yang lebih luas,” ujar Dr. Zudan Rosyidi. Ia menyebut, rencana ini sejalan dengan visi FISIP UINSA untuk menjadi fakultas yang unggul dalam riset dan pengabdian berbasis global engagement.

Pihak Konsulat Jenderal RRT sendiri, melalui pertemuan tersebut, menyampaikan apresiasinya atas kiprah PUSKIT dalam memperkuat pemahaman antarbudaya. Menurut mereka, kehadiran pusat kajian seperti PUSKIT merupakan wujud nyata dari diplomasi pendidikan yang mampu mendekatkan masyarakat Indonesia dan Tiongkok melalui pengetahuan dan kebudayaan.

Simbol Persahabatan dan Diplomasi Pengetahuan

Kehadiran PUSKIT FISIP UINSA sebagai wadah akademik yang aktif mengkaji Tiongkok tidak hanya memperkaya khazanah ilmu sosial di Indonesia, tetapi juga menjadi bagian dari diplomasi publik yang memperkuat hubungan antarmasyarakat. Donasi buku dari Konsulat Jenderal RRT kali ini menegaskan bahwa diplomasi tidak selalu dilakukan melalui perjanjian besar, tetapi bisa juga melalui jembatan literasi.

“Setiap buku yang kami terima adalah simbol persahabatan dan komitmen bersama untuk membangun pemahaman yang lebih dalam antarbangsa,” tutup Ridha Amaliyah.

Dengan demikian, kolaborasi antara FISIP UINSA dan Konsulat Jenderal RRT di Surabaya terus berlanjut dalam semangat akademik dan saling pengertian. Bagi mahasiswa dan sivitas akademika UINSA, lemari buku di lantai dua Pusat Kajian Indonesia-Tiongkok kini bukan sekadar tempat penyimpanan literatur, tetapi juga simbol pertemuan dua peradaban besar: Islam dan Tiongkok, yang berpadu dalam ruang ilmu pengetahuan. (BsR)

Untuk informasi lebih lanjut mengenai kegiatan dan program FISIP UINSA, silakan kunjungi dan ikuti media sosial kami di Instagram.

Spread the love

Tag Post :

#puskit

Categories

Berita